Hari ini ruang makan tampak ramai. Ada Dariel dan Ara yang menginap semalam. Jay duduk dengan manis dengan Kris disampingnya yang sudah siap ikut sarapan sementara Kay sibuk membantu ibunya memasak membuat Kenan tak percaya dengan sikap Kay pagi ini.
"Jadi bener ini yang mau jadi chef?" Ledek Ara kala melihat adiknya membawakan menu sarapan. Di piring sudah tersaji tamagoyaki. Omelette telur khas Jepang yang Kay buat sendiri dengan tangannya sementara Jesica membuatkan omelette ala Spanyol yang terdiri dari telur dan Kentang yang dicampur dengan macam-macam bawang dengan tambahan paprika dan keju.
"Makasih Abang Kay udah bantuin mommy." Jesica memberikan kecupan kecil di pipi anaknya.
"Ini abang-abang aneh." Ledek Ara lagi.
"Kakak, adiknya udah masakin juga."
"Iya makasih Abang.." Ara sambil tertawa saat memanggil adiknya dengan sebutan baru itu.
"Acih...a..bang.." Kris ikut-ikut berbicara.
"Sama-sama embul." Kay gemas lalu mengusap kepala Kris.
"Abang Jay susunya udah belum sayang?"
"Mom..aku pingin makan sama omelet juga.."
"Kenapa?udah bosen sama sereal?" Ara tak henti meledek adik-adiknya membuat Kenan menatapnya. Dia tak mau kejadian dulu terulang lagi hanya karena bahasan sereal.
"Aku juga pingin belajar dewasa. Aku ga mau lagi makan sereal. Mommy ga usah beli lagi, itu buat Kris aja. Aku juga pingin minum kaya Daddy, aku pingin minum kopi. Aku ga mau minum susu lagi." Perkataan Jay membuat Jesica heran. Ibunya yang semula sibuk mengisi piring Kenan kini beralih pada Jay.
"Iya sini mommy ambilin." Jesica mengambil piring Jay dan mengambil sarapan untuk anaknya.
"Sayang jadi dewasa itu bukan berarti sarapan ga boleh pake sereal, minum ga boleh pake susu. Semuanya masih boleh. Dewasa itu artinya sikap Abang yang harus diperbaiki bukan makanan." Ucap Jesica sambil meletakkan piring itu dihadapan Jay. Dia kini mengambil secangkir gelas dan mulai mengisinya dengan air kopi yang diminta Jay.
"Coba sekarang Abang makan, enak ga kalo kaya gitu."
"Makasih mommy.." Jay meraih garfunya lalu makan dengan menu sarapan yang menurutnya menunjukkan kedewasaan. Ara menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Enak kok omletenya, kopinya juga enak.." Jay berkomentar lagi.
"Ya udah besok-besok kita singkirin serealnya tapi mommy ga suka ya kamu minum kopi banyak-banyak ganti aja sama teh."
"Iya mom.."
"Cie...yang mau dewasa."
"Kakak tuh yang harus belajar dewasa, ngeledekin mulu."
"Udah mulai lagi tom and Jerry ribut." Ucap Kenan saat melihat Kay dan Ara saling membalas komentar.
"Hari ini kita pergi ya selama seminggu. Kay sama Jay hati-hati dirumah, kakak sama Dariel liatin adiknya."
"Iya mommy." Jawab Dariel yang artinya dia akan menginap dirumah mertuanya selama seminggu.
"Mommy jangan lama-lama..."
"Baru juga mau belajar dewasa, giliran mommy pergi protes."
"Kak, Abang kan lagi belajar. Pelan-pelan aja." Jesica kali menegur Ara.
"Oh iya. Ya udah ga papa mommy pergi lama." Perkataan Jay membuat Jesica tersenyum kecil.
"Abang kepalanya masih sakit ga?"
"Kadang-kadang dad tapi ga sesakit kaya dulu."
"Masih suka main laptop lama-lama ya?"
"Engga kok dad.."
"Main HP?"
"Engga kok dad, aku kalo main games cuman sejam aja."
"Ya udah nanti kita ke dokter."
"Aku bisa kok ke dokter sendiri."
"Jadwalnya juga masih akhir bulan ini kok. Mommy sama Daddy udah pulang."
"Aku pingin sendiri aja."
"Kalo ini mommy ga setuju. Mommy harus tahu. Jangan ke dokter sendiri."
"Mom..."
