Chereads / Penjaga hati Zara / Chapter 139 - Peluk

Chapter 139 - Peluk

Pintu terkuak,, terlihat jelas lelaki dengan uban yang tumbuh dibeberapa celah rambut hitam itu memenuhi tugasnya sebagai seorang ayah. Memberikan perlindungan untuk putri bungsunya.

.

"maaf saya merepotkan malam-malam begini.." ujar Tristan setelah mempersilakan seorang ayah masuk untuk menemui putri nya

"justru saya berterima kasih,, Zara bersama orang yang tepat.." sahut tuan Derry menepuk bahu tunangan putri tirinya. "bisa.. om sekarang bertemu Zara??"

"ya..tentu om.."

Tristan mengarah kan tuan Derry pada sebuah kamar luas dengan ranjang kingsize berseprai putih bersih. Disana seorang gadis yang tengah terluka sedang terlelap melepaskan kepenatan nya sejenak. Tristan memutuskan untuk memberi ruang pada ayah dan anak itu untuk bersama.

.

Tuan Derry duduk ditepian ranjang, memperhatikan dengan seksama wajah sedih yang tergambar jelas di raut muka letih itu.

Batinnya ikut menyeruak, ada kesedihan dan kekalutan yang sama ketika menatap gadis yang sempat ia sia-siakan terluka hatinya.

Jemari lentik milik putrinya ia genggam kuat, sekedar memberi kehangatan, mungkin juga sedikit semangat jika nanti putri bungsu terjaga dari tidurnya.

"maafkan ayah nak... selama ini ayah meninggal kan kamu,, seandainya dulu kita tidak pernah berpisah mungkin kamu akan tahu kemana harus pergi kalau sedang sedih..." lirih tuan Derry mengusap dahi Zara.

Baru kemarin rasanya dia melihat Zara kecil berusia sekitar tiga tahun meratapi kepergiannya,, sekarang dia harus melihat gadis kecil itu menangis dari dalam hati.

"ayah.." Zara terjaga, ia mengerjabkan mata, kepalanya terasa berat, dia coba bangkit duduk bersandar.

"apa yang terjadi?? kenapa kamu tiba-tiba pergi dari pesta pertunangan tadi siang" tanya tuan Derry perlahan, dia harus tahu alasan kenapa gadis selembut Zara sampai pergi dari rumah suaminya. Derry punya praduga bahwa semua pasti berhubungan dengan Aura dan Aldi!

Zara tersenyum kecut,, ia rasa tidak seharusnya membagi cerita pada sang ayah, dia tidak mau ayahnya kecewa.

"kamu bisa cerita sama ayah...," tuan Derry meyakinkan lagi,, Zara pasti segan untuk berbagi cerita padanya. "beri ayah kesempatan,, beri ayah ruang agar bisa melindungi mu.."

"hiks.. hiks.. hiks.." dalam pelukan sang ayah yang sejak dulu ia rindukan Zara menumpahkan airmata nya. ", seharusnya sejak dulu aku sadar,, Aldi tidak pernah mencintai ku.. harusnya kau aku sudah pergi darinya...," Isak Zara dalam peluk pria yang ia panggil ayah.

Dada tuan Derry merasa sesak, haruskah putri bungsu nya menerima karma atas apa yang ia lakukan terhadap Almira,, bunda nya Zara, wanita yang telah melahirkan ketiga buah hatinya.

Kini gadis yang kehilangan kasih sayang sosok ayah sejak kecil kini tidak mendapat cinta dari suaminya sendiri.

Astaga Tuhan... hukum aku saja!- jerit tuan Derry dalam benaknya.

"apa maksudmu..?"

Zara menengadah menatap wajah ayahnya, air mata menggenangi pelupuk mata.

"Aldi dan kak Aura saling mencintai...," desisnya dengan Isak yang tertahan.

Tuan Derry memejam kan mata, sebagai ayah dia sangat mengerti tekanan yang dirasakan Zara,,, dulu demi Lidya dia telah meninggalkan Almira bersama ketiga buah hati mereka, sekarang putri tirinya menjadi orang ketiga di pernikahan putri kandungnya!

Bukan hal baru jika tuan Derry tahu seperti apa Aura mencintai Aldi, tetapi dengan Pertunangan putri tirinya bersama Tristan mungkin bisa menjadi jalan keluar agar rumah tangga Zara dan Aldi tetap bertahan. Ternyata ia salah menduga!

