Chereads / I don't know you, but I Married you / Chapter 346 - 2 Syarat terpenuhi

Chapter 346 - 2 Syarat terpenuhi

"Aku...aku.." Jay gagap.

"Aku apa?coba tenang. Ngomongnya pelan-pelan." Tiara memberi saran namun Jay tak bisa diam. Dia selalu begitu ketika panik. Jay kini menarik nafasnya pelan lalu membuangnya. Dia seperti orang yang akan melahirkan saja. Tiara hanya tersenyum bingung. Sebenernya apa yang ingin dikatakan Jay.

"Aku sayang kamu Tiara."

"Iya aku tahu, hampir setiap hari Abang bilang."

"Tapi ini beda."

"Apa yang bikin beda?"

"Ehm..ini..ini..."

"Bang..tenang deh. Kenapa sih?aku ga bawa pisau loh ini."

"Jangan."

"Ya makannya Abang tenang. Ngomongnya satu kata satu kata coba."

"Jay..." Kenan langsung membuka pintu.

"Duh Daddy..." Protes Jay.

"Dicari opa tuh. Keluar dulu yuk."

"Dad...aku.."

"Sebentar bang, Tiara juga ga akan kemana-mana. Iya engga Tiara?"

"Iya om.."

"Ya udah iya. Aku nyusul bentar lagi." Jay mengalihkan pandangannya lagi ada Tiara.

"Ayo kamu juga ikut."

"Aku disini aja."

"Engga nanti kamu pergi."

"Ya ampun bang, aku beneran ga kemana-mana."

"Janji ya, aku belum selesai ngomong."

"Iya janji." Tiara membuat Jay percaya. Jay pun segera keluar dari ruangannya dan menemui sang opa. Rupanya dia membutuhkan Jay untuk menemaninya mengobrol dengan semua manager yang ada disana. Jay hanya diam mendengarkan mereka berbicara. Dia masih meraba-raba tentang dunia bisnis yang dibangun pertama kali oleh kakeknya itu.

"Opa...suruh Kay masuk opa..."

"Kay masih sekolah. Jay harus belajar mimpin."

"Aku ga bisa. Orang-orang disini aneh opa..."

"Engga aneh, kamunya belum terbiasa."

"Oma...suruh Rey aja Oma..." Jay terus mengadu.

"Rey kan udah pegang divisi lain masa ini juga iya. Kasian dong bang..."

"Aku ga suka oma pake baju ini, aku ga suka."

"Bang...inget loh katanya mau ngelamar Tiara. Masa kaya gini sih?di dalam rumah tangga pun nanti Abang mimpin."

"Sabar Jay, semuanya butuh proses. Coba aja dulu."

"Mereka pasti nertawain aku opa."

"Kenapa harus ketawa?ga ada Jay. Kalo kamu denger coba bilang opa."

"Aku ga pernah denger tapi pasti mereka lakuin itu di belakang aku."

"Udah ga usah dipikirin sekalinya ketahuan, ga akan opa kasih ampun."

"Iya opa."

"Cucu oma kan udah sembuh, udah dewasa. Bisalah ngelawan orang kaya gitu."

"Iya Oma.."

"Jadi kapan lamar Tiaranya?"

"Kata Daddy kalo kakak udah lahiran sambil nunggu 40 harian Alm. Keyra sama Keyza."

"Sabar ya bang, kondisinya lagi ga pas. Itu aja Ethan mau nikah ga enak juga gara-gara kejadian ini. "

"Iya Oma, ga papa. Aku ngerti."

"Seengaknya sekarang Ran udah mau keluar." Opa sambil melihat kearah Kiran yang tengah duduk dan memakan kue. Semua tamu yang hadir berangsur pergi dan Aula semakin sepi sementara keluarga Seazon tentu masih disana. Jay memutuskan untuk menyusul Tiara agar berkumpul bersama keluarganya namun dari lorong aula dia bisa melihat Tiara tengah mengobrol dengan seseorang. Seorang lelaki tepatnya. Lelaki yang tak tahu siapa bahkan Jay tak mengenalnya.

"Ya udah aku duluan ya.."

"Iya, hati-hati." Ucap Tiara pada lelaki itu bertepatan dengan Jay datang.

"Siapa?"

"Aldi.."

"Kok bisa kenal?"

"Dia temen kuliah aku dulu di Jogja ternyata ngerantau kesini."

"Ngobrol apa?"

"Ngobrol biasa aja, saling nanya kenapa bisa disini."

