Tak lama kemudian,...
^Cklek^
"Hei, Candrice..."
"Siapa itu....!"
♥️♥️♥️♥️
"Kau lupakan aku?"
"Si...siapa aku tak kenal?"
"Ok, Candrice, Aku adalah orang yang sungguh sudah terobsesi denganmu, tiap kegiatanmu aku tahu secara detail."
"Apa? Itu sama seperti stalker kau tau, ini termasuk tindak kriminal, kau harus kulaporkan ke kerajaan mu."
"Oh, aku takut, tapi tak usah kau bersikap begitu, karena kau akan tambah menggoda bila kau mengamuk, apalagi dengan tanpa busana, Ahahaha."
Aku terkejut sampai tidak sadar bahwa aku sedang mandi dan tanpa busana.
"Akkkhhhhhh, pergi kau, pergi jangan mengintip, aku akan teriak sekencangnya hingga seantero kerajaan mendengarnya dan kau, kau akan dihukum cambuk, atau bahkan dipancung."
"Oh maaf, kalau begitu lanjutkan mandimu, aku tunggu di kamar ini."
"Aku bilang pergi!!!!"
"Kau sangat galak Candrice Wallen, kau tak akan kuampuni."
Syukurlah ia pergi, Aku pun melanjutkan mandiku.
Saat aku keluar.....
"Oh Putri Candrice, sudah siap mandinya?"
"Hei, mengapa kau...?"
"Shhht, diam aku akan keluar tapi setelah...."
^Cup^
"Mmmh, lepaskan aku."
"Oh hanya sebentar, baiklah aku keluar."
"Sebentar, kau belum kenalkan dirimu, siapa kau?"
"Oh maaf, aku lupa , kenalkan aku Pangeran Aaron Linford, Putra mahkota kerajaan Linfordash."
"Kenapa kau men-stalk aku?"
"Karena aku tergila gila padamu, cukup jelas bukan?"
Aku terdiam, dan pangeran itu pun meninggalkan ruanganku.
"Hah, dia mengambil ciuman pertamaku, tidak, tidak.... hah tapi itu sudah berlalu biarlah."
~"Kau, Candrice Wallen, Karena aku begitu cinta kau, aku masih bisa menahan nafsuku, haha, dia menggemaskan."~
"Aku baru saja mandi, dan tubuhku sudah kotor lagi akibat Aaron, menjijikkan."
Omong-omong, aku pakai gaun apa ya?
Aku menuju lemari besar seukuran pintu gerbang sekolah.
Dan saat kubuka....
Terpampang ratusan gaun megah yang telah dikelompokkan dengan cermat.
Ada gaun rumah, gaun tidur, gaun gala, gaun pernikahan, gaun rapat dan gaun gaun lainnya.
Aku memilih sebuah gaun rumah berwarna Hijau dan merah mawar, mencolok tapi anggun.
Setelah memakainya, aku keluar ruangan untuk sarapan.
"Tunggu, kenapa aku tau cara memakainya?, entahlah."
Aku menuruni tangga, dan menuju meja makan.
°Saat sarapan°
"Nak, nanti kamu ikut Ibumu ke kerajaan Fredric untuk membahas perjodohan mu."
"Mmmm, ba...ba...baiklah yah."
Aku sebenarnya tak mau mengikuti perjodohan ini, tapi mau bagaimana lagi, aku baru saja hidup sebagai putri di kerajaan ini, belum lewat sehari, tetapi malah aku memberontak, Aku yang merasa tak enak.
Selesai sarapan, Aku, ibu, dan ayah menuju mobil kerajaan dan berangkat menuju kerajaan Fredric yang terletak sekitar 500 meter dari kerajaan kami.
"Nak, kamu nanti harus mencoba menggoda pangeran William, mungkin saja ia mendapat kesan pertama yang baik mengenaimu."
"Tapi yah, tidak semua pria suka wanita penggoda."
"Kalau kita coba, tak ada salahnya kan."
"Tapi nanti ia memandangku buruk yah."
"Ahahaha nak, apa yang kau takutkan? Banyak pangeran dinegeri ini yang mengejarmu, kau tahu."
"Oh begitu, kalau memang ayah ingin aku menggodanya baiklah."
Apa ini?! Di dunia nyata saja aku sedikitpun tak berani untuk menggoda, untuk sekedar menggombal saja tak bisa, tapi sekarang aku disuruh menggoda?! Apa yang harus aku perbuat?!!!!
Sesampainya di istana Fredric...
Disana sudah menyambut pelayan kerajaan, saat membuka pintu gerbang saja sudah meriah, sampai untuk jalur mobil kami saja digelar karpet merah.
Kami turun dari mobil, Aku berusaha mengikuti gaya berjalan ibu, anggun dan lemah lembut.
"Selamat datang di kerajaan Fredric silahkan lewat sini yang mulia, tamu yang terhormat."
sapa seorang prajurit kerajaan itu.
Aku menapaki setiap batu marmer Italia yang menjadi lantai disana, sangat tidak rela aku memijaknya tapi mau bagaimana lagi, Bagaimana mungkin aku terbang, Ahahaha, tertawa dalam hati.
"Ohoho, Tuan Dannielle Wallen, silahkan duduk."
Suara berat menyambut keluarga kami, Dia, Or'lando Fredric, Raja kerajaan Fredric.
"Oh ini putri Candrice Wallen, yang ingin dijodohkan dengan pangeran William Fredric putra kami?"
"Iya benar."
Kami dipersilahkan duduk di sofa berlapiskan kulit yang dilapisi emas 24 karat.
Oh kenapa semua barang disini mahal sekali, aku sungguh tak rela.
"Kami akan panggil William."
"Pelayan, panggil tuan muda kesini."
" Baik yang mulia ratu."
Tak lama kemudian dari tangga dibelakang sofa yang diduduki ayahku, turun seorang pangeran yang tampan.
"Oh, Cantik sekali."
Aku mendengar kata kata yang dia bicarakan secara lirih dari kejauhan, aku tak tau kenapa aku bisa mendengarnya.
Saat dia turun, matanya langsung menatapku lekat dan terpesona.
"Ya ayah?"
"Ini duduk disebelah putri cantik ini."
"Baiklah, ayah dengan senang hati."
Sambil mengatakan itu, dia menatapku dengan pandangan seolah ia ingin..... menerkamku, senyumnya mengancam.
Aku merasa ragu, apakah aku dapat menggodanya sedangkan aku saja sudah mematung karena raut dan gerak geriknya itu.
Aku mencobanya.
"Hai pangeran William, Kau sangat tampan, aku suka pirangmu itu, menggemaskan."
Uhhhhh, aku jijik sekali dengan perkataan ku barusan.
"Terima kasih."
Aku mengelus lengannya dengan lembut, dan dia menerimanya.
"Wanita ini, sepertinya cukup bergairah."
Aku tersenyum padanya namun sebenarnya aku gugup tingkat tuhan.
"Aku suka yang seperti ini."
~Bersambung~