Chereads / I don't know you, but I Married you / Chapter 304 - Teguran Ara

Chapter 304 - Teguran Ara

Sudah hampir sebulan ini Kiran dan Kay disibukkan dengan persiapan pernikahan mereka yang harus secepatnya dilakukan namun belum ada tanda-tanda perubahan sikap dari Kenan maupun Arbi. Hal itu membuat perasaan tak menentu berkecamuk dihati Kay. Sejak pengakuannya itu sikap Kenan berubah drastis padanya, dirumah bahkan mereka jarang bertegur sapa. Kini Kay mengingat kejadian sarapan pagi saat Jay datang. Suasana kala itu semakin canggung bahkan Kay tak berani mengangkat wajahnya. Matanya terus fokus pada makanan yang ada dipiringnya. Jay sesekali melirik kearah orang tuanya tapi hanya tatapan dingin yang ada disana. Kakaknya Ara juga memilih bungkam bersama Dariel. Mereka jauh sudah terbiasa dengan keadaan pagi seperti ini.

"Mom…Klis mau itu mom…"

"Pedes sayang, pagi-pagi jangan makan saus terlalu banyak. Pake kecap aja ya…"

"Ga mau mommy, Klis pingin itu…"

"Engga, nanti Kris sakit perut…"

"Klis pingin mommmy…"

"Kalo lagi makan jangan banyak ngomong, bisa ga kamu diem Kris?" Kenan dengan kesal matanya menatap Kris yang kini ketakutan.

"Sini daddy kasih biar kamu tahu rasanya."

"Stop Mas, aku bisa ngatasin Kris." Jesica menghentikan tangan Kenan yang akan mengambil botol saus yang diinginkan Kris. Kay menyadari mood Kenan benar-benar jelek saat ini. Mungkin karen dirinya. Kay segera beranjak dari kursinya.

"Mau kemana kamu?"

"Aku ke kamar Dad…"

"Kirain mau bikin ulah lagi." Sindir Kenan. Kay hanya diam dan berjalan Kembali. Kini dia di cap sebagai si pembuat ulah.

"Tuh anak ga tahu sopan santun, lagi makan pergi gitu aja. Orang lain belum selesai juga." Gerutu Kenan.

"Nanti aku ajarin." Jesica singkat.

"Aku ga suka disini." Jay ikut-ikutan pergi dari meja makan.

"Mau niru si Kay nih anak." Kenan jadi ikut marah dengan Jay.

"Dad stop, aku ga suka ya setiap sarapan kita gini terus. Mau sampai kapan?" Ara sudah tak tahan dengan situasi yang terjadi.

"Bi…." Teriak Jesica.

"Ibu bu…"

"Jagain Kris bentar ya. Kris ikut bi Tini dulu…" Jesica segera menurunkan anaknya dari kursi.

"Aku mau susu mommy.."

"Iya nanti bibi yang bikin." Jesica membuat bi Tini menggandeng tangan Kris dengan cepat.

"Kakak mau ngelawan daddy?"

"Iya!daddy udah keterlaluan. Segitu bejadnya kelakukan Kay emang dad?dia perkosa orang emang?Dia nyuri?dia bunuh orang?enggakan?dia jauh-jauh datang keisini cuman mau ngakuin perbuatannya. Apa itu juga daddy anggap kejahatan?"

"Dengan gampangnya dia udah coret nama baik keluarga kita, udah 2 kali dia lakuin itu. Dia bikin heboh pake foto dia sama Alyssa sampe bawa-bawa Jay. Semua orang jadi tahu tentang Jay. Sekarang dia bikin hamil orang. Untung aja ini ga nyebar juga."

"Apa?Mas nyalahin Kay soal itu?itu salah aku Mas. Aku yang bikin Andra balik lagi. Ga ada sangkut pautnya sama Kay. Dia aja ga tahu tentang hubungan aku sama Andra."

"Dad aku ga nyangka ya daddy jawab gitu. Jadi daddy pentingin reputasi daddy?Nama baik bisa dibenerin dad. Apa salahnya sih maafin Kay."

"Berhenti kamu ngomong!!" Teriak Kenan sambil berdiri dan menunjukkan ke arah Ara.

"Apa?daddy mau apa?mau nampar aku?sini tampar aku." Ara ikutan berdiri membuat Dariel segera berdiri menengahi mereka.

"Udah-udah kak. Kakak kerja aja. Riel…ajak Ara Riel…" Jesica segera melerai sebelum permasalah ini semakin meruncing. Dariel menarik badan Ara.

"Ga bisa bang, bentar. Aku ga mungkin biarin mommy ngurus sendiri adik-adik aku. Daddy tuh harus dikasih tahu!!ini tuh bukan daddy. Daddy yang aku kenal ga gini." Ara dengan mata berkaca-kaca mengingat kebiasaan Kenan dalam menghadapi masalah. Kenan tak mungkin seperti ini. Ayahnya itu sebenarnya kenapa?apa ini benar-benar soal Kay atau dia punya masalah sendiri?.

