Chereads / I don't know you, but I Married you / Chapter 386 - Tamu misterius

Chapter 386 - Tamu misterius

"Kris tadi belajar apa?" Tanya Kenan sambil menyetir.

"Ga belajar, semua orang maju ke depan dad.."

"Kris kedepan ngapain?"

"Kenalan sama temen-temen.."

"Kris perkenalannya gimana?coba Daddy pingin liat." Kenan terus bertanya-tanya padahal dia sudah merekamnya dibalik jendela kaca tadi. Anaknya itu tampak malu-malu memperkenalkan diri.

"Malu..." Kris bersembunyi dilengan ibunya.

"Kok malu?anak mommy harus pemberani dong."

"Banyak olang.."

"Anak-anak lain juga kenalin diri ga malu. Biasanya Kris paling aktif.."

"Olang-olang liatin Klis mom."

"Iya karena pingin kenal sayang."

"Klis punya temen."

"Temen?coba mommy pingin tahu nama-nama temen Kris dikelas. Inget ga?"

"Tifany, Meli, Richard, Kelvin, Laja, Cinthya, banyak mommy temen Klis tapi Klis seneng sama Laja dia baik mommy."

"Raja maksudnya?"

"Iya.."

"Kris juga harus baik sama temen, ga boleh main pukul, ga boleh ngejek, semua ditemenin."

"Iya mommy.."

"Inget loh Kris kata Oma kalo Kris jadi anak pinter dibeliin pesawat sepuluh." Kenan menggoda.

"Klis Juala dad.."

"Kalo juara besok ke kelas ga usah pake drama lagi. Daddy sama mommy anterin sampe depan kelas ya, udah itu Kris duduk. Pulang sekolah pasti kita jemput."

"Klis takut, Klis malu.."

"Takut sama siapa?"

"Sama Bu gulu.."

"Tadi Bu guru emang jahat?Apain Kris?coba bilang Daddy."

"Engga dad.."

"Ya udah ga usah takut. Inget kata Daddy ya, Kris itu laki-laki jangan cengeng, harus jadi pemberani." Kenan hanya membuat Kris mengangguk.

"Kita cobain pelan-pelan ya, mungkin Kris belum kebiasa." Jesica membelai halus rambut Kris. Rasanya anaknya cepat besar sekarang. Kini Kenan memberikan bunyi klakson ke arah pagar rumahnya membuat sang satpam segera membuka pagarnya. Mobilnya pun melesat masuk dengan perlahan. Setelah berhenti Jesica keluar dari mobilnya sambil menuntun Kris. Anak itu kini berjalan dengan tas gendong dipunggungnya. Mata Jesica langsung disambut oleh seorang sosok yang kini duduk diruang tamunya. Sosok yang sudah pernah dia lihat sebelumnya. Perempuan tua itu kini duduk dengan tenang ditemani minuman di meja. Kenan yang berada dibelakangnya pun merasa tak asing dengan wajah perempuan itu. Ya...dia juga pernah melihatnya walaupun tak secara langsung bahkan ini adalah pertemuan pertama mereka.

"Siang Bu, pak.." Sapa perempuan itu.

"Siang Bu.." Kenan dengan ramah lalu duduk di sofanya.

"Bi..." Teriak Jesica dan tak lama kemudian bi Rini pun datang.

"Iya Bu."

"Kris sana bibi dulu ya, mommy ada tamu sayang. Bi...bajunya diganti dulu ya, terus ajakin makan." Jesica membuat Kris menurut. Kini bi Rini menggandeng tangan Kris sementara Jesica duduk disamping Kenan. Semakin diperhatikan lagi. Ya..tak salah lagi dia pernah lihat tapi namanya bukan Lintang.

"Maaf ya Bu nunggu lama. Kebetulan hari ini, hari pertama anak saya masuk sekolah."

"Iya ga papa Bu. Saya Santi.." Perempuan itu langsung memperkenalkan dirinya padahal jelas Kenan sudah tahu siapa dirinya. Dia bahkan sudah tahu asal usul perempuan itu. Ya...perempuan yang dihadapannya sekarang adalah ibu kandung Dariel.

"Saya Jesica, ini suami saya Kenan." Jesica ikut memperkenalkan dirinya sendiri.

"Maaf saya ganggu waktu ibu dan bapak."

"Oh..engga Bu, tenang aja Justru saya ga enak udah bikin ibu nunggu. Jadi...ada perlu apa Bu?"

"Makasih. Makasih...udah jagain Dariel.." Ucapan Santi membuat Kenan dan Jesica saling menatap satu sama lain.

"Jagain?bukan saya Bu yang jagain Dariel. Ada orang tua yang sejak awal udah jagain Dariel selain kita. Kita cuman ngebantu aja karena kebetulan anak saya istrinya Dariel."

