Pagi di hari selanjutnya. Aku dan Ruciel berdiri di depan Church of Light. Kami mengunjungi gereja ini untuk merekrut seorang Priestess.
Kenapa seorang Priestess?.
Karena mereka adalah satu satunya orang yang memiliki Skill Holy Magic.
Bukankah kau sudah memiliki Light Magic?.
Aku memang memilikinya, namun Light Magic tidak bisa mengusir Undead.
Benar, Light Magic adalah sihir untuk memanipulasi cahaya. Dia sama sekali tidak memiliki unsur suci. Banyak orang yang salah sangka Light Magic dapat mengusir dan memurnikan unsur kematian yang di miliki oleh monster Undead karena efek cahaya yang dia perlihatkan. Cahaya emas Light Magic mirip dengan cahaya emas yang muncul saat Holy Magic memurnikan Undead.
Singkat cerita, Light Magic bukanlah Holy Magic. Karena itu kami membutuhkan Priestess. Karena itu kami berdiri di depan Church of Light yang megah. Dia merupakan bangunan besar setinggi lima belas meter atau lebih, lebar bangunan ini mungkin sekitar tiga puluh meter, sedangkan untuk panjangnya, aku tidak tahu karena saat ini aku berada di bagian depan gereja. Aku belum melihat sisi samping atau belakang gereja ini.
Gereja besar ini memiliki dinding putih dan atap biru tua. Jendela gereja terbuat dari kayu dan kaca. Untuk arsitektur bangunannya, dia menggunakan arsitektur ke-gerejaan?. Aku tidak tahu harus menyebut gaya arsitektur ini dengan sebutan apa, namun aku tahu gereja ini memang megah dan indah.
Sebuah taman asri menjadi halaman gereja dan tiga bangunan lain yang mengelilingi gereja membuat tempat ini menjadi kompleks keagamaan yang cukup luas.
"Anda sungguh ingin merekrut seorang Priest?"
Ruciel mengucapkan pertanyaan itu saat aku terpesona dengan sosok gereja ini. Menoleh, aku memberi dia sebuah senyuman kemudian mengucapkan.
"Mari kita gunakan otak kita Ruciel. Para Zombie itu sangat menakutkan. Kita tidak bisa mengalahkan mereka jika kita tidak mendapat bantuan seorang Priestess"
"Zombie masuk dalam kategori monster lemah. Master hanya perlu berlari, menggunakan Spell, dan mengayunkan tombak untuk mengalahkan mereka"
"Melawan gerombolan Zombie sendirian adalah tindakan gegabah. Mari hentikan sindir menyindir ini dan masuk ke dalam gereja"
"Master yang memulainya lebih dulu"
"Maaf, dan sebagai catatan. Saya bukan wanita berkepala otot"
"Benar"
Melangkah, menelusuri jalan setapak berlapis batu putih di antara taman, kami mendekati pintu masuk utama gereja yang berupa pintu ganda besar setinggi tiga meter. Menaiki anak tangga, kami masuk ke dalam gereja melewati pintu ganda besar yang terbuat dari kayu kemerahan.
Berada di dalam, kami di sambut oleh nuansa khas gereja. Dinding berwarna putih yang di hiasi ukiran berwarna emas. Kursi panjang yang berjejer membentuk dua barisan. Karpet merah dari pintu masuk sampai ke Altar persembahan. Kotak pengakuan dosa di sudut ruangan. Jendela besar dengan kaca berwarna yang membentuk siluet Dewi dan Malaikat. Simbol keagamaan dan patung Dewa, Dewi yang agung. Orang orang yang berdoa, dan para Priest and Priestess berbaju abu abu. Oh!, Tidak lupa High Priest berbaju hitam yang sedang memberi berkat pada pendoa.
Fuuu.. benar-benar kental dengan nuansa keagamaan. Namun mereka tidak merayakan Christmas atau Idul Fitri karena mereka adalah Church of Light.
Kembali ingat dengan tujuan kami datang ke sini, kami melangkah kebelakang antrian yang terbentuk di depan High Priest.
Tiga orang kemudian.
"Ada yang bisa saya bantu nona Adventure?"
Tanya High Priest dengan senyuman ramah.
"Ya bapa, saya ingin meminta bantuan seorang Priestess di penjelajahan Dungeon yang akan saya lakukan"
"Saya mengerti, biarawan Hugo!"
"Ya bapa"
"Tolong antar kedua nona Adventure untuk menemui bunda Thenia"
"Baik bapa"
Ucap Hugo si biarawan / Priest sambil sedikit membungkuk. Dia kemudian menghadap ke arah kami dan mengucapkan.