"Kenapa harus tahu segala?"

"Mulai deh bang, orang aku baru ketemu masa curiga?"

"Aku kan ga suka kalo kamu berduaan sama cowok."

"Tadikan ga direncanain bang.."

"Dia dari departemen apa?"

"Udah mulai keluar lagi sifat cemburunya."

"Cemburu itu tanda sayang."

"Tanda sayang itu banyak, dari sekian banyak kenapa Abang pilih cemburu?. Cemburu itu nguras emosi loh bang, nguras tenaga juga. cape nanti.." Tiara membuat Jay langsung mengecup pipinya.

"Cium juga tanda sayangkan?"

"Lebih nyenengin kan dibanding cemburu?coba pilih deh hal lain yang lebih menyenangkan buat ungkapin rasa sayang dibanding pake cemburu."

"Iya maaf..."

"Kenapa?tadi kayanya Abang mau nyusul."

"Iya, Aku mau ajakin kamu ke aula."

"Bang..tadi belum selesai loh. Abang mau bilang apa?"

"Ga jadi.."

"Kenapa?"

"Nunggu waktu yang tepat."

"Waktu yang tepat itu ga ada. Yang ada mau atau engga ngomongnya."

"Ya udah ayo.." Jay menarik tangan Tiara lagi dan masuk ke dalam ruangannya.

"Sekarang Abang pelan-pelan ngomongnya. Jangan tegang."

"Tiara...apa kamu inget pertama kali aku suka kamu?aku nyatain di restoran burger di Jogja." Ucap Jay dengan tangan yang membenarkan rambut Tiara yang ada di depannya.

"Iya..aku inget.."

"Waktu itu ga sampe setahun kita putus gara-gara aku sakit atau mungkin juga gara-gara aku yang protektif kaya tadi."

"Waktu itu kita lagi sama-sama belajar."

"Kamu pergi sama orang lain begitupun aku. Aku pernah jujur sama kamu kalo aku sempet suka sama perempuan tapi dia itu jahat."

"Oke lupain part jahatnya." Tiara bergegas memotong perkataan Jay takut-takut kekasihnya itu mengingat kejadian kelam yang menimpanya. Dia tahu perempuan yang dimaksud itu Alyssa.

"Kita pernah berantem sampe ga temenan beberapa bulan. Buat aku mikir mungkin kamu udah lupa dan juga udah bahagia. Ga papa. waktu itu cuman kata itu yang selalu aku bilang buat diri aku sendiri." Perkataan Jay membuat Tiara melangkah lebih dekat. Ya...dia salah waktu itu.

"Kamu mau ngomong apa sih sayang?" Tiara meraih lengan Jay yang berada diantara leher dan pipinya. Dia heran dengan semua ucapan Jay. Sebenarnya apa maksudnya.

"Aku bahagia sama kamu, cuman kamu perempuan satu-satunya yang mau nerima aku. Aku bisa ketemu sama beribu perempuan diluar sana tapi kalo mereka tahu kondisi aku, mungkin...mereka nolak aku. Aku cuman mau kamu Tiara." Jay mengecup bibi Tiara.

"Udah dari lama aku punya niat ini sampai bikin aku susah tidur. Aku ga bisa berhenti mikirinnya tapi karena ada kejadian Kiran dan Kay semuanya jadi kepending belum lagi bentar lagi kakak lahiran jadi makin aja tambah lama, bikin aku ga tahan untuk kasih tahu kamu."

"Oke, jadi ada apa?"

"Setelah kakak lahiran nanti aku sama orang tua aku bakalan kerumah kamu. Aku pingin secara resmi mereka lamarin kamu buat aku." Jay membuat Tiara tersenyum dibanding terkejut. Dia menanggapi hal itu dengan cukup tenang.

"Nikah sama aku Tiara jangan sama orang lain." Perkataan Jay seperti mengandung paksaan.

"Ayo jawab. Aku malu kalo harus nunggu." Jay menundukkan kepalanya.

"Tadi itu Abang ga nanya jadi ga perlu ada yang aku jawab."

"Apa kamu mau nikah sama aku Tiara?aku udah tahu kok caranya bikin anak." Ucapan Jay membuat Tiara langsung menjitak kepalanya. Dia benar-benar gemas dengan ucapan Jay yang sembrono itu. Jay selalu berpikir jika ingin menikah ada dua hal yang harus dia penuhi. Pertama Sudah bekerja dan kedua sudah tahu bagaimana membuat anak.

***To Be Continue