Tristan menarik nafas dalam-dalam, untung ia sempat memberikan kado yang ia pilih kan untuk gadis itu. Buru-buru Zara memasukkan bingkisan dari Tristan kedalam tasnya
"hati-hati.. ingat kamu berhutang padaku ya.."
"siaap.. terimakasih kadonya.. see you bye..." Zara melambaikan tangan, Tristan mengekori punggung Zara lalu menghilang di tikungan.
***
Kejutan kecil yang diberikan Aldi.. itu menurut Zara,,, padahal sebenarnya semua adalah ide Dimas, mulai dari mengajak nona nya ke SPA,, lalu ke salon dan menyiapkan gaun selutut berwarna gelap untuk acara dinner malam ini.
ah..!! Dimas memang harus multi Talenta, disamping harus mengurusi cafe terkadang dia juga harus siap melayani kebutuhan teman sekaligus boss yang merepotkan itu! tapi selama ini Dimas mau mau saja....
"waahh... nona cantik sekali.." puji Dimas mendapati istri tuannya selesai di makeover oleh tangan ahli Bella,,wanita setengah matang yang dulu juga menjadi perias saat Zara prawedding.
"bagaimana... cantik kan hasil karya ku..." Bella memuji diri sendiri.. lalu ia mendekati Dimas menadahkan tangannya
"tip nya jangan lupa..." todong Bella kemudian
"iya.. iya.. dasar matre..." gerutu Dimas mengeluarkan beberapa lembar uang merah.
"oke nona.. ayo kita meluncur..." ajak Dimas berkomando.
Zara mengekori pria Arab tampan satu itu.
Ada desiran rasa bahagia dalam relung hatinya,, ini kejutan manis dari Aldi..
***
Kilau lampu menghiasi lokasi dinner romantis untuk Zara dan Aldi, ada nyala lilin diatas meja, sebuah kue ulang tahun berbentuk hati bewarna pink muda dengan hiasan mawar terbuat dari coklat, lalu sebuah kado terbungkus rapi yang diletakkan di atas meja.
Dimas sengaja memilih lokasi outdoor agar terkesan lebih romantis. Zara terkesima, ia bak seorang putri ,, semilir angin terasa menyapa wajah cantiknya memanggil untuk segera duduk menanti sang pangeran.
"tugas ku selesai..." gumam Dimas, ia tinggal menunggu Aldi datang, sejak tadi ia coba mengabari bossnya untuk tidak terlambat datang pada kencan romantis yang sudah ia persiapkan, tapi ponsel Aldi mati, beberapa pesanpun sudah ia kirim, tetap saja masih centang satu.
"nona.. saya tinggal dulu ya.. kalau butuh sesuatu hubungi saya saja" Dimas menggoyang ponselnya,
"baiklah.. terimakasih..." Zara senyum sumringah
"semoga dinnernya menyenangkan...." ucap pria Arab itu kemudian menghilang.
.
Beberapa kali Zara memperbaiki posisi duduknya, setetes air pun belum ia teguk. Tapi seingatnya sudah setengah jam berlalu, Aldi belum nampak.
"mungkin dia terjebak macet.." gumam Zara yang mulai kehausan, ia meneguk air mineral yang tersaji di meja.
.
Satu jam.
Aldi juga belum ada kabar, Zara terus meyakinkan hatinya kalau Aldi tidak akan ingkar janji... matanya mulai berkaca-kaca.
waktu sudah lebih dari jam 8 ia mulai merasa lapar, yang ditunggu belum juga hadir.
"kemana kau Aldi..." Zara menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan.
Tak terasa sudah tiba waktunya cafe itu tutup.
"maaf nona.. kami sudah mau tutup..." seorang pelayan wanita mendekati.
Tubuh Zara seakan lunglai... ia menatap kosong kearah pelayan yang memakai pakaian seragam cafe itu.
"apa hari ini ulang tahun mu..." tanyanya dingin membuat pelayan itu ngeri saja.
"ti.. tidak nona..."
"apa saudara mu ulang tahun.."
"kebetulan hari ini pacarku yang ulang tahun nona.."
"kalau begitu ambil saja kue ini, pokoknya semua yang ada dimeja ini untuk mu saja..." Zara mengangkat tubuhnya yang terasa berat.
"maaf nona.. kami tidak boleh.."
"kalau begitu buang saja..." ujar Zara acuh ia melepaskan heels yang sejak tadi ia kenakan, lalu melangkah dengan gontai, tak lupa ia membawa kado dari Aldi...
.
"kau menyebalkan Aldi...." umpat Zara kesal, kini airmatanya berhamburan membasahi wajah cantiknya. Ia berjalan tanpa alas kaki menyusuri trotoar.
"apa kau begitu membenciku sampai kau permainkan aku seperti ini??!!!" Zara setengah berteriak, ia tak peduli jika itu akan mengundang perhatian beberapa orang disana.
Puas berjalan sampai kaki pegal Zara coba Duduk disebuah halte. Ingin rasanya ia meminta bantuan Tristan, tapi niat itu ia urungkan, sudah malam ia tak ingin menggangu istirahat si pria maskulin.
Udara begitu terasa dingin, tapi itu semua tidak membuat Zara gentar, ingin rasanya ia berteriak, memaki bahkan menangis sekuat yang ia bisa. Manik bening disudut matanya terus mendesak keluar tanpa bisa ia hentikan.
Tak lama sinar lampu mobil menyorotnya, Zara menyipitkan mata hendak melihat siapa yang datang. kalau seorang penguntit atau pria cabul ini akan jadi masalah untuknya.
"nona... Anda disini..." suara Dimas terdengar khawatir.
"kau..."
"maaf nona.. Aldi tidak bisa dihubungi aku takut dia tidak datang... ternyata benar, aku bertanya pada pelayan cafe tadi katanya nona sendirian..."
Zara tertunduk,, kali ini ia menumpahkan semua kesedihannya.
"hiks.. hiks..hu..hu..hu...." tangisnya kian pecah,, sungguh tak disangka Aldi tega mengangkatnya hingga melambung keangkasa lalu menghempaskan hingga terbenam jauh di dasar bumi.
"mari nona aku antar pulang..." Dimas merasa bersalah.
Gadis itu diam,, airmata nya perlahan surut, ia menatap kearah asisten suaminya.
"aku lapar..." ucapanya membuat Dimas terperangah.
***
Dari cara nona nya makan Dimas yakin 200% kalau sang nona sedang kelaparan hebat. Ia terpaksa mengajak Zara makan nasi goreng di kaki lima.
~kau keterlaluan Aldi ..~ gerutu Dimas geram dengan perlakuan Aldi pada istrinya, demi Aura ia tega mengabaikan Zara!
"nona maaf..."
"tidak usah dibahas nanti selera makanku hilang..." Zara terus menyuap nasi goreng kemulutnya, diiringi tetesan air mata yang turun perlahan.
Bodoh!
satu kata itu yang ia ucap untuk dirinya sendiri.
.
Sementara Dimas dirundung rasa bersalah pada Zara .. ini idenya tak dinyana susah payah ia persiapkan malah gagal begini!
***