"Asal daddy tahu, aku ga pernah marah sama Kay!aku ledekin dia bukan karena dia bandel, karena aku sayang sama dia. Cuman dia yang dijahatin sama orang tapi masih berbuat baik. Cuman dia yang berani ingetin aku kalo aku salah walau pake gaya urakan dia. Buat aku dia tuh orang yang paling sabar dan bertanggung jawab di dunia. Sekejam-kejamnya omongan aku sama dia, ga pernah sampai hati dia balas perbuatan aku Dad. Samakan kaya sekarang?beberapa kali daddy maki dia, tapi dia diem. Mungkin dia tahu dia salah tapi apa pantes sampai sejauh ini dad?apa Kay pantes diperlakukan kaya gini?dia itu anak daddy!!" Kay menahan air matanya.

"Mommy pernah bilang ke aku, keluarga tuh ga boleh musuhan dad, ga boleh saling benci. Tapi kenapa daddy lakuin itu?daddy seneng kita kaya gini?aku kecewa sama daddy." Ara kali ini benar-benar pergi disusul Dariel. Jesica diam. Dia tahu sepertinya Ara sudah memendam kekesalannya sejak kemarin-kemarin.

"Nih…" Dariel memberikan sapu tangannya. Ara bisa menangis sekarang sementara Dariel menyetir dengan tenang disampingnya.

"Daddy jahat…" Ucap Ara sambil menangis.

"Mungkin daddy butuh waktu buat nerima ini."

"Ga pernah daddy marah selama ini."

"Sabar…"

"Abang tahu ga kemarin aku kebawah liat Kay, dia di cuekin Daddy terus apa yang dia bilang sama aku?dia bilang aku boleh marahin dia dan dia bakal terima sambil senyum. Itu bukan Kay. Biasanya dia ledekin aku. Aku ga mau kalo adik aku sampe gila gara-gara ini. Aku ga bisa liat mommy terus belain Kay sendiri di depan daddy. Daddy udah keterlaluan."

"Iya abang ngerti. Ini juga pertama sayang buat daddy. Kasih dia waktu dulu ya. Hari ini kita pulang aja kerumah." Dariel mencoba menenangkan. Dilain tempat Jay duduk bersama dengan Kay di teras balkon. Kay hanya memandang ke arah depan yang menampakkan langit-langit dipagi hari.

"Kamu ga boleh kaya aku Jay. Pacaran kamu harus sehat. Aku yakin kok kamu bukan cowok brengsek kaya aku dan aku juga yakin Tiara cewek baik-baik bukan berarti Kiran engga. Ran itu baik akunya aja yang ga bener, Aku yang ajakin dia jadi kaya gini." Kay mulai berbicara.

"Supaya kamu ngerti aku kasih tahu akibatnya, kamu jangan berani-beraninya berbuat kaya aku. Aku sekarang tuh kaya ngerasa hidup ga hidup. Kalo cuman om Arbi yang jahat aku bisa terima tapi kalo sampai daddy. Aku kaya bukan siapa-siapa Jay."

"Apa om Arbi Jahat?"

"Engga, dia pasti orang baik tapi dia jelas kecewa anaknya dibawa ga bener sama aku. Setiap kali aku kerumahnya. Dia selalu cuek, mata dia selalu keliatan berapi, dia ga pernah mau ngobrol sama aku. Masih untung juga aku ga dihajar waktu itu."

"Apa Ran tahu?"

"Tanpa kasih tahu pun dia kayanya sadar tapi ya udah mau gimana lagi. Aku bakalan tetep bertahan buat Ran. Dia itu tipe cewek yang sangat nurut sama ayahnya jadi aku pikir kalo aku ngelawan om Arbi lagi besar kemungkinan aku bakalan kehilangan Ran juga. Aku bukan contoh yang baik buat kamu Jay."

"Kay…kamu ga sejahat itu. Aku ga pernah bilang makasih sama kamu. Emang aku ga tahu kalo dulu disekolah kamu suka nolongin aku?emang aku ga tahu kalo kamu dimarahin daddy sebenernya karena nolongin aku tapi kamu ga pernah bilang. Kamu itu contoh buat aku. Contoh supaya tetep kuat meskipun orang lagi berbuat jahat sama kita…" Jay dengan nada melow sementara Kay hanya tersenyum. Jay terus bercerita tentang setiap kebaikan Kay saat dia masih kecil yang sebenarnya diam-diam Jay sadari. Dia ingin menghibur kembarannya dan siapa sangka di balik itu Kenan mendengarkan semua curahan hati keduanya.

***To be continue