Siapa sih wanita yang tak menyukai Kay?. Mungkin itulah pertanyaan yang selalu membuat Jay merasa kalah dari kembarannya itu. Selama ini dia selalu merasa jauh dibanding Kay. Meskipun secara wajah memang tak ada bedanya tapi secara perilaku jelas berbeda. Kay jelas lebih tahu cara memperlakukan wanita, cara berbicara dengan wanita, termasuk cara memikatnya. Siapa juga yang tak luluh dengan bualan Kay. Dari dulu Jay selalu iri dengan kembarannya itu khususnya dalam urusan asmara. Kalo dihitung-hitung Kay punya lebih banyak mantan pacar dibanding dia yang hanya pernah memiliki Tiara. Itu pun hanya bertahan beberapa bulan. Hal itu semakin membuat Jay merasa meskipun dia sudah punya kekasih, dia tak pernah benar-benar bisa menjaganya dengan baik. Jay menyimpan helmnya di rak yang ada dikamarnya lalu menjatuhkan tasnya diatas kursi belajar. Setelah itu dia berjalan membuka pintu geser yang terletak tak jauh dari ruang tv yang ada dikamarnya. Ketika pintu terbuka, tampak pemandangan pepohonan yang bergoyang akibat angin yang menerpa. Ini adalah sisi lain dari balkon yang ada dirumahnya. Jay berpikir lagi sejenak. Kalo diingat-ingat dulu, jujur Jay sempat suka dengan Kiran. Jay kagum dengan cara Kiran menolongnya dulu. Saat Insiden Ara dan David terjadi, Kiran sempat datang dan membantu Jay meredakan cideranya. Meskipun dia kesakitan, nyatanya dia merasa senang dapat perhatian dari Kiran dan karena itu pula saat Kiran datang ke restoran ibunya Jay begitu malu untuk bertemu dengannya. Dia selalu malu saat bersama orang yang disukainya. Tahu Kiran adalah kekasih Kembarannya membuat Jay jelas tak mau melanjutkan perasaannya. Dia lebih memilih memikirkan Tiara lagi. Mungkin Kiran hanya cinta sesaatnya. Apa dengan Alyssa juga Jay akan seperti itu?Apa kali ini dia tak akan melanjutkan rasa sukanya pada Alyssa. Hentahlah. Rasanya mau maju atau mundur pun dia serba salah. Kay itu secara tak langsung kakaknya dan Jay menghormati itu buktinya dia tak pernah melawan pada Kay. Kalau dengan Alyssa, Kay bisa bahagia. Jay tak akan menganggunya. Dari dulu Jay tak pernah mau menganggu hubungan orang bahkan saat menyatakan cinta dengan Tiara pun Jay tak pernah berniat menjadi pacarnya karena dulu ia menduga Tiara sudah punya pacar.
"Aku bakalan ngalah lagi." Gumam Jay dalam kesendiriannya. Padahal dengan Alyssa dia bisa sedikit demi sedikit lupa dengan Tiara tapi sekarang dia malah harus melupakan rasa sukanya pada Alyssa. Ternyata cuman Kay yang bisa menaklukan hati Alyssa dengan cepat. Kay hebat. Dia memang selalu terlihat menarik. Dia selalu menawan dimata wanita. Dia seperti Kenan. Jay duduk dikursi besinya lalu meraih handphone yang ada disaku celananya. Dia menghubungi seseorang yang dia rindukan. Dia ingin pelukannya sekarang.
- Halo sayang.
- Mommy, mommy lagi apa?
- Mommy lagi kerja sayang. Kenapa?
- Gapapa. Aku pingin denger suara mommy.
- Masa?
- Iya, Mommy kapan pulang?.
- Mommy kayanya ga bisa pulang Minggu depan sayang, mommy mau ke Jogja dulu ada urusan sama om Fahri sama Tante Dinda.
- Apa aku boleh ikut aja mom?
- Ikut?abangkan ada kuliah. Udah diem aja disana. Kenapa sih?Lagian ada kakak kan.
- Aku kangen, sepi dirumah. Ga ada Mommy, ga ada Daddy, ga ada Kris. Aku sendiri, aku pingin mommy pulang.
- Ih udah gede juga. Katanya Abang mau belajar dewasa. Ngobrol aja sama Kak Dariel, biasanya juga abang nyambung.
- Mommy lama banget sih.
- Emang ada apa sih dirumah bang sampe mommy harus pulang?
- Ya ga ada apa-apa. Mommy ga perlu alasan buat pulangkan?ini rumah mommy. Ini rumah kita mom.