"Tolong ikuti aku"
Dengan kalimat itu, kami berdua di pandu ke sisi kanan gereja. Melewati pintu kayu lain kemudian keluar dari gereja, kami menelusuri lorong di samping taman. Heran dengan hal ini, aku bertanya.
"Boleh saya tahu, kemana kita akan pergi?"
"Aku mengantar kamu ke gedung itu"
Ucap Hugo menunjuk bangunan putih berlantai dua yang tidak jauh dari tempat kami berada sekarang.
"Kalian akan menemui bunda Thenia yang menangani pembagian tugas para biarawan serta biarawati di gereja ini"
"Bunda Thenia, saya mengerti"
Tidak lagi melanjutkan obrolan, aku menoleh ke arah taman milik gereja. Aku menikmati keindahan taman untuk beberapa saat sebelum seluruh perhatianku di tarik oleh sosok seorang Priestess yang sedang menyapu.
Sebagai seorang pria, kau pasti tahu apa yang membuat aku tertarik pada Priestess itu.
Itu benar. Priestess itu memiliki wajah yang cantik dan tubuh Dynamite. Maksudku, lihat dia. Dia memiliki dada yang lebih besar dariku. Dia memiliki pinggang yang ramping, pantat montok, dan kaki panjang yang ramping. Dia semakin mempesona karena dia cukup tinggi dan di balut oleh seragam Priestess atau biarawati yang cukup ketat.
Dan dari caraku mendiskripsikan sosok Priestess itu. Aku terdengar seperti orang mesum, namun kalian salah sangka. Asal kalian tahu, aku sebagai seorang lelaki melihat wanita cantik dengan sebegitunya bukan karena berdasarkan nafsu birahi. Aku melihat mereka karena mereka langka.
Itu benar, kalian tidak salah baca. Aku melihat para gadis cantik karena mereka langka. Di kehidupan sehari-hari yang aku jalani, perbandingan aku melihat wanita biasa dan wanita cantik adalah satu banding sembilan belas. Dan terkadang aku bahkan tidak melihat wanita cantik dalam satu hari. Karena semua itu, aku melihat wanita segitunya.
"Orang-orang tertarik dengan hal langka". Itulah yang mereka ucapk-
"Owch!"
Hidung dan jidatku menjadi terasa sakit karena menabrak salah satu tiang penyangga atap lorong. Aku tidak memperhatikan kemana aku melangkah.
"Hati hati master, ada tiang di depan anda"
"Telat!. Ruciel telat memberi peringatan"
Ucapku sambil mengelus hidungku yang sakit dan sedikit nyeri.
"Kamu baik-baik saja?"
Tanya Hugo dengan kuatir. Mendapat kebaikan itu aku merasa malu. Jika aku melamun karena hal lain mungkin aku tidak akan merasakan perasaan tidak nyaman ini. Ingin segera melupakan perasaan ini, aku langsung memberi balasan pada Hugo.
"Ya. Mari lanjutkan perjalanan untuk menemui bunda Thenia"
"Baiklah, tolong ikuti aku dan, tolong hati-hati"
Aku hanya mengangguk untuk memberi balasan. Rasa malu dengan apa yang terjadi kembali muncul dan membuat aku tidak bisa mengucapkan apapun.
"Master jangan memberi harapan palsu"
"Huh?, Apa maksud Ruciel dengan kalimat itu?"
Aku bertanya dan menunggu jawaban, namun Ruciel tidak ingin berbicara untuk menjawab. Pada akhirnya kami mengikuti Hugo tanpa berbicara lagi.
Beberapa waktu kemudian.
TOK! TOK! TOK!
"Bunda Thenia, aku Hugo. Aku mengantar dua tamu untuk anda"
Ucap Hugo setelah mengetuk pintu kayu yang cukup indah karena ukiran yang terpahat di permukaannya.
"Masuklah"
Balas suara seorang wanita dari balik pintu. Hugo membuka pintu setelah mendapat ijin. Dia kemudian menyuruh kami untuk masuk sebelum kembali menutup pintu indah itu.
Kini kami berhadapan dengan seorang wanita yang cukup berumur. Dia memiliki senyum ramah dan mata lembut. Seperti High Priest, pakaian yang dikenakan bunda Thenia juga berwarna hitam.
"Silakan duduk"
Kami mengikuti kalimat itu dan duduk di kursi kayu sederhana. Coret itu. Hanya aku yang duduk dan Ruciel berdiri di belakangku. Aku memberi dia tatapan berisi maksud untuk menyuruh dia duduk, dan dia membalasku dengan gelengan kepala. Menyerah, aku kembali menghadap ke arah bunda Thenia.
"Ada gerangan apa kamu menemui saya?"
"Saya ingin merekrut seorang Priestess untuk berganti kedalam Party saya"
"Anda membutuhkan seorang Healer?"
