Kepalan tangan Levi semakin mengerat. Hingga baku-baku jarinya mulai memucat. Ia mengangguk beberapa kali, "Baiklah. Aku mengerti apa maksudmu. Jika memang itu yang kau inginkan, aku tidak akan memaksa. Karena hingga kapan pun, hubungan seperti inilah yang aku inginkan. Pertemanan biasa antara dua orang asing."
Reaksi Levi memberikan sebuah denyut menyakitkan di dada Emma. Sejujurnya, hati kecil Emma mengharapkan adanya penolakan dari pria itu. Namun Levi tetaplah Levi. Itu adalah sosok pria yang Emma kenali dengan tidak baik. Sosok pria yang di mata Emma, bisa menjadi dingin dan hangat sesuai keinginannya sendiri.
Ya, Levi memang seegois itu. Dan secara logika, Emma pun sudah mengetahui bahwa Levi akan langsung menyetujui keputusan Emma tanpa adanya rasa keberatan sama sekali. Karena pada akhirnya, pria itu tetap bersikeras tidak ingin saling mengenal.