Tiba-tiba terdengar suara tangisan Kris padahal sedaritadi dia tampak anteng bermain dengan Farel dan Dean. Jesica yang mendengar itu langsung menghampiri anaknya. Dilihatnya Kris tengah duduk sambil menangis memperhatikan Farel.
"Kris kenapa?"
"Klis.... ngin... ya Alel..." Kris sambil menangis.
"Kaya Farel apa?" Jesica sambil melihat kearah Farel. Rupanya dia sedang memainkan mobil-mobilannya. Sepertinya putra kecilnya ingin bermain hal yang sama.
"Kenapa sayang?" Kenan dan Fahri mendekati Jesica.
"Kris pingin mainan mobil Mas."
"Kris kan punya, Daddy ambilin ya.."
"Klis...ngin...ya...Alel..." Kris tetap bersikeras ingin mainan seperti Farel. Dilihatnya mobil mainan yang ada ditangan Farel. Bentuknya mini berwarna kuning. Cara mainnya hanya dengan ditarik kebelakang dan mobil aku melesat cepat.
"Oh..itu hadiah pas tadi beli ayam. Farel...kasih pinjem dong nak.."
"Ngga.." Farel menyembunyikan mainannya dibelakang membuat Kris semakin menangis mendapat penolakan itu.
"Rel, sama temen harus berbagi. Ayo kasih pinjem, sebentar....aja."
"Engga..." Farel juga bersikeras dengan ucapannya dan tak lama dia malah menangis. Ya...namanya juga anak kecil.
"Udah..ga papa bang, ga usah dipaksa." Ucap Kenan tak ingin membuat Farel menangis keras.
"Udah ga usah nangis, nanti kita beli ya sekalian beli chicken, Kris pake aja dulu mainan yang ada, kasian Farel, Liat Dean aja diem..pinter tuh.." Bujuk Jesica.
"Kalang..."
"Sekarang?nanti aja sayang, kan ada temen mommy belinya gimana coba."
"Klis...au...kalang..."
"Biar Mas aja yang beli."
"Mas ih ga usah, mainannya udah banyak."
"Sekalian beli makanan buat makan malem, kamu ga usah cape-cape masak lagi."
"Perkara mainan mobil Mas, masa sampe beli?ntar juga dia lupa."
"Daripada Kris-nya nangis, udah ga papa. Mas keluar dulu ya sayang."
"Bareng Erik kan?" Jesica khawatir.
"Iya sayang, Mas pergi ya.." Kenan mengecup puncak kepala istrinya membuat Jesica malu karena masih ada teman-temannya disana.
"Mas ih malu.."
"Malu segala. Kris jangan nangis ya sayang. Daddy beli..."
"Kut..." Kris malah merentangkan tangannya minta digendong.
"Duh ampun ya nih bocah, iya-iya ayo..." Kenan meraih tangan anaknya kemudian berjalan pergi meninggalkan rumah.
"Kalian jangan dulu pulang ya, Mas Ken lagi beli makanan tuh sekalian makan malam disini."
"Padahal ga usah repot-repot Ka.."
"Ga repot kok La, jarang-jarang kan makan malem bareng lagi."
"Anak-anak masih diatas?"
"Masih kayanya lagi ngobrol nanti aja kalo makanannya udah datang, baru panggil."
"El ga keatas?"
"Ini ada telepon mah.." Muel beralasan padahal dia tak ingin menganggu kebersamaan Kay dan Tiara. Bagaimana pun Muel tahu isi hati keduanya.
"El kapan nikah?kalah sama Ara."
"Nanti aja Tante, nunggu Sheila lulus."
"Dia tuh gitu ditanya bener, bilangnya nunggu adiknya mulu."
"Lagian Sam juga belum pah.."
"Sam belum juga ada calon, kamu ga jelas putus nyambung terus."
"Sama dong kaya anak gw Kay, nyambung lagi tuh sama Kiran."
"Kiran...anaknya Marsha?"
"Iya Lex.."
"Jadi...dong besanan." Sindir Dena.
"Ya...mau ga mau demi anak. Apa sih ya engga lagian Ran juga anaknya baik, ya udah gw sih fine-fine aja."
"Ga kebayang dipelaminan gimana." Dena berimajinasi.
"Anak gw kayanya udah demen banget sama Ran. Eh La kenapa Dirga ga diajak?"
"Dia lagi sibuk sama temen-temennya.."
"Oh kirain, jangan sampe karena ga enak sama Ara atau Jay makannya ga datang. Anggap aja udah ga ada masalah."
"Iya ka..." Ucap Lala yang sejujurnya masih tak enak hati dengan kejadian dulu.
*****
"Tiara, sama kamu aku selalu ngerasa tenang. Bisa ga kamu jangan pergi?" Jay dengan bersungguh-sungguh sementara Tiara hanya membalasnya dengan senyuman kecil diwajahnya.
"Aku pernah bilang, aku ga papa kalo kamu deket sama cowok lain tapi nyatanya setiap aku liat kamu update dengan foto sama cowok lain, aku bisa marah sendiri atau tepatnya aku ga terima. Aku bisa jatuh cinta sama orang lain bahkan aku pernah ngalamin itu tapi kalo udah ketemu kamu, entah kenapa rasa suka aku sama orang itu bisa hilang gitu aja, Aku bisa beribu-ribu kali mikirin kamu setelahnya. Aku bingung sama diri aku sendiri sekarang. Aku ga tahu harus kaya gimana. Aku selalu iri liat Kay. Dia suka sama Ran, mereka putus tapi Kay berani buat perjuangin itu sampe Ran balik lagi tapi aku ga bisa."
"Kenapa?"
"Dengan segala kekurangan aku, aku ga mau bikin kamu repot. Aku udah coba berubah tapi itu susah. Kadang aku cape. Aku seneng setiap kali kamu datang kesini tapi aku juga sedih karena aku ga bisa berbuat apa-apa."
"Jay dimata aku perilaku kamu sama aja kaya perilaku cowok normal lainnya."
"Tapi aku ga ngerasa gitu."
"Kalo kamu pingin nilai diri kamu sendiri jangan liat dari kacamata kamu sendiri tapi kamu harus liat dari kacamata orang lain. Kamu ga gila atau aneh, kamu cuman berpikir diluar kebiasaan orang lain dan itu namanya unik."
"Selain keluarga aku, cuman kamu sama Muel yang mikir aku gitu. Aku sampe ga ngerti kenapa cewek kaya kamu waktu itu bisa suka sama aku, aku selalu ngerasa beruntung punya kamu."
"Aku ga suka liat kamu sedih Jay." Tiara membuat Jay semakin menatapnya. Bagi Jay hanya wanita ini yang bisa menerimanya. Menerima setiap kekurangannya.
"Aku sayang kamu Tiara." Jay akhirnya mengucapkan kalimat yang selalu dia tahan selama ini. Dia sudah tak kuat sekarang. Dia ingin mencurahkan isi hatinya pad Tiara. Mulai dari kesedihannnya, kebahagiaannya sampai rasa kasih sayang yang terpendam. Dalam hidupnya, Jay menyadari tidak ada wanita lain yang bisa menggantikan posisi Tiara termasuk Alyssa yang sempat membuatnya gundah gulana selama beberapa bulan. Hanya Tiara yang mengisi penuh seluruh ruang dalam hatinya.
"Di hati aku cuman ada kamu, cuman kamu yang bisa ngertiin aku, yang bikin aku seneng, yang bikin aku tenang. Aku ragu buat ngomong ini sekarang sama kamu tapi...cuman kesempatan ini yang aku punya." Ucap Jay dan Tiara hanya menunggu kalimat selanjutnya yang akan dikatakan Jay. Dia belum berani menanggapi setiap ucapan yang berisikan pujian kepadanya dari mulut Jay.
"Tiara...kasih aku kesempatan, sekali lagi buat milikin kamu." Jay dengan lancar padahal hatinya dibuat tak karuan sekarang. Ini seperti pertama kali dia menyatakan cinta pada Tiara di Jogja. Harapannya tentu Tiara masih memberinya kesempatan kedua yang tak akan Jay sia-siakan. Di hadapannya Tiara membeku dengan pernyataannya. Dia tak menyangka kedatangannya akan disambut pernyataan cinta oleh Jay. Apa Jay waras sekarang?atau memang karena rasa kesepiannya?atau dia karena dia merasa nyaman saja berada di dekat Tiara.
"Jay..aku...punya...."
****