Chereads / I don't know you, but I Married you / Chapter 345 - Pimpinan Baru

Chapter 345 - Pimpinan Baru

Sehari sebelum....

Jay dan Tiara sudah menetap di Jakarta tapi urusan melamar Tiara belum juga Kenan lakukan. Dengan adanya kejadian ini, tentu saja hal itu jadi terpending membuat Jay harus bersabar lagi walaupun sejujurnya dia sudah gatal dan tak bisa menahan dirinya.

"Aku ga suka mommy..." Jay datang dengan setelah jas rapinya berwarna biru navy. Dia mengenakan kemeja putih dengan rompi berwarna biru dasi hitam serta celana dan jas biru juga. Kenan, Jesica, dan Tiara yang ada disana hanya tersenyum.

"Ganteng kok bang."

"Aku ga suka, ini kaya orang tua.." Jay segera melempar jasnya melonggarkan dasinya. Dia tak suka dengan ide masuk kerja besok. Hanya saja jika dia menolak dia tak tega dengan kakaknya.

"Kaya orang tua darimana sih bang?cakep ga Tiara?"

"Cakep kok bang.." Tiara segera memberi komentar sementara pacarannya itu masih terlihat kesal.

"Coba liat celananya Daddy." Kenan memperhatikan gaya Jay sekarang.

"Bang bener loh bagus Abang pake setelan Jas gitu. Biasanya juga abang ga protes. Waktu ke acara wisuda kakak bahkan acara wisuda sendiri abangkan pake setelan yang sama model begini."

"Tapi beda dad rasanya. Ini harus aku pake 8 jam dalam 5 hari."

"Ya sekarang lebih malu mana pake kolor sama kaos doang atau pake setelan begini?"

"Ya masa ke kantor pake kolor doang.."

"Ya itu tahu makannya lebih mantes gini kan?"

"Ahaha..kolor, Abang pake kolor.." Kris menertawai sementara Jesica langsung mencubit paha Kenan karena berucap hal itu di depan Kris. Tiara kini berdiri mendekati Jay.

"Abang ngerasa jelek tuh karena Abang malu dan ga percaya diri." Tiara membenarkan dasinya. Merapikan kembali ketempat seharusnya. Lalu dia meraih lagi jas yang dilempar Jay ke bahu kursinya. Memakaikan lagi ke badan kekasihnya. Itu tampak serasi.

"Kalo kaya gini kan cewek dikantor juga pasti pada kesengsem. Seneng pasti punya bos macem Abang. Enak diliat, pinter lagi." Puji Tiara sambil menepuk-nepuk jasnya takut ada yang sesuatu yang mengotorinya.

"Aku cuman sayang kamu." Jay tanpa malu mengatakan hal itu membuat Kenan memutar bola matanya. Pandangannya fokus kembali pada tayangan di tv. Tiara hanya tersenyum. Dia sudah tak heran dengan tingkah Jay.

"Mommy Klis mau mommy..Klis mau pake jas.." Kris merengek.

"Ambil Jas Krisnya dimana."

"Ayo..ambil mommy..."

"Jangan nyuruh-nyuruh mommy, ambil sendiri." Tegur Kenan.

"Klis ga tahu, ayo mommy..." Kris menarik-narik tangan Jesica. Dia pun berdiri dan mencari setelan milik Kris.

"Besok aku pake ini." Ucap Jay seakan tak terganggu dengan rengekan Kris.

"Udah pinter modus anak Daddy." Sindir Kenan. Dia pikir Jay hanya ingin mendapatkan perhatian dari Tiara. Kini keduanya duduk bertepatan dengan Kris datang dengan membawa setelannya.

"Sini buka.."

"Malu.." Kris melihat kearah Tiara.

"Ga papa, kamukan pake kolor.." Ledek Jay.

"Bang..." Tegur Jesica. Kini anaknya itu bersembunyi dekat ayahnya dan mengganti pakaiannya. Setelah selesai Jesica memakaikan dasi kupu-kupunya.

"Klis pingin kaya Abang.."

"Anak kecil harus pake kupu-kupu..."

"Mas Klis, bukan anak kecil."

"Mas?sejak kapan pingin dipanggil Mas?" Jay tertawa kecil.

"Klis mau punya 5 bayi." Ucap Kris tak mengerti jika 2 bayi telah tiada.

"3 sayang.."

"5 mommy, 3 kakak Ala, 2 kakak Lan jadi 5 mommy..."

"Pinter berhitungnya, tapi sekarang yang punya bayi cuman kakak Ara."

"Kris..kakak Ran punya 2 bayi tapi bayinya ga sama kita bayinya disurga." Kenan mencoba memberi pengertian pada anaknya.