"Waktu itu saya liat berita keluarga ibu di tv dan disana ada foto Dariel jadi saya cari tahu tentang ibu dan bapak."

"Dapet nomor saya darimana?ga mungkin dari berita itukan?"

"Dari Nayla.."

"Jadi ibu udah tahu Nayla kerja di tempat Dariel?"

"Udah Bu."

"Kenapa identitas ibu bernama Lintang?"

"Lintang temennya anak saya. Saya dibantu sama dia dan Nayla. Kalo saya pake nomor saya, saya takut suami tahu."

"Jadi apa yang bisa saya bantu Bu?" Jesica langsung to the point bertanya hal apa yang membawa ibu kandung Dariel menemuinya.

"Saya pindah kemari baru 2 tahun yang lalu. Rasanya saya senang Bu, pak, kembali lagi kesini. Saat saya disini, saya mencoba mencari informasi dimana keberadaan Dariel tapi belum juga ada hasil sampai tak sengaja waktu itu kami bertemu dibandara." Wanita itu mulai bercerita. Kenan dan Jesica hanya menyimaknya saja namun bagi Kenan pasti ada sesuatu hal yang ingin dia sampaikan pada Dariel oleh karena itu diam-diam Kenan menghubungi Dariel dan menyuruhnya datang seorang diri kerumah.

"Hari itu saya memang tak langsung menyapa Dariel walaupun dia menyapa saya tapi saya cukup senang tahu dia hidup dengan baik. badannya, kulitnya terlihat cukup terawat padahal bertahun-tahun saya hidup memikirkan bagaimana nasib Dariel. Dariel adalah kesalahan saya. Dia bukan darah daging suami saya dan jelas itu membuatnya marah. Kami punya perjanjian untuk tetap membiarkan Dariel hidup asal saya tak mengganggapnya sebagai anak saya. Jelas saya lakukan itu, kalau saya menolak mungkin suami saya bisa melakukan apapun. Saya hanya ingin melindungi Dariel."

"Kenapa waktu itu ibu ga kasih aja sama ayah kandungnya?"

"Ayah kandungnya ga percaya kalo saya hamil anak dia dan ga mau nerima Dariel jadi saya putuskan untuk tetap membawanya. Saya ga mungkin menelantarkan dia dijalanan. Masih mending kalo ada yang ambil tapi kalau sampai dibunuh atau hal lain menimpanya saya juga ga mau. Saya menunggu sampai waktu dia sudah mengerti dan bisa hidup sendiri. Sehari sebelum saya meninggalkan Dariel saya suruh Nayla untuk memberikan tabungan saya pada Dariel, berharap itu cukup sampai ayahnya datang karena dihari yang sama saya menemui ayah kandungnya lagi sampai saya mohon-mohon agar dia menemui Dariel dan membawanya karena saya akan pergi. Saya pikir dia datang tapi...sepertinya ayahnya ga pernah menemui Dariel.."

"Ayahnya emang ga pernah datang Bu karena yang menolong Dariel itu pak Stefan dan Bu Vani. Mereka pemilik rumah baru yang ibu jual. Awalnya Mereka mempekerjakan Dariel ditoko miliknya lalu Dariel bekerja di perusahaan suami saya. Walaupun begitu bukan berarti Dariel ga tahu siapa ayahnya, Dia udah tahu siapa ayah kandungnya. Saya dan suami mencari tahu tentang itu karena Dariel ga berhenti mikirin keluarganya. Dariel itu anak yang baik. Penurut dan sabar. Jujur saya sedikit kecewa ada orang tua yang tega menelantarkan anaknya seperti itu."

"Saya mengerti kesalahan saya, saya juga ga pantes nunjukkin muka dihadapan dia. Saya cuman mau bilang makasih sudah merawat Dariel. Saya ga bisa balas dengan uang atau apapun. Tahu dia sudah bahagia pun cukup membuat saya tenang."

"Saya ga minta apapun. Kami sekeluarga ikhlas dan tulus banyu Dariel."

"Bu...Dariel udah nikah dari beberapa tahun yang lalu. Punya anak 3, kembar. Apa Ibu ga mau ketemu?" Kenan mulai bersuara. Perkataannya malah disambut tangisan kecil. Santi kini menangis menyadari betapa sudah dewasanya Dariel. Hal itu semakin menandakan bahwa lama sekali dia meninggalkan anak itu. Anak kecil yang dulu sering berlari-lari itu kini sudah memberinya 3 cucu. Jesica segera mengambil sekotak tisu dan meletakkannya diatas meja. Mereka membiarkan Santi menangis terlebih dahulu.

***To Be Continue

***