Perkataan Jay membuat Jesica heran disana. Ada apa dengan anak istimewanya ini?. Dia menelpon dan menanyakan kepulangannya belum lagi nada bicaranya yang terdengar seperti orang yang begitu sedih.
- Sabar ya sayang, nanti mommy pulang. Mommy usahain selesain kerjaan mommy cepet-cepet.
- Kerjaan mommy lebih penting dibanding aku ya?
- Ya makannya mommy tanya, Abang kenapa?
- Engga, aku ga papa. Ya udah mommy kerja aja. Bye.
Jay menutup teleponnya. Moodnya kini semakin memburuk sementara Jesica dibuat terheran-heran dengan sikap Jay. Dengan cepat Jesica menelpon Ara.
- Halo mom.
- Kak, dirumah ada apa sih?
- Ada apa gimana?ga ada apa-apa kok.
- Kamu yakin?ga bohong sama mommy?
- Engga, tanya aja Dariel kalo ga percaya. Emang kenapa?.
- Itu Jay telepon mommy, minta mommy pulang.
- Ah..dia kan emang gitu, anaknya mommy banget. Waktu kita sarapan dia sendiri yang bilang supaya mommy jangan pergi lama-lama. Udahlah mom..Jay belum kebiasa aja, yang setiap hari ada mommy dirumah ini ga ada.
- Iya tapi...
- Mom, aku sama Dariel liatin dia kok.
Ara segera memotong pembicaraan ibunya.
- Kepalanya apa ada sakit lagi?
- Kemarin-kemarin ga ada keluhan, dia malah main PS bareng sama Dariel sampe malem.
- Ih kakak jangan dibiasain.
- Ya aku ga tahu mom, orang aku tidur duluan baru ngeh pas Dariel masuk kamar.
- Oh ya udah, kalo ada apa-apa cepet telepon mommy.
- Iya mom. Udah tenang aja kenapa sih?baru juga 3 hari.
- Pokoknya kalo ada apa-apa kakak yang tanggung jawab.
- Iya mommy.
- Ya udah, hati-hati. Bye...
Jesica menutup teleponnya dengan gelisah. Kenan yang tahu ada sesuatu yang beda mulai mendekati istrinya.
"Kenapa sayang?"
"Jay aneh, Jay telepon suruh aku pulang."
"Mungkin kangen.."
"Dia emang bilang kangen tapi biasanya dia ga gitu, kita pergi dia ngerti. Ini pasti ada apa-apa."
"Kekhawatiran kamu aja."
"Masalahnya Jay sampe protes aku kerja, di bilang kerjaan aku lebih penting."
"Sayang udah biarin aja. Jay lagi berubah pelan-pelan. Mas udah ngerasain deh dari waktu dia beranten sama Dirga. Sekarang dia banyak protesnya artinya dia udah tahu mana yang bener mana yang salah. Udah ga bingung lagi."
"Mas sama aja kaya kakak. Ini tuh namanya feeling ibu."
"Sayang, coba deh perlakukan Jay kaya kamu perlakuan Kay sama kakak. Dia ga akan pernah dewasa kalo kamu manjain terus. Dia ga akan pernah ngerti kalo kamu masih memperlakukan Jay kaya anak kecil. Udah biasa aja."
"Awas ya kalo ada apa-apa sama Jay, feeling aku berarti bener." Jesica mengancam lalu kembali lagi dengan layar laptopnya sementara Kenan sudah tak mau memperpanjang pembicaraan mereka, Takut-takut pembicaraan itu malah mengarahkan mereka kedalam sebuah pertengkaran. Dilain tempat Jay masih diam di depan balkon kamarnya. Dia bingung harus bagaimana sekarang. Mendadak dia sedikit kesal dengan Kay padahal tadi dia sudah mau menerima. Kenapa Kay harus seberuntung itu?kenapa harus Kay orangnya?Kenapa hanya dia yang bisa?. Jay terus bertanya-tanya hingga suara ketukan terdengar.
"Iya..." Sahut Jay dari dalam lalu membuka pintu. Tampak Kay berdiri disana. Wajahnya tampak ceria. Matanya bahkan berbinar seakan menunjukkan dia sedang dalam suasan hati yang baik. Jay masih menatapnya. Melihat Kay bukanlah cerminan dirinya. Kay dan dia berbeda dan perbedaan itu sangat jauh.
"Ini, aku dikasih kue sama Alyssa cuman aku ga terlalu suka kali aja kamu mau." Kay menyodorkan sebuah kotak kecil. Mata Jay langsung turun melihat kotak itu tapi tangannya masih mencengkram kuat pegangan pintu.
"Nih ambil, kok diem aja?" Kay heran. Dia seperti berbicara dengan patung sekarang. Jay benar-benar tak berkutik sedikit pun.
***To be continue