"Kenapa?kenapa ga sama kita?"

"Karena Allah lebih sayang sama bayinya jadi Allah dan malaikatnya yang jaga."

"Bayinya ada dad, bayinya ada dirumah kakak lan. Kepalanya botak. Bayinya dua.." Kris mengingatkan Kenan dengan kemampuan istimewa anaknya. Seketika Jesica teringat lagi. Dia sedikit meneteskan air matanya namun Jesica segera mengusapnya sebelum Kris melihat. Jay dan Tiara hanya bisa terdiam menyaksikan adegan itu. Sepertinya kesedihan masih menyelimuti keluarga mereka.

***

Acara penyambutan dan pengenalan Jay berjalan dengan lancar meskipun Jay begitu malu-malu untuk memperkenalkan diri. Sang kakek hadir disana begitupun Ara yang duduk tepat disamping ayahnya. Jay benar-benar mengenakan kemeja yang kemarin dicobanya.

"Selamat bergabung Pak Jay..." Seseorang menjabat tangannya.

"Bapak?aku bukan bapak-bapak..." Jay protes membuat orang yang ada didepannya tersenyum. Semua orang bergantian menyalami Jay yang kemudian dilanjutkan dengan sebuah jamuan kecil.

"Daddy, aku bukan bapak. Aku ga punya anak, aku belum tua.." Jay segera mengadu.

"Itu panggilan hormat bang. Dikantor emang begitu."

"Aku ga suka dad.."

"Harus terbiasa Jay, masa ke atasan manggil nama ga sopan." Tegur Ara.

"Aku sebel." Jay menampakkan wajah cemberutnya.

"Bagus tadi sambutannya."

"Itukan yang bikin Daddy mom.."

"Tapi bagus kok Abang bawainnya."

"Klis juga mau kedepan dad.."

"Iya nanti, nanti Kris kedepan." Kenan segera mengais anak bungsunya.

"Selamat Jay....maaf terlambat." Kay datang dengan Kiran. Dia memeluk kembarannya itu sebentar.

"Iya ga papa."

"Selamat Jay.."

"Makasih Ran.." Jay menerima bunga yang dibawa Kiran.

"Sehat Ran?"

"Sehat mom.."

"Kayanya ada yang beda nih?" Jesica mengamati penampilan baru Kiran.

"Cantik ga mom Ran?" Ucapan Kay membuat Kiran menyikutnya.

"Tambah cantik malah." Puji Jesica.

"Makasih mommy."

"Ya udah sambil makan sana."

"Ayo sayang, kita berburu kuliner." Kay merangkul istrinya dan berjalan kearah meja buffet. Tak lupa mereka pun menyapa opa dan omanya yang tampak sibuk berbincang dengan para karyawannya.

"Duh..ga mau diem nih anaknya.."

"Hah?mules kak?"

"Engga, ga mules cuman berasa ada yang gerak terus mom.."

"Ikutan ngerayain unclenya kali.." Kenan mengelus perut anaknya.

"Mau aku bawain kursi roda?"

"Engga, ga usah Jay.."

"Congrats..." Tiara memberi kejutan. Tak disangka dia hadir ditengah kesibukannya bekerja.

"Tiara..."

"Seneng, seneng....tadi aja cemberut." Ledek Ara.

"Jadi ini bos barunya.." Tiara memberikan bunga juga untuk Jay membuat kekasihnya tersipu.

"Kok ga bilang mau kesini?"

"Bilang kok sama Tante Sica.."

"Ayo..."

"Kemana?"

"Aku liatin ruang kerja aku.." Jay menarik tangan Tiara dan membawanya keruang kerja miliknya. Dibukanya pintu besar itu dan seketika menampakkan ruangan yang luas. Nuansa hitam putih sangat terasa. Itu adalah permintaan Jay sendiri. Jendela kaca yang besar dan lebar langsung menampakkan jalanan diluar dan dari atas sini mereka bisa melihat burung-burung yang bertengker di pepohonan.

"Aku tuh udah ga sabar tahu ngomong ini.."

"Ngomong apa?"

"Tiara.." Jay meraih salah satu tangannya. Jantungnya berdegup kencang. Ini adalah pertama kalinya dia melamar seseorang. Dia tak tahu bagaiman respon Tiara nanti tapi dia harap itu adalah jawaban terbaik.

"Aku...aku.." Jay gagap.

"Aku apa?coba tenang. Ngomongnya pelan-pelan." Tiara memberi saran namun Jay tak bisa diam. Dia selalu begitu ketika panik.

***To Be Continue