Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Aimaiken : Triangle Monoline

🇮🇩alaksinita
--
chs / week
--
NOT RATINGS
8.1k
Views
Synopsis
Perpecahan di Akademi Gakuin terjadi begitu saja setelah acara pernikahan. Sepasang pengantin yang sangat populer memilih untuk memisahkan diri lalu membangun akademi yang independen. Di kala itu para guru Akademi memanggil dua orang pahlawan melalui ritual pemanggilan. Dua pahlawan itu diberi gelar Glory Crown, sebuah gelar baru yang sangat agung dibandingkan gelar-gelar resmi sebelumnya. Mereka diberi tugas utama, yaitu memberi perdamaian bagi akademi. Meskipun dinilai gerakan positif, keberadaan para pahlawan itu adalah ancaman bagi dua akademi independen. Mereka merasa ada konspirasi dibalik kehancuran ini sehingga pihak manapun enggan untuk berdamai. Pada akhirnya segala pihak berusaha teguh dalam pendirian masing-masing, tak peduli sekalipun berperang.
VIEW MORE

Chapter 1 - Prolog • Gakuin Academy Story

__________________________

Mentari memanjat langit timur. Sinarnya menerangi seekor kucing gendut yang masih terlelap di atas jerami. Cahaya mentari membuat matanya silau dan terpaksa menarik kesadaran.

Kucing itu perlahan membuka mata. Pandangan menyebar tertuju pada sekitar. Ketika sadar bahwa langit sudah membiru dan jalanan sudah terlihat ramai, dia segera melompat dari tempatnya. Antar pasang kakinya diregangkan dan melakukan pemanasan ringan.

Perhatiannya menyebar menuju bangunan gereja, banyak orang berkerumun menciptakan kebisingan, membuat gatal pendengaran. Namun, kucing itu tidak bereaksi sama, ia hanya mengeong tak peduli, berjalan menyusuri puluhan pasang kaki untuk meminta makanan.

"Hei, itu kucing gereja."

Terdengar teriakan dari seorang gadis. Suaranya sangat ceria, namun tidak membuat kucing mengalihkan pandangan. Wajahnya seperti bosan namun perutnya yang kelaparan memaksa untuk tetap diam.

Seorang gadis berlari ke arahnya, menyimpan sebungkus makanan berwarna coklat berbentuk bulat-bulat kecil. Baunya sangat wangi hingga membuat kucing itu tak bergeming, mulutnya langsung melahapnya. Lidah merah nan kecil beberapa kali terlihat mengelilingi mulutnya, seakan berkata makanan itu sangat lezat.

Gadis itu melihat kursor—sebuah tanda panah berbentuk kristal berwarna biru berada tepat di atas kepala kucing. Kursor itu menandakan bahwa kucing ini adalah hewan peliharaan. Gadis itu merasa wajar bila kucing ini diabaikan, kursor dapat dilihat oleh semua pasang mata sehingga membuat orang ogah berhubungan untuk membantunya.

Sebuah status tiba-tiba muncul di hadapan gadis itu begitu sepasang matanya terfokus pada kursor kucing.

[ Status ]

[ Name : Climontain Elito Golden Cat ]

[ Guild : Red Baron ]

[ LVL : 21 ] [ Class : Heroic Gold IV ]

[ HP : 531,333 / 531,333 ]

[ MP : 498,063 / 498,063 ]

Sesaat melihatnya membuat gadis itu tersenyum. "Ternyata kamu sangat kuat, ya. Climontain."

Kucing itu hanya mengeong saja, entah memang mengerti atau hanya sekadar berterimakasih karena makanan. Tampaknya kucing memang hewan egois yang meluluhkan hati.

Gadis itu berlari memasuki kerumunan setelah meninggalkan senyuman perpisahan. Tangannya yang lembut sempat beberapa kali mengusap badan kucing, terasa nyaman dan menenangkan. Namun, kucing tak berkata apapun, dia hanya fokus pada makanannya.

Terdengar suara lonceng menggema memecah kesunyian dari dalam gereja. Kebisingan dari ratusan mulut sudah hilang, beralih terduduk diam di kursi panjang. Pakaiannya formal dan rapi ciri khas seragam resmi Akademi Gakuin, semua turut memperindah keadaan.

Kemeja putih berdasi yang dilapisi almet merah, celana panjang dan rok pendek hitam—semuanya tampak beraura indah bagai bangsawan terhormat. Tak ada sedikitpun raut memalukan dari wajah mereka, seperti orang yang baru saja bangun tidur—yang terlihat hanyalah wajah segar layaknya senyuman mentari pagi.

Seluruh pasang mata tertuju pada satu titik, sebuah pintu gereja terbuka lebar memperlihatkan sepasang pengantin yang begitu indah layaknya menyebarkan aura kehangatan penuh kasih. Sebagian merespon kebahagiaan dengan bertepuk tangan, sebagian pula menghamburkan bunga warna-warni membuat suasana ruangan berkesan mengagumkan.

Sosok pengantin pria bernama Ganendra Gumelar Rubby, atau Rubby, dia adalah ketua osis akademi, parasnya begitu tampan bak dewa kasih sayang, rambutnya berwarna perak berkilauan, serta warna matanya bagai warna darah.

