Perjalanan yang memakan waktu sekitar 30 menit itu akhirnya membawaku ke tempat pertemuan dengan klien ku. Awalnya kami akan bertemu di cafe, tapi tiba-tiba mereka meminta untuk bertemu di sebuah restoran milik klien ku itu. Saat memasuki restoran aku merasa aneh karena restoran ini sepi dari pengunjung padahal biasanya restoran ini tidak pernah sepi dari pengunjung, aku beberapa kali makan di restoran ini bersama klien ku.
Aku dipersilahkan masuk ke dalam dengan di antar pelayan restoran ke sebuah meja yang terletak di luar restoran dan mengarah ke laut biru yang indah. Tanpa sadar aku senyum-senyum memandang ke arah laut yang indah itu sampai ada suara dari belakang ku dan membuyarkan lamunanku.
" Bagus sekali pemandangan disini? " kata orang itu sambil menatap ke arah laut. Aku kaget saat melihat orang yang berbicara tadi dan mata ku tidak lepas untuk memperhatikan orang yang berbicara itu.
" Nyonya Adam? " kataku beo langsung saat menyadari bahwa klien ku ternyata nyonya Adam seorang wanita yang masih cantik walaupun usianya sudah menginjak 55 tahun. Siapa yang tidak mengenal wanita ini, beliau merupakan salah satu wanita yang berhasil membangun bisnis nya sampai luar negeri dan masuk wanita paling berparuh di Indonesia.
Sekarang perusahaan itu sudah di teruskan kepada anak lelakinya yang tidak pernah terlihat setelah kejadian dimana dia menghabisi orang yang akan memperkosa adik perempuannya. Yang pada saat itu masih duduk di bangku SMA.
" Maaf nyonya Adam, saya sampai tidak menyadari bahwa anda sudah ada disini." aku berbicara sambil berdiri dan menyalami nyonya Adam.
" Maaf karena saya sudah mengagetkan mu. Saya suka suasana seperti ini. Sayamemang sengaja menutup restoran ini, agar tidak ada orang hingga saya bisa menikmati keindahan alam yang sangat indah ini." kata nyonya Adam sambil melihat sekitar laut biru dan menerima uluran tangan dari Eca.
" Pantesan aja gak ada pengunjung pas masuk di restoran ini ternyata udah di boking to." kata ku menggerutu tapi masih di dengar oleh nyonya Adam
" Apa kamu bicara sesuatu?" tanya nyonya Adam
" Oh, tidak ada nyonya." kata ku dengan mencoba mengalihkan pandangan dan melihat nyonya Adam yang melihat nya kembali.
" Mimpi apa aku semalam bisa ketemu sama orang yang sangat disegani ini, mungkin hanya segelintir orang yang bisa ketemu langsung dengan beliau jika dalam keseharian. Jika dalam bisnis udah biasa kalau saling tau, tapi ini di kehidupan sosial masyarakat biasa. Wah ini merupakan suatu kehormatan bagi ku." kata ku dalam hati dan dengan senyum yang mengembang.
" Apa kamu yang akan mengerjakan baju dari anak perempuan saya?" tanya nyonya Adam pada ku dan sekali lagi ia membuyarkan lamunanku.
" Iya saya yang akan merancang dan membuat baju yang akan dipakai oleh anak nyonya." jawab Eca dengan semangat padahal itu hanya untuk menutupi keterkejutan ku, karena suara nyonya Adam seperti mengintrogasi diriku. Walaupun begitu aku harus tetap tenang agar tidak terlihat lemah.
" Saya suka dengan semangat mu. Awalnya saya tidak yakin dengan pilihan anak saya. Bagaimana dia merekomendasikan kamu sebagai perancang busananya, tapi sekarang saya bisa melihat bahwa kamu memang pantas mengambil tugas itu. Saya yakin anak perempuan saya pasti punya alasan tersendiri mengapa dia memilih kamu untuk membuatkan baju pertunangannya." kata nyonya Adam. Aku kayak merasa bersalah tapi aku beneran gak tau kalo orang yang mesen baju pertunangan itu adalah anak dari nyonya Adam. Karena email yang aku terima juga dari pengusaha sukses yang mempunyai banyak perusahaan baik di dalam negeri atau luar negeri. Tunggu apa nama perusahaan itu " Adam company " oh ya ampun itu kan sama dengan nama wanita cantik dihadapan ku saat ini dan kenapa jadi begini sekarang. Ternyata aku kurang teliti dalam melihat profil lengkap dari klien ku sendiri. Dengan keberanian aku coba menanyakan sesuatu agar gak canggung.
" Maaf nyonya. Apa anak perempuan nyonya tidak ikut untuk memilih model baju yang akan dia pakai, karena saya sudah membuatkan beberapa disain baju yang akan saya perlihatkan kepada anak nyonya?" aku bertanya dengan hati-hati karena orang yang dia ajak bicara bukan orang sembarangan.
" Dia sedang menelfon, mungkin sebentar lagi akan kemari." baru saja nyonya Adam mengatakan itu ada suara dari belakang ku terdengar dengan memanggil nyonya Adam dengan sebutan mami. Aku yang membelakangi orang yang memanggil nyonya Adam pun sedikit berbalik dan melihat wanita cantik itu, seperti tidak asing dengan wanita cantik ini tapi siapa?, aku mencoba untuk mengingat kembali tentang wanita cantik itu tapi belum sempat mengingat dia sudah sampai di meja kami.
" Mami. Oh ya mi, ini kenalin namanya kak Eca?. aku beo karena cewek cantik ini ternyata tau nama ku padahal aku gak tau dia siapa.
" Positif thinking aja mungkin dia tau nama ku dari profil yang dikirim kemarin dari kantor ku." kata Eca dalam hati.
" Mi. Kak Eca ini mi, orang yang pernah aku ceritain ke mami. Dia yang nyelamatin aku, waktu aku mau lompat dari jembatan." kata wanita cantik itu yang mirip dengan nyonya Adam dari senyum dan bola mata hitam yang bersinar seperti mutiara.
Ia duduk di samping nyonya Adam sambil menunjuk kepada ku kalau aku orang yang pernah menyelamatkan dia dari percobaan bunuh diri. Aku masih mencoba untuk mengingat kembali tentang masa itu tapi masih belum ingat sampai sang wanita cantik itu memperkenalkan dirinya baru aku ingat semua.
" Aku Karin kak, aku yang kakak tolongin pas aku mau lompat dari jembatan, yang pas hujan deras dan kaka baru pulang dari belanja." kata Karin yang menceritakan kejadian beberapa tahun lalu.
Pada saat itu sudah agak larut malam dan aku melihat seorang gadis yang masih memakai seragam SMA dan akan melompat dari jembatan tanpa pikir panjang lagi aku langsung membanting belanjaan ku untuk menolongnya dan beruntung aku bisa menarik tangannya sebelum dia benar-benar melompat dari atas jembatan dan ia terjatuh ke atas aspal yang dingin membuat lengan kanannya terluka akibat tarikan tangan ku.
Ya ampun itu sudah lama sekali aku pun sudah tidak mengingat semua itu, tapi apa ini. orang yang pernah aku tolong malah ada di depan mata ku dan yang membuat ku gak habis pikir adalah dia anak dari nyonya Adam orang yang memiliki wawasan luas dan banyak orang yang menghormati beliau. Waktu itu aku tidak sempat bertanya banyak karena dia langsung pingsan dan saat dia sadar dia hanya memberi tahu namanya dan langsung minta pulang karena aku tidak bisa mengantarnya aku hanya memberi dia uang untuk naik angkot agar dia pulang tidak jalan kaki.