"Abang ngelawan orang tua itu.."
"Iya dosa." Jay melanjutkan perkataan Jesica membuatnya tersenyum puas. Kini mereka melanjutkan sarapan pagi yang cukup terganggu karena perkataan Jay yang ingin belajar dewasa. Bukan tanpa alasan dia seperti itu. Dia ingin berubah agar Alyssa bisa menyebutnya dewasa ketimbang anak kecil.
****
Suara bel membuat Bi Rini segera membuka pintu tampak seseorang sudah berdiri diluar dengan sebuah buku ditangannya. Dia menanyakan Jay. Bi Rini memberitahu akan kedatangan Alyssa pada tuannya itu. Jay segera berjalan ke ruang tamunya.
"Ga takut ada kamera fotoin kamu kesini?"
"Engga, siapa yang bakalan curiga juga kalo cuman ke tetangga."
"Kenapa?ga ada temen lagi?" Jay mulai duduk dikursinya.
"Bantuin aku latihan.."
"Latihan apa?"
"Latihan dialog buat syuting nanti."
"Aku mana bisa."
"Bisa. Ini aku bawa naskahnya." Alyssa menunjukkan buku yang tadi dia bawa. Kini Jay duduk berdampingan dengan Alyssa. Melihat buku itu dengan seksama.
"Ah...aku ga mau. Aku ga suka sama ceritanya."
"Ini kan cuman karangan aja."
"Ini terlalu aneh."
"Engga aneh, namanya juga cerita."
"Ini genrenya apa sih?"
"Komedi romantis dan flim ini tuh tantangan buat aku. Karena aku juga harus belajar ngelawak."
"Terus udah bisa?"
"Mana bisa aku, ini aja aku masih belajar."
"Iya emang, kamu tuh ga cocok jadi pelawak, cocoknya jadi princess aja.." Perkataan Jay entah memuji entah meledek yang jelas Alyssa dibuat tersenyum.
"Ya udah mau ga?"
"Aku ga bisa."
"Kamu ga usah akting, cuman bacain doang."
"Hm..." Jay berpikir sejenak.
"Ini mulai darisini.." Alyssa langsung menunjuk tanpa menunggu jawaban Jay.
"Aku kan belum jawab."
"Baca aja pasti bisa jadi ga perlu aku nunggu jawaban segala."
"Ya udah aku mulai nih." Jay kini meraih buku itu dan membacanya perlahan. Meskipun tadi sempat menolak untuk membantu Alyssa, nyatanya Jay akhirnya mau untuk berpura-pura menjadi tokoh pria yang diceritakan dalam naskah itu. Sesekali Jay tertawa sendiri dengan jalan cerita yang dia baca.
"..Kalo kamu ngerasa kesepian, ngerasa ga ada satupun orang yang mempedulikan kamu saat ini, jangan segan untuk datang menemui aku. Aku pasti bakaln nerima kamu dengan tangan terbuka dan pelukan hangat...Itulah sebabnya tuhan menciptakan 2 tangan. 2 tangan itu digunakan untuk memeluk orang yang kita cintai.." Jay mengucapkan kalimatnya dengan lancar namun kali ini Alyssa malah terdiam memperhatikan wajah polos Jay. Air dimatanya mulai naik seolah menampakkan keharuan setelah mendengar kalimat tadi.
"Kenapa kamu diem?kamu harusnya ngomong.."
"Eh aku lupa kayanya.." Alyssa segera menyadarkan dirinya sendiri kemudian menyeka air matanya yang sudah berada diujung. Dia kemudian melihat lagi buku yang ada di tangan Jay.
"Al..."
"Iya.."
"Apa aku kaya anak kecil?"
"Maksud kamu?"
"Apa dimata kamu aku kaya anak kecil?apa sikap aku yang selalu kamu liat itu kaya anak kecil?"
"Engga. Kamu udah dewasa kok."
"Terus kenapa waktu ditelepon kemarin malem kamu bilang aku kaya anak kecil?"
"Cara kamu ngomong aja lucu kemarin.."
"Apa iya cuman karena itu?"
"Emang kenapa kamu tanya?"
"Engga. Ga papa. Aku cuman pingin tahu aja." Jay bingung sendiri dengan pertanyaannya. Kalo dipikir-pikir kenapa dia begitu peduli dengan pendapat Alyssa yang menyebutnya 'anak kecil kemarin'. Kenapa dia harus kepikiran?.
***To be continue