Pagi-pagi sekali, Dandelion, Sisi, Sammy, dan Lesiana, tiba di pantai Pangaradan. Tempat yang mereka tuju adalah resto milik Imam. Sekalian melepas kangen, sekalian sarapan.
"Tempatnya indah." Sisi duduk di depan resto.
Dandelion memang sengaja memilih meja di depan resto. Mereka bisa sarapan sambil memandang lautan luas. Air berwarna hijau dan biru Itu sangat memanjakan mata.
Dandelion masuk ke resto dan memesan makanan. Ia tidak melihat Alika. Hanya ada Adah yang sibuk mencatat pesanan pelanggan.
Wanita itu meneteskan air mata. Betapa rindu yang membuncit itu meloloskan butiran bening dari kedua sudut matanya. Ingin rasanya ia memanggil dan memeluk Adah. Namun, ia tidak bisa melakukannya.
"Kenapa menangis, Mbak?" Adah bertanya pada Dandelion.
'Aku merindukanmu, Dah.'
"Apa ada yang sakit?" Adah kembali bertanya karena Dandelion terus menatapnya sambil menangis dan tidak mau bicara.
"Maaf, mata saya perih. Sepertinya karena debu di jalan tadi."
