Sesampainya di Indonesia Kay dijemput oleh sahabatnya Doni yang dengan baik hati menunggu kedatangan Kay di Bandara dengan sabar.
"Kenapa sih Kay?tumben lu nyuruh gw. Biasanya jemputan rumah."
"Gw lagi ga mungkin nyuruh orang rumah jemput Don, mereka tahu gw balik aja engga."
"Hah?kenapa?mau bikin surprise?"
"Gw cerita cuman sama lu aja."
"Kenapa Kay?"
"Ran hamil anak gw."
"Apa?!!!hamil?lu kan di Australia, lu yakin lu bapaknya?."
"Yakinlah, orang gw yang pertama kali tidur sama dia."
"Asli Kay?lu ga lagi bercanda kan?"
"Engga, lu ga liat wajah gw apa?Gw ga tahu harus gimana sekarang."
"Ya lu tanggung jawablah Kay."
"Gw harus nemuin Ran dulu, gw pinjem mobil lu dulu ya ntar malem gw balikin lagi..."
"Iya boleh tapi ini kita ke cafe dulu ya, gw nunggu disana aja."
"Iya Don, makasih ya."
"Iya sama-sama terus langkah lu selanjutnya apa?"
"Gw bakal mastiin itu bener atau engga, tapi gw ga tahu harus bilang ke Daddy gimana."
"Ya mending jujur Kay.."
"Pasti Daddy sama mommy bakalan marah banget."
"Ya pasti. Udah resiko Kay."
"Iya, ini kesalahan gw." Ucap Kay dengan lesu. Siang itu dia pergi ke cafe sebentar membuat Randi yang ada disana juga kaget. Setelah menenangkan pikiran sejenak Kay segera menuju kantor Kiran dengan bermodalkan alamat dari google. Sepanjang perjalanan dia masih memikirkan bagaimana ekspresi Kenan dan Jesica nanti ketika mereka mengetahui anaknya menghamili seorang wanita diluar nikah. Kay benar-benar tak berpikir jernih waktu itu. Dia sudah dibutakan oleh hawa nafsunya sendiri. Nafsunya telah membawa dia kejalan yang sesat. Jalan yang membuat dia akan menanggung akibatnya sekarang. Kay mau tak mau harus siap dia tak mungkin menghidar lagi. Semua janji yang pernah Kay ucapkan pada Kiran dia Australia kini harus dia buktikan.
- Halo...
- Aku didepan kantor kamu.
- Iya aku ijin sekarang.
Kiran mengakhiri teleponnya dan meminta ijin pada bosnya.
"Bas aku ijin setengah hari ya hari ini."
"Kenapa?masih ga enak badan?"
"Iya kayanya aku butuh istirahat."
"Ya udah, mau aku anterin?"
"Ga usah aku ada yang jemput."
"Oh kirain ga ada, ya udah hati-hati ya, besok kalo masih sakit ga usah masuk ya Ran.."
"Iya Bas makasih." Kiran kini berjalan meninggalkan ruangan bosnya. Dia membereskan semua barang-barangnya termasuk alat bukti yang meyakinkannya bahwa dia hamil. Kini Kiran menekan tombol lift untuk turun. Kakinya sudah tak sabar untuk berjalan menemui Kay. Sesampainya diluar dia mencari-cari mobil Kay hingga kekasihnya itu membunyikan klakson. Kiran segera menaiki mobil yang tak dikenalnya itu.
"Mobil siapa?"
"Mobil Doni, itu ga penting. Ayo kita omongin soal yang ditelepon."
"Masa mau disini, bikin macet."
"Iya aku tahu, kita pergi ke hotel." Kay segera memutar setir dan menginjak gas.
"Hotel?"
"Kita butuh tempat yang tenang, yang ga ada siapapun. orang tua aku belum tahu aku pulang."
"Kenapa?"
"Aku bicarain ini dulu sama kamu, jadi aku tahu harus ngomong apa."
"Kan udah jelas, kamu masih ga percaya?"
"Udah-udah kita ngobrolnya nanti, mommy ngelarang aku buat berantem kalo lagi nyetir." Kay kini dengan kecepatan tinggi melajukan mobilnya menembus jalanan sore yang cukup padat merayap. Meskipun dengan kecepatan tinggi Kay masih tetap bisa memarkirkan mobil dengan sempurna tanpa ada yang lecet sedikitpun. Kay memang ahli dalam mengebut. Dia langsung melakukan check in dan menuju kamarnya.
"Nih.." Kiran langsung memberikan tespack yang sempat dia pakai untuk menunjukkan hasil tesnya. Disana Kay melihat garis 2 yang menandakan Kiran tengah mengandung.