"Bukan seorang Healer, namun seorang Exorcist"
"Exorcist?"
Bunda Thenia mengangkat salah satu alisnya setelah mendengar ucapanku. Dia kemudian memberiku tatapan sedikit tajam.
"Anda berkenan memberi tahu saya, kenapa anda membutuhkan Exorcist?"
"Saya membutuhkan bantuan seorang Exorcist untuk memurnikan Undead di Hidden Area yang akan kami jelajahi"
Bunda Thenia mengambil sebuah buku setelah mendengar jawabanku. Dia membuka kemudian membaca buku itu untuk beberapa waktu sebelum kembali melihatku dan mengucapkan.
"Kami tidak mendapat pemberitahuan jika ada Adventure yang ingin menjelajahi Hidden Area kami"
"Ya?"
Perkataan bunda Thenia membuat aku bingung, dan sepertinya bunda Thenia juga jadi kebingungan setelah melihat reaksiku. Kami berdua kebingungan sampai.
"Hidden Area yang akan kami jelajahi adalah Hidden Area baru, bunda Thenia"
"Hidden Area baru yang berisi Undead?"
"Benar"
"Kapan kau menemukannya?"
"Kemarin"
"Kemarin?, Tapi saya bel- ah!"
Bunda Thenia kembali menggerakkan lengannya. Kali ini dia mengambil selembar surat. Tatapan matanya tertuju pada surat itu untuk beberapa saat sebelum berganti tertuju padaku.
"Apa nama anda adalah Eclaite?"
"Ya bunda"
"Ini sedikit mendadak tapi, maukah kamu menjual hak penjelajahan khusu Hidden Area baru ini pada kami?, Pada Church of Light dengan harga seratus koin emas?"
Itu memang sangat mendadak, juga sedikit mengejutkan, dan...
"Maaf, saya tidak akan menjualnya"
"Sayang sekali"
Ucap bunda Thenia sebelum membuat senyuman sedih.
"Setidaknya, biarkan kami membantu kamu menjelajahi Hidden Area baru ini"
"..itu adalah maksud saya datang ke sini"
"Maaf, bukan itu yang saya maksud. Apa yang saya maksud, kami ingin menyeponsori penjelajahan kalian. Kami akan mengirim beberapa Priest untuk membantu kalian, kami juga akan menyediakan suplai penjelajahan untuk kalian dengan gratis"
"Apa yang anda inginkan sebagai gantinya?"
"Sebuah Artifact. Magic Item yang memiliki elemen Holy Magic. Salah satu dari 'Saint Blessing'"
Saint Blessing. Merupakan hadiah spesial yang di berikan pada Player yang berhasil menyelesaikan salah satu Hidden Area / Chieftain Tomb Series untuk pertama kalinya. Saint Blessing adalah satu Set Equipment yang terdiri dari tiga aksesoris, yaitu Tiara, Necklace, Bracelet, dan terakhir adalah sebuah Spectre.
Equipment ini tidak memiliki bonus Status yang luar biasa. Aku menduga, gereja menginginkan itu karena alasan keagamaan.
Hmm.. untuk tawaran ini. Apa aku harus menerimanya?. Ingin mendapat jawaban, aku melihat Ruciel.
"Ada beberapa pilihan yang bisa Master pilih. Jika anda menerima, gereja akan berhutang budi pada anda. Jika menolak, anda bisa menjual Item tersebut. Meski kemungkinan besar gereja-lah yang akan membelinya. Terakhir, jika anda memilih untuk menyimpan Item itu saat gereja tahu. Anda akan mendapat masalah"
"Masalah?"
Aku menoleh, memberikan pertanyaan itu pada bunda Thenia. Aku sedikit kuatir dengan apa yang akan dilakukan gereja saat aku memilik salah satu Saint Blessing.
"Church of Light tidak mengindahkan kekerasan, apa yang akan kami lakukan hanya akan terus membujuk kamu untuk menjual Item tersebut pada kami"
Itu jelas sangat menyebalkan.
Untuk memutuskan jawaban aku diam, berfikir untuk sejenak. Dan pada akhirnya.
"Saya menolak permintaan Church of Light, namun saya akan menjual Item tersebut pada kalian jika kami benar-benar mendapat Item yang dimaksud"
"Saya yakin mendapat dukungan Church of Light akan mendatangkan banyak keuntungan"
Ucap bunda Thenia dengan senyuman. Ini membuat hatiku goyah. Dukungan Church of Light tidak terdengar buruk dan aku penasaran dengan dukungan seperti apa yang akan mereka berikan, namun saat ini aku memiliki hutang yang cukup besar. Selain itu aku harus mengumpulkan uang untuk membeli Flying Ship. Aku ingin membuat impianku jadi nyata. Aku..
