Roda-roda Pajero sport Aldi menggelinding di jalanan ibu kota,, ia membawa laju mobilnya tanpa arah yang jelas. Matanya berkaca, hati nya terasa lelah.
"kau dimana Zara??" lirih Aldi, ia menghentikan mobilnya di depan Outlet Gudang Coklat, dia berharap Widya atau Nanda tahu keberadaan sahabat mereka.
.
Pintu outlet terbuka.
"selamat datang di Gudang Coklat..." seru salah seorang penjaga menyambut tamu yang datang. Aldi tersenyum tipis pada gadis berusia sekitar 18 tahunan.
"kami sedang ada promo kak diskon 10% untuk pembelian minimal seratus ribu..." lanjut gadis penjaga ramah kepada tamu mereka.
"nggg.. maaf mba apa Nanda ada??"
"Nanda?? maksudnya mba Nanda??"
"ya..."
Gadis dengan nametag Mira itu menyelidik pria yang mencari Nanda,, sekedar mengingat seperti nya dia tidak asing dengan pria dihadapannya.
Tentu saja mereka pernah bertemu saat opening Gudang Coklat beberapa waktu yang lalu.
"mba Nanda sedang keluar kak.. tapi kalau mau ketemu mba Widya ada..."
"Nanda sedang pergi? sama siapa??" selidik Aldi berharap gadis penjaga menyebut nama Zara.
"kak Aldi..." seru Widya mendapati suami sahabatnya berada di outlet mereka.
"ah Wid.. kebetulan... aku mau tanya apa Zara kesini??"
Widya terbelalak,,
"Za.. Zara??" Widya heran,, apa telah terjadi sesuatu?! "sejak kemarin kami belum bertemu lagi,, apa Zara tidak pulang kak?"
"ya.. Zara tidak pulang sejak kemarin,, apa kau tahu dia dimana??"
Widya menggeleng lemah,, penuh tanda tanya dalam benak gadis bermata minus.
"ngga kak.. aku sudah coba telpon Zara tapi hapenya ngga aktif.. "
Aldi menghela nafas,, entahlah Widya sedang bicara jujur atau sedang menutupi tentang keberadaan Zara.
"aku mohon.. jangan tutupi,, dimana Zara??"
"sungguh kak.. Zara tidak memberi tahu kami apapun"
Ya Tuhan.. Zara beritahu kau dimana???
Langkah Aldi mulai gontai,. ia menuju ke mobil nya coba mengingat kemana Zara akan pergi jika dia sedang sedih.
Ah.. mungkin dia memang harus mencoba mencari cara agar bisa bertemu dengan istrinya.
***
Aldi mendatangi sebuah resto ramen yang jadi langganan Zara, pandangan nya menyapu tiap sudut, mungkin saja istri nya disana. Ia coba mengambil posisi tempat duduk yang menghadap ke pintu masuk, lalu memesan semangkuk ramen sambil menunggu kedatangan Zara,,
Ia coba merogoh kocek untuk mengambil ponselnya, coba menghubungi Zara lagi. Sekian detik telpon itu tersambung namun tak ada sahutan. Aldi coba mengirim pesan.
[Zara.. beri aku kesempatan untuk menjelas kan.. please]
pesan terkirim, hanya dibaca tanpa balasan.
[please sekali ini saja beri aku kesempatan... kau dimana??]
.
Disisi lain, mata Zara basah,, dalam hati ingin sekali dia membalas pesan suaminya,tapi dia belum siap untuk terluka lagi.
.
[aku bisa jelaskan,, please beri kesempatan untuk hubungan kita...]
.
"maaf Al.. aku butuh waktu untuk menata hati ku dulu..." desis Zara tanpa membalas pesan itu sekalipun, ia lebih memilih mematikan ponselnya, lalu menyandarkan kepala pada sofa di depan ruang tivi,, dia sendirian...
.
Aldi menggenggam kuat ponsel ditangannya, dia tidak akan menyerah begitu saja. Kemanapun Zara akan ia cari sampai ketemu.
***
Kali ini Aldi kembali ke rumah sakit untuk bertemu tuan Derry,, mungkin saja ayah mertuanya sudah ada petunjuk keberadaan Zara.
Dikoridor rumah sakit Aldi harus berpapasan dengan Aura, gadis cantik itu nampak baru keluar dari kamar rawat nyonya Lidya.
"Al... akhirnya kita bisa bertemu.. bagaimana apa Zara baik-baik saja.??"
Aldi mendengus kasar,, bisa-bisanya Aura mengatakan kalau saat ini adik tirinya baik- baik saja setelah yang terjadi kemarin.
"Al.. aku minta maaf,, karena aku kau dan Zara harus..."
"seandainya dengan permintaan maaf itu semua bisa kembali seperti semula Ra..." sela Aldi muak dengan dirinya sendiri,, kenapa begitu mudah mengucap cinta pada orang lain sementara begitu sulit bilang cinta pada istri sendiri!
"apa yang bisa aku lakukan..? aku sangat menyesal..." Aura coba membujuk Aldi agar tidak sinis padanya.
"tanyakan pada tunangan mu.. dimana dia sembunyikan Zara!!"
"apa?? jadi Zara bersama Tristan??" Aura terperanjat.
"menurut mu?? apa ada orang lain? jelas- jelas tunangan mu itu yang membawa Zara.."
Aura berfikir sejenak,, bukan kah lebih baik begitu,, Zara bisa bersama Tristan!!
"oke.. baiklah aku akan tanya sama Tristan,, sekali lagi aku minta maaf ya Al..."
Aldi membuang wajah, entahlah dia juga menyimpan marah pada gadis yang dulu pernah dia cintai ini.
.
"maaf Ra,, aku mau bertemu papamu.."
"om Derry?? dia didalam,, semalam dia pergi entah kemana, sebelum subuh baru kembali lagi kesini.."
Benar dugaan Aldi,, bisa jadi Tuan Derry tahu keberadaan putri bungsunya sekarang, tanpa membuang waktu Aldi segera menuju kamar rawat Nyonya Lidya.
.
Tampak wanita yang tidak asing baginya tengah berbaring setelah meneguk air yang disodorkan suaminya.
"permisi..." sapa Aldi membuat tuan Derry menoleh ke asal suara.
"Aldi..."
"apa kabar Tante..." Aldi menghampiri Nyonya Lidya dengan membawa bingkisan.
"kabar Tante sudah lumayan membaik.." sahut ibu tiri Zara tersenyum simpul.
"maaf..saya kesini mau bicara dengan ayah.. apa kita bisa bicara sebentar..."
Tuan Derry melirik kearah istrinya.
"kau masih belum bertemu dengan Zara??"
Aldi tersentak jadi ibu nya Aura tahu kalau Zara belum kembali. "Tante minta maaf ya.. kalau perlakukan Aura menyakiti kalian.." lanjut nyonya Lidya tak enak hati. Aldi tersenyum masam, raut wajah tuan Derry pun tampak canggung.
"Baiklah ada apa Al??" tanya tuan Derry
"bagaimana kalau kita bicara diluar yah.." pinta Aldi, dia tidak ingin menyulitkan nyonya Lidya nantinya.
"baiklah,, aku tinggal sebentar ya ma.." pamit tuan Derry pada istri nya yang memberi izin dengan anggukan.
.
Kursi koridor rumah sakit.
"katakan Al.. ada apa??"
"ayah.. tahu keberadaan Zara??"
deg!
Tuan Derry menatap lekat wajah menantunya.
.
.