"Udah ke dokter?"
"Belum. Aku ga berani ke dokter." Ucapan Kiran disambut diam sekarang.
"Kenapa?kamu ragu?kamu ga percaya aku hamil?"
"Bukan, bukan gitu aku cuman mastiin aja."
"Kamu lupa terakhir kita lakuin itu dan kamu ngeluarin di dalem?kamu pikir ini anak siapa?Aku kan cuman tidur sama kamu."
"Iya-iya sayang, jangan marah." Kay kini mulai menenangkan Kiran. Dia mendekatinya, meletakkan masing-masing tangannya di pundak Kiran.
"Aku pasti tepatin janji aku sama kamu."
"Aku ga tahu gimana respon ayah nanti." Kiran langsung duduk ranjangnya sambil menyembunyikan kepalanya dibalik kedua tangan.
"Kita hadepin ini sama-sama. Aku bakalan bilang ke Daddy hari ini, aku bakalan nikahin kamu dan jelasin sama om Arbi. Maaf..ini salah aku."
"Ga tau deh aku harus gimana." Kiran kini mulai meneteskan air matanya.
"Sayang..." Kay langsung berjongkok memandang Kiran. Tangannya yang halus mengusap air mata kekasihnya.
"Hei denger aku, pasti ini bakalan berat tapi aku ga akan pergi ninggalin kamu. Aku juga ga mungkin nyuruh kamu gugurin kandungannya. Aku ga mau tambah dosa. Meskipun kita nikah dengan cara gini, aku mau wujudin pernikahan yang kamu pingin. Aku sayang kamu, sayang sama anak aku." Kay dengan bersungguh-sungguh mencoba menenangkan kekasihnya. Dia kini berdiri lalu memeluk Kiran sementara Kiran hanya bisa melingkarkan tangannya dipinggang Kay.
"Udah sayang, kamu pinginnya gimana?" Pertanyaan Kay masih dijawab tangisan oleh Kiran.
"Aku pingin kamu.."
"Iya nanti aku kerumah, udah ya..." Kay menarik kepala Kiran untuk memandangnya kemudian membungkuk untuk mencium keningnya.
"Aku ga akan biarin kamu ngadepin ini sendirian. Jangan takut."
****
Kay kembali ke cafe untuk mengembalikan mobil hasil pinjamannya setelah sebelumnya mengantar Kiran pulang. Merasa tak tega Doni pun mengantar Kay menuju rumahnya. Dilihatnya sahabatnya itu hanya melamun sepanjang jalan.
"Udah, hadepin Kay. Gw yakin lu bisa."
"Gw cuman mikirin Ran, Kalo cuman gw yang dimarahin gw gapapa tapi kalo dia jangan. Gw yang salah waktu itu. Gara-gara nafsu gw dia jadi harus nanggung juga."
"Tapikan dia juga mau jadi ga sepenuhnya salah lu."
"Iya tapi sisanya yang nanggung akibatnya semua dia, yang hamil dia, yang keliatan dia."
"Yang pentingkan lu mau tanggung jawab."
"Baru hari jni gw ngerasa jadi orang paling bodoh."
"Engga, lu ga bodoh. Kalo lu bodoh lu ga akan balik lagi kesini. Kalian cuman berada di situasi ga tepat aja buat ngungkapin rasa sayang satu sama lain." Doni memakirkan mobilnya tepat di tempat yang membuat jantung Kay berdegup kencang sekarang.
"Makasih ya bro udah nganterin."
"Iya sama-sama, mudah-mudahan urusan lu cepet selesai. Kalo butuh bantuan apapun jangan sungkan telepon gw."
"Iya Don, thanks banget. Gw masuk ya.." Kay kini keluar dari mobil lalu berjalan pelan menuju rumahnya sendiri. Sang penjaga rumah yang mengenalinya langsung membuka pintu. Kay berjalan lesu sampai akhirnya dia memasuki rumahnya. Diruang tamu kini ada orangtuanya yang seperti biasa mengasuh Kris.
"Kay..." Jesica mengerutkan dahinya tak percaya jika anaknya kembali. Bukankah baru kemarin dia pergi ke Australia?.
"Sore mom, dad..."
"Kok ga bilang-bilang mau pulang. Ada apa?"
"Mommy, Daddy, aku mau nikahin Kiran."
"Kay, kamu jauh-jauh cuman mau ngomong ini?ada apa sih sama kamu?" Kenan heran. Dia mulai berdiri menghampiri anaknya.
"Aku harus segera nikahin dia dad.."
"Kenapa?ada apa?"
"Ran hamil dad...." Ucapan Kay membuat Kenan dan Jesica terkejut bukan main.
***To Be Continue