Tepat di sampingnya, seorang pengantin wanita bernama Siry Listyana Airia, atau Airia, dia adalah pedoman bagi seluruh siswi akademi, dewi anggun kesucian semurni malam purnama. Rambutnya panjang kecoklatan, kulitnya cerah bersinar, tubuhnya diselimuti gaun mewah berwarna merah, rasanya siapapun yang dapat memilikinya akan sangat beruntung seumur hidup.

Awalnya banyak yang mengira warna merah adalah warna kematian. Namun, semua sirna ketika Airia yang memakainya. Sebab Airia bukanlah orang yang jahat, ia sangat terbuka dikalangan para gadis—tak seperti Rubby yang sejatinya ialah lelaki misterius sekalipun ia adalah ketua osis yang selalu mengumbar senyuman.

Keadaan ini sangat menggemparkan seluruh penjuru Akademi Gakuin, pernikahan benar-benar menjadi acara pertama yang pernah dijalankan serta menjadi acara termegah yang pernah ada!

"Tuan Ganendra Gumelar Rubby, apa anda bersedia menjalin cinta dikala miskin maupun kaya hingga akhir hayat menjemput?" Ucap pria berjas hitam berdiri diantara pasangan sembari memegang sebuah buku.

"Saya bersedia." Jawab Rubby dengan sangat yakin.

Pria berjas itu beralih kepada pengantin wanita. "Putri Siry Listyana Airia, apa anda bersedia menjalin cinta dikala miskin maupun kaya hingga akhir hayat menjemput?" Ucapnya.

Di balik ucapan manis itu, ternyata Airia hanya terdiam. Dia meneteskan air mata dalam keheningan sembari sedikit menghindar dari pandangan Rubby. Tentu saja tak ada yang sadar akan hal itu, kecuali Rubby yang berada tepat di dekatnya.

Semua orang termasuk para tamu yang hadir sempat kebingungan. Pengantin wanita tak kunjung menjawab pertanyaan yang sangat kuat itu.

"Airia, kenapa?" Bisik Rubby bertanya.

Airia tetap terdiam. Rubby semakin gelisah ketika air mata itu terus berlinang di pipinya.

"A-Airia, kamu-" Bisikan Rubby dipatahkan.

"Aku..." Ucap Airia berusaha menjawab. Bibir merahnya bergetar seolah ketakutan hingga sempat ia gigit untuk menahannya.

"Aku berse...."

Ucapan itu membuat seluruh tamu di gedung terdiam gelisah, bahkan guru-guru pun merasa heran dan saling bertanya satu sama lain seolah tak percaya tentang yang sedang terjadi. Aura gedung sudah kacau.

Pria berjas hitam itu menyadari keanehan. "Putri Airia, jadi bagaimana jawaban anda? Apakah bersedia menjadi istri yang sah untuk suami anda?" Ucapnya.

Airia perlahan semakin menundukkan kepala. Rautnya berubah sedih seakan tersiksa.

"M-Maafkan aku. Tuan Rubby."

Di akhir kata itu, waktu seakan terhenti. Mata Rubby terbelalak tak percaya mendengarnya. Ego yang tinggi sebagai ketua osis berakhir membuat hati Rubby dilahap api kekesalan. Cinta buta itu benar-benar melumpuhkan akal sehatnya sehingga memanfaatkan status terhormatnya.

"Ini diluar yang dijanjikan! Semua, lakukan sesuatu!" Perintah Rubby. Matanya sudah terbelalak dipenuhi kebencian.

Para tamu undangan yang berada di bawah kendali ketua osis seketika mengeluarkan senjata dari bawah kursi-kursi mereka. Senjata itu seluruhnya ialah pisau lipat yang panjangnya setengah dari lengan. Pisau-pisau itu bercahaya, ada yang menyambar bagai petir, ada pula yang memanas bagai api—sesuai dengan elemen yang ada pada diri.

Wajah-wajah mereka seketika berubah menjadi wajah pembunuh sadis yang hanya tunduk pada perintah.

Namun, ternyata di sisi lain seluruh siswi tamu undangan menolak perintah itu, mereka pun mengeluarkan senjata yang sama namun bukan berarti ikut mengancam Airia. Mereka malah mendukung keberadaan Airia sebagai simbol kedamaian sehingga mereka berniat melindunginya dari ancaman.

"Kami perwakilan para gadis, melindungi hak dan martabat kami! Hidup Airia!!" Teriak para siswi sehingga membuat Airia bergetar hatinya lalu bangkit dari kepasrahan.

Airia terkejut melihat banyak pendukungnya yang ikut membelanya dengan menodongkan senjata mereka pada seluruh tamu siswa.

Konflik ini berakhir sangat tegang. Tak peduli wanita atau pria, mereka jelas di bawah kubu yang berbeda. Kedamaian berujung perpecahan, kekacauan ini merambat keluar dari gereja hanya dalam hitungan detik, bahkan kucingpun dapat merasakan aura kehancuran.

Kucing hanya bisa berlari meninggalkan makanannya ketika kerusuhan terjadi. Ledakan demi ledakan dari elemen kekuatan telah diluncurkan membuat beberapa bagian gereja terbakar dan hancur.

Entah kenapa, para guru dan kepala sekolah seketika menghilang dari masalah itu.

__________________________