Sebuah bangunan dua lantai yang berukuran tidak terlalu besar dan hanya memiliki besar 10×8 meter yang dibagi menjadi beberapa ruangan untuk memproduksi berbagai macam produk usahanya. Bangunan itu menjadi tempat Eca membangun usaha rumahan yang menjadikan seorang wanita yang di perhitungkan di daerah dia tinggal karena banyak yang menyukai hasil dari karya yang dia buat. Eca memiliki usaha baju pengantin serta para pendamping pengantin dan seserahan untuk lamaran. Bukan hanya itu dia juga memproduksi berbagai stiker, thank you card dan logo produk dari para para penjual lain yang menjual produk di online shop.
" Assalamualaikum...." Eca mengucapkan salam dengan membuka pintu masuk dari tempat usahanya dan di sambut oleh para karyawannya.
" Waalaikumsalam Mbak." para pekerja menjawab salam dengan senyum mengembang untuk ibu bos nya.
" Tumben mba datang kesiangan? biasanya kan mba datang lebih awal dari kami mbak." kata salah salah karyawan perempuan dengan rambut sebahu.
" Iya, semalam gak bisa tidur. Bisa tidur nyenyak pas udah mau pagi jadi kesiangan deh.... " kata Eca yang menjawab pertanyaan dari karyawan tersebut.
Eca tidak menganggap mereka sebagai karyawan dia lebih menganggap mereka seperti rekan kerja jadi mereka masih bisa mengobrol dengan asyik tapi mereka tahu kapan berbicara seperti teman dan bagaimana seperti atasan dan bawahan.
Eca menaiki tangga menuju lantai dua dimana letak ruangan tempat kerjanya. Ruangan yang di dominasi warna biru muda itu hanya di hiasi dengan kata-kata motivasi dan bunga kering yang Eca buat menjadi pajangan di dinding ruangan itu dengan menggunakan frame 3 dimensi. Semua bunga kering yang Eca buat menjadi pajangan itu di dapat dari seseorang yang menelfon nya semalam.
" Oh iya semalam dia matikan telfon nya jam berapa." aku yang tersadar kalau semalam dia sedang menelfon pun mencari dimana handphone di dalam tas selempang nya. Sesaat ia tertegun melihat jam yang menunjukkan panggilan video call itu berakhir di jam setengah 4 pagi.
" Ya ampun. Dia ngomong apa ya semalam, aku cuma ingin dia ngomong kalo pacaran minta di lamar." katanya dengan wajah bingung dan tak lama ada yang mengetuk pintu ruangannya.
" Permisi bu. Hari ini ada pertemuan dengan klien di cafe bu." sang sekretaris memberi tahu kepada ku tentang pertemuan itu.
" Jam berapa pertemuannya?." tanya ku pada sekretaris ku yang masih di depan meja kerja ku.
" Jam 10 bu. Sekarang udah jam setengah 10 jadi ibu hanya punya waktu setengah jam untuk sampai ke cafe." kata Ririn sang sekretaris.
" Ok Rin. Tolong siapin mobil ya saya langsung turun." kata ku yang di anggukkan oleh Ririn. Mana mungkin Eca membawa motornya untuk menemui kliennya itu. Apalagi sang klien ini merupakan klien besarnya yang memiliki banyak perusahaan di Indonesia dan beberapa di luar negeri. Tapi kenapa malah minta Eca yang membuat baju untuk acara pertunangan anak perempuannya. Ini masih menjadi misteri bagi Eca sendiri karena bagi Eca ini gak mungkin mereka tidak memiliki perancang busana yang berkelas internasional bukan.
" Baik bu. Kalau saya permisi dulu." Ririn berbalik dan berjalan keluar ruangan.
" Emm...." jawab ku yang masih mencari jawaban dari pertanyaanku sendiri.