"Saya akan menjual Item tersebut pada anda"
"Jika itu keputusan terakhir kamu, saya akan menghormatinya. Kembali ke masalah pertama. Kalian menginginkan bantuan seorang Exorcist, benar begitu?"
"Ya bunda"
"Kriteria apa yang kamu inginkan dari Exorcist ini?"
"Seorang wanita, dapat menggunakan Spell Santuary Area, Mass Turn Undead, dan Advance Turn Undead"
"Kami memiliki seorang Priestess bernama Acardia. Sayang, dia belum menguasai Spell Advance Turn Undead"
"Bisakah saya menemui Priestess tersebut?"
"Tentu"
Bunda Thenia mengambil sebuah lonceng kemudian membunyikannya. Tidak lama kemudian, seorang Priestess masuk ke dalam ruangan setelah mengetuk pintu dan mendapat ijin masuk.
"Tolong antar kedua nona Adventure ini untuk menemui Acardia. Sekalian juga beritahu Acardia jika dia mendapat tugas berpetualang bersama kedua nona ini"
"Baik bunda Thenia"
Ucap Priestess sambil sedikit membungkuk pada bunda Thenia. Dia kemudian berbalik melihat kami.
"Mari, biar saya pandu anda"
Kami meninggalkan bunda Thenia untuk mengikuti si Priestess. Setelah beberapa lama melangkah kami sampai di gedung asrama para Priestess. Di sana, kami di suruh menunggu sementara si Priestess tadi memanggil Priestess Acardia.
Waktu berlalu dan kemudian, sosok seorang wanita yang cukup aku kenal muncul dari balik pintu. Sosok yang muncul di hadapanku sekarang adalah Priestess bertubuh Dynamite yang aku lihat tadi.
"Namaku Acardia dan, aku dengar kalian menginginkan aku ikut dalam penjelajahan Dungeon kalian. Apa itu benar?"
"...."
Seperti Ruciel, dia memiliki suara yang merdu. Dia merupakan wanita kedua yang sepenuhnya menarik perhatianku setelah Ruciel. Dia cantik, indah, menawan, dan anggun.
Aku terlalu banyak memuji dia?.
Jangan konyol. Ribuan kalimat indah yang aku ucapkan hanya memiliki satu arti. Aku hanya memuji dia, dan dia pantas untuk mendapatkan semua pujian itu.
"...aku mengerti. Rapat Dungeon Raid akan dilaksanakan besok dan aku hanya perlu datang ke Adventure Guild selatan. Benarkan?"
"Anda benar"
Ucap Ruciel mengangguk. Dia kemudian menoleh melihat aku dan memberiku sebuah senyuman.
"Sekarang, karena Master sudah sadar. Kami permisi Priestess Acardia"
"Huh?"
"Sesuai rencana, ayo pergi ke Adventure Guild Master"
"Tunggu sebentar Ruciel, saya harus memberi penjelasan kenapa kita membutuhkan bantuan seorang Priestess"
"Saya sudah memberikan penjelasan yang dibutuhkan"
"Kapan?"
"Tadi, saat Master melamun"
"Huh?"
"Maaf karena sudah menyela. Aku juga harus segera pergi, ada tugas mendesak yang membutuhkan perhatianku sekarang"
Acardia mengucapkan itu kemudian segera berdiri. Untuk memberi balasan, Ruciel mengangguk kemudian mengucapkan.
"Terimakasih sudah meluangkan waktu anda untuk kami"
"Ya, sampai bertemu besok. Permisi"
"Ah.."
Aku hanya bisa membuat suara aneh saat melihat Priestess Acardia berjalan keluar. Dan meski dia tidak lagi melihatku dia masih menarik. Terutama dari cara pan-.
"Ah!!"
Aku kembali membuat suara aneh, kali ini aku menyuarakannya dengan lebih nyaring karena..
"Ruciel! Jangan tusuk pinggang saya dengan jari telunjuk!"
"Saya terpaksa melakukannya karena Master terus membuat tatapan vulgar"
"Saya tidak pernah membuat tatapan seperti itu"
"Anda membuatnya, dan anda seolah-olah ingin menerkam Priestess Acardia kapan saja"
Mendengar ucapan Ruciel membuat wajahku memanas. Jika harus jujur, aku memang menghayalkan beberapa scene yang bisa di tutupi mosaik saat melihat Priestess Acardia. Dan, apa raut wajahku memang mudah untuk dibaca?.
"Sa-"
"Sekarang, sebaiknya Master segera berjalan. Jika kita terus berbicara, percakapan ini tidak akan pernah selesai"
"Ya Ruciel"
Jawabku pada Ruciel yang entah mengapa terlihat menakutkan. Apa yang terjadi pada dia?.