Zara menyeret langkah masuk kedalam apartemen, percuma juga dia berdiri didepan loby jika yang dia harap akan datang tidak akan datang padanya.
.
Duduk menonton Televisi Gonta ganti Chanel pun rasanya tidak bisa mengurangi rasa gundahnya. Berulang kali ia menatap benda persegi ditangan, berharap seseorang yang ia tunggu akan menghubungi. Entahlah sudah berapa banyak dia makan cemilan cuma untuk mengusir jenuh karena berharap.
Dilayar benda persegi itu Zara melihat potret dirinya bersama suami yang ia rindukan kini.
ah!! dia sudah bertekad tidak akan kembali kecuali Aldi sendiri yang meminta dia kembali.
.
Disisi lain Aldi menghempaskan tubuh diatas springbad, ada jutaan rasa sesak memenuhi rongga dada. Sungguh ia nelangsa saat ini. Niat untuk bertemu Zara harus kandas, toh tetap saja istrinya itu dekat dengan tuan CEO. Bayangan tentang kejadian tadi sore terus terngiang di ingatan.
-menyebalkan sekali- geram Aldi dalam hati.
Argghhhh!!! ingin rasanya berteriak sekuat mungkin.
Bahkan ingin mendengar suara Zara saja rasanya sulit untuk saat ini.
***
Dua hari sudah berlalu sejak sore itu. Sebisa mungkin Aldi melupakan dan berusaha bangkit. Walaupun terkadang dia sangat merindukan sosok Zara disisinya.
Ting! Tong!
Suara bel berbunyi.
Mba Rahayu segera membuka pintu.
"siapa ya pagi-pagi gini.. apa mba Zara sudah pulang..." gumam mba Rahayu.
"i.. ibu..." suara asisten rumah tangga Aldi terbata melihat siapa yang datang.
"kamu kenapa gugup??" momy Aldi nyonya Lia berada dibalik pintu bersama Tyas. "Aldi sama Zara nya ada..."
Mba Rahayu bingung mau jawab apa, kenyataannya ratu dirumah itu sudah beberapa hari tidak terlihat dan Aldi sama sekali tidak memberitahu apapun.
"ya.. Bu.. pak Aldi ada.."
"oke.. tolong di panggil ya mba.. bilang momy nya Dateng.." nyonya Lia segera menghambur kedalam diikuti Tyas.
"baik Bu.."
.
"hai.. Aldi..." sapa nyonya Lia memeluk tubuh putra bungsu
"mommy.. kesini kok ngga bilang-bilang" Aldi kaget bukan main, tak dinyana pagi sekali mommy nya sudah bertandang.
"kenapa harus ijin dulu mau ketemu anak sendiri... kebetulan mommy sama Tyas tadi habis sarapan diluar.. biasa mau nyenengin ibu hamil... sekalian mommy bawain bubur ayam kesukaan kamu" sahut nyonya Lia panjang lebar.
Nyonya Lia memperhatikan sekeliling ruang tamu, wanita yang masih cantik diusia menginjak setengah abad itu mengerenyitkan dahi.
"istri kamu mana??"
deg!
Pertanyaan itu lebih mengerikan daripada harus menghadapi sidang Skripsi!
"Zara... dia..." otak Aldi bekerja sangat keras untuk mencari alasan yang tepat. "hmmm.. dia tadi pamit pergi gowes mom..."
"oh gitu ya.. kamu itu istri jangan biarin pergi sendiri.. ditemani nanti kalau ada apa-apa gimana..." nasehat nyonya Lia
"iya mom.. "
"ya sudah mommy ngga lama.. ini bubur buat kalian,, susu sama vitamin untuk Zara...", ujar nyonya Lia menyodorkan dua kotak susu dan vitamin
"untuk apa ini mom?" tanya Aldi heran
"biar kalian bisa cepet kasih mommy cucu juga... sudah hampir setahun tapi belum ada tanda-tanda..." bisiknya membuat bulu kuduk Aldi merinding, bagaimana mau hamil.. proses nya saja tidak pernah!!!
"oke.. mommy pulang jangan lupa malam ini ajak Zara kerumah,,kita barbeque an ditaman.. sudah lama ngga kumpul..." titah nyonya Lia segera pulang mengajak menantu barunya.
.
Ajak Zara kerumah??-- pagi-pagi Aldi sudah sarapan yang mengerikan,, tentu saja seandainya dia dan Zara tidak punya masalah mungkin undangan mommynya sangat menyenangkan,, semua jadi menyebalkan karena keadaan berbalik 180 derajat dan tentu dia tidak ingin kedua orang tua nya tahu kalau istrinya sedang melarikan diri.
oh my god-- keluh Aldi dalam hati.
***
"Zara .. sampai kapan kamu mau tiduran.. ??" panggil Shanum menarik selimut yang menutupi tubuh adiknya yang tidak bersemangat.
"lihat dirimu.. ini weekend harusnya kamu bersemangat,, lagipula sudah beberapa hari ini kamu disini.. apa kamu ngga kepikiran mau pulang..." Shanum coba duduk ditepi kasur melihat adiknya yang masih terpejam.
Zara menggeliat, lalu berusaha duduk.
"kakak mengusir ku...??" lirih Zara sedih.
"bukan itu... tapi tidak baik meninggalkan suami lama-lama" Shanum coba mengatur bicaranya supaya makhluk yang sedang gundah gulana ini tidak salah paham padanya.
Adik bungsunya menggeleng lemah, dia sendiri enggan mau pulang. Bagaimana jika Aldi tidak berharap kepulangannya, buktinya sama sekali Aldi tidak menunjukkan tanda ingin bertemu atau mencari tahu keberadaan dirinya.
Shanum memeluk tubuh Zara.
"seperti apapun masalah kalian segera selesai kan baik-baik hadapi,, jangan malah menghindar,, semakin kamu berlari dari masalah semakin kamu merasakan sakit.. kamu mengerti kan..."
Zara menenggelamkan wajah dibantal, seandainya dia punya keberanian itu.. pasti dia tidak akan berada berlama-lama ditempat kakaknya. Lagipula sampai kapan harus mengalah...???