"kamu dengar dari siapa??"

Zara menggeleng lemah, "aku dengar sendiri, Aldi bilang sangat mencintai kak Aura..."

deg!

Tuan Derry nelangsa,, sungguh dia tidak ingin kalau sampai putri kandungnya harus terluka lebih dalam lagi.

"aku harus bagaimana ayah?? aku tidak ingin mereka melukai hati orang lain lagi..."

"apa maksudmu??"

"kalau mereka mau melukai aku mungkin aku masih bisa menahannya,, bagaimana dengan kak Tristan?? kenapa mereka ingin bersama saat kak Aura memilih kak Tristan.." sesal Zara kemudian,,

Tuan Derry tersentak,, bisa-bisanya gadis ini memikirkan perasaan orang lain sementara hatinya sendiri tengah terkoyak-koyak.

.

Pelukan seorang ayah kini kian erat, tangisan yang tumpah sejak tadi agak teredam. Ada perasaan nyaman, saat ini dia tidak sendirian ada seorang ayah yang kini disampingnya.

"kamu sendiri apa yang akan kamu lakukan??"

Zara mengehela nafas,, pikirannya kosong, sama sekali tidak ada rencana.

"entahlah ayah.. aku hanya butuh waktu sendiri dulu..."

Tuan Derry menggenggam tangan Zara,

"jangan lari dari masalah.. hadapi supaya kamu dan Aldi bisa menemukan solusi nya.."

Sang putri bungsu menenggelamkan wajah pada kedua telapak tangannya, dia sungguh merasa lelah bersama pernikahan tanpa cinta ini. "baiklah... beri kesempatan pada dirimu untuk berfikir lagi... ayah disini akan selalu mendukung kamu.."

Anggukan gadis dengan mata coklat itu lemah benar dia butuh waktu untuk berpikir ulang tentang pernikahan ini, harus diteruskan atau berakhir sampai disini.

"Zara... sebaiknya lebih cepat akan lebih baik, ayah berharap jika masih bisa,, pertahankan rumah tangga kalian..."

.

-aku ingin bertahan ayah,, aku punya harapan dengan hubungan kami beberapa hari belakangan ini,, tapi semua harus berakhir karena cinta itu benar bukan untukku....-

"ayah.. tolong jangan beritahu bunda,, saat ini bunda harus mempersiapkan pernikahan kak Shanum,, aku tidak mau membuat bunda sedih"

"ya.. baiklah ayah tidak akan memberi tahu bunda.."

"rahasia kan juga keberadaan ku pada siapa pun,, termasuk Aldi.. please ayah.."

Tuan Derry mengerenyitkan dahi,, baiklah dia tidak punya pilihan lain selain berjanji pada putri bungsu.

.

***

Fajar menyingsing,, menghadirkan cahaya matahari setelah kegelapan sejak kemarin. Perlahan Zara merasakan kehangatan sang mentari menyapa wajahnya. Ia segera terjaga, kini dirinya berbalut piyama bermotif rose milik mendiang Bianca.

Gadis itu mencari sosok ayahnya, lalu menyeret langkah menuju dapur,, terdengar suara seseorang sedang memasak disana.

"kak Tristan..." sapa Zara kikuk, seperti nya memang hanya mereka berdua di apartemen ini. Pria maskulin tengah memasak sesuatu disana, senyumnya mengembang sembari menyiapkan nasi goreng kedalam piring.

"bagaimana tidur mu?? nyenyak??" sahut Tristan kini membawa dua piring nasi goreng keatas meja makan.

"ya.. " Zara mengulum senyum, sementara Tristan tertegun melihat piyama rose Bianca sangat serasi dikenakan oleh gadis berwajah sendu. "ayahku kemana??"

"MMM.. beliau pulang dulu,, katanya nanti kesini lagi,, ibunya Aura masuk rumah sakit.."

"apa?? Tante Lidya sakit..."

"ya begitulah.. aku juga tidak tahu,, nanti siang aku akan kesana..."

Zara tertegun.. apa semua karena peristiwa kemarin??!

"nanti aku sedikit sibuk.. kau mau disini atau aku antar ke suatu tempat..?"

Jeda sejenak.

"boleh aku tetap disini..??"

.

.