"Kay..." Panggil Alyssa saat melihat Kay yang baru saja keluar dari pintu pagar rumahnya.
"Apa?"
"Judes banget." Alyssa berjalan menghampiri Kay.
"Iya kenapa?"
"Mau kemana?"
"Kepo banget."
"Ya udah kalo mau dijawab, kalo engga juga ga papa."
"Mau ke supermarket."
"Ih...ikut dong."
"Ngapain?"
"Aku juga pingin ada yang dibeli."
"Ya jangan sama gw."
"Kan biar sekalian, supaya ada temen juga."
"Males ah.." Kay berjalan ke arah mobilnya yang terparkir tepat di depan rumahnya.
"Ya udah..." Alyssa pasrah dan masih berdiri disana dengan terik matahari yang mungkin saja dapat membakar kulitnya. Kay membuka pintu mobilnya namun kini kembali dia tutup.
"Ya udah ayo, buruan." Kay iba dengan Alyssa. Kini wