Chereads / I don't know you, but I Married you / Chapter 387 - Pertemuan 1

Chapter 387 - Pertemuan 1

Dariel baru saja selesai meeting dan mendapati pesan dari mertuanya. Kenan meminta dia kerumahnya sekarang dan seorang diri pula. Ada apa?kenapa Kenan tiba-tiba meminta seperti itu?ketika dia tanya hanya ada balasan urusan penting. Kini Dariel melakukan panggilan namun Kenan tak menjawabnya.

"Nay...tolong batalin semua janji saya hari ini ya. Saya ada urusan mendadak takut lama dan ga balik lagi."

"Iya pak." Nayla menurut. Perasaan Nayla mengatakan jika ibunya sedang melakukan sesuatu. Sejak tadi pagi ibunya sudah berbisik akan menemui orang tua Ara dan membuat Nayla terkejut. Pikirnya sekarang Ibunya pasti sedang bertemu dengan mereka dan meminta Dariel datang. Nayla bingung. Dia tak mau terjadi sesuatu dengan ibunya atau bahkan ayahnya tahu.

"Joe hari ini aku ijin setengah hari ya.."

"Kenapa?"

"Aku ga enak badan tapi aku selesain dulu kok tugas dari pak Dariel."

"Kalau ga enak barang biar aku yang lanjutin. Kamu istirahat aja."

"Ga papa, aku masih kuat."

"Yakin?kamu bawa mobil loh."

"Yakin. Ga papa kan?"

"Ga papa." Jawab Joenathan tanpa curiga sementara itu di dalam ruangannya Dariel langsung menghubungi Ara.

- Halo bang.

- Halo sayang, lagi apa?

- Lagi ngajak ngobrol Triplets.

- Bangun semua?

- Engga sih, Davin lagi tidur.

- Abang hari ini pulang telat ya sayang.

- Kenapa?Jangan lembur dong inget anak kenapa sih?ga papa deh ga inget ibunya.

- Bukan gitu sayang justru Abang pingin cepet pulang cuman Daddy suruh Abang kerumah takut kesorean.

- Ada apa?

- Paling soal kerjaan. Hari inikan Daddy sama mommy ga ke kantor nemenin Kris sekolah.

- Oh kirain kemana.

- Makannya dengerin dulu kenapa sih?ini langsung aja ngegas sama suami.

- Iya-iya maaf.

- Pulangnya mau nitip ga?

- Pulangnya malem banget ga?

- Enggalah, kalo sampe malem mending Abang jemput kamu dulu suruh nginep. Ga mungkin Abang tinggalin kamu lama sama Triplets.

- Ya udah aku pingin es cendol.

- Es cendol?

- Iya ngelewatkan? yang pake Thai tea itu loh bang, deket mie ayam langganan mommy.

- Oh iya-iya nanti Abang bawain, itu aja?ga ada yang lain?makananya?

- Wih...pengertian banget papi.."

- Iya dong, mami harus banyak makan supaya malem ada tenaga.

- Malem?

- Iya..tenaga buat nyusuin maksudnya.

Dariel senyum-senyum dibalik telepon.

- Nyusuin bapaknya.

Canda Ara.

- Ya udah mau apa sayang?

- Aku pingin ayam bakar ya, Abang juga beli makan soalnya bi Inah ga sempet masak tadi bantuin aku.

- Iya sayang. Ya udah nanti Abang kabarin ya. Assalamualaikum.

- Walaikumsalam..

Ara mengakhiri teleponnya sementara Dariel bergegas kerumah mertuanya.

****

"Bu...Dariel udah nikah dari beberapa tahun yang lalu. Punya anak 3, kembar. Apa Ibu ga mau ketemu?" Kenan mulai bersuara. Perkataannya malah disambut tangisan kecil. Santi kini menangis menyadari betapa sudah dewasanya Dariel. Hal itu semakin menandakan bahwa lama sekali dia meninggalkan anak itu. Anak kecil yang dulu sering berlari-lari itu kini sudah memberinya 3 cucu. Jesica segera mengambil sekotak tisu dan meletakkannya diatas meja. Mereka membiarkan Santi menangis terlebih dahulu.

"Saya... merasa...bersalah....dengan...Dariel."

"Dariel itu cukup dewasa Bu. Diawal-awal mungkin dia sulit menerimanya tapi saya lihat dia sudah ikhlas jika orang tuanya pergi. Dia bahkan menemui ayahnya bukan untuk meminta pengakuan. Dia cuman pingin tahu siapa." Kenan tak segan memuji menantunya itu.

"Bu...kalo memang ga bisa ketemu lagi apa salahnya bicara dengan Dariel baik-baik?Ibu bilang Dariel suka nyapa?dia sendiri selalu mengharapkan ibu menyapa juga. Selagi ada kesempatan kenapa engga?ga ada yang tahu juga apa ini kesempatan terakhir." Kenan seakan membujuk dan tidak lama suara langkah kaki terdengar dan kini 2 orang terlihat dari balik pintu. Itu Pak Stefan dan Tante Vani yang datang bersama Rena. Rupanya Kenan juga mengundang keduanya datang.

"Masuk..pak..Bu.." Jesica segera berdiri dan menyambut mereka.

"Rena main di dalem yuk sama Kris.." Ajak Jesica yang langsung dijawab anggukan. Rena benar-benar anak yang cantik dan manis. Pak Stefan hanya tersenyum begitupun Tante Vani yang duduk di sofa kosong yang tak jauh dari Kenan duduk. Jesica sudah kembali dan duduk lagi di tempatnya.

"Bu Santi..ini yang saya ceritakan tadi. Ini pak Stefan dan ini Ibu Vani. Keduanya yang merawat Dariel." Jesica mulai memperkenalkan sosok keduanya pada Santi. Tidak lama Santi malah berlutut sambil memegangi kedua tangan Pak Stefan.

"Terima kasih...pak...Bu...terima kasih..." Santi dengan suara sendunya.

"Bu..Bu...duduk aja ga papa.." Pak Stefan tak enak. Dia tak mengira dengan tindakan ibu kandung Dariel itu. Kini Santi duduk lagi di kursinya.

"Sebelumnya saya sedikit terkejut tiba-tiba dapet kabar suruh kerumah Ken katanya ada ibu kandung Dariel datang. Untung saya lagi di daerah sini jadi bisa langsung ke TKP. Jadi bener ... ibu yang namanya Santi?"

"Iya pak."

"Bu...Saya ngerawat Dariel dari usia 15 tahun. Ga sedikitpun saya menyangka Dariel hari ini bisa jadi orang. Saya inget banget ketemu dia waktu dia lagi beres-beres karena diusir sama pihak penjualan. Anak kecil udah kurus kering sekarang keliatan gagah minta ampun. Saya sama istri merawat dia dengan ikhlas Bu sampe saya sendiri yang nganter dia nikah. Saya jawab rasa terima kasih ibu dengan kembali kasih." Pak Stefan dengan mantap.

"Saya...ga ada niat pak tinggalin Dariel. Saya terpaksa lakuin itu buat ngelindungin dia.."

"Pasti ada alasan kenapa ibu lakuin itu terlepas dari baik atau buruknya alasan itu bahkan saya juga ga tahu ibu berkata jujur atau engga yang jelas saya percaya. Saya ingin yang terbaik buat ibu dan Dariel tapi Bu...saya mohon....kalo memang tujuan ibu datang buat melukai perasaan Dariel saya ga mau. Saya ga kasih ijin. Dariel sudah saya anggap anak kandung saya. Liat dia waktu kecil aja saya ga tega jadi saya harap kedatangan ibu bukan untuk itu." Pak Stefan langsung memberi batasan pada ibu kandungnya. Dia benar-benar ingin menjaga perasaan Dariel.

"Bukan pak...saya bahkan ga ada niat buat ketemu Dariel. Saya hanya ingin mengucapkan rasa terimakasih buat ibu dan bapak. Biar Allah yang membalas kebaikan ibu dan Bapak. Saya ga bisa balas dengan apapun." Santi menunduk sedih. Pak Stefan menatap Kenan.

"Yakin Bu ga mau ketemu Dariel?anaknya udah datang." Kenan sambil menatap ke arah pintu yang kini menampakkan sosok anaknya. Dariel terkejut dengan wanita yang dilihatnya. Benarkah itu?itu ibunya?sedang apa dia disini?kenapa ada dia?. Dariel bahkan sudah tak berniat untuk melihatnya lagi.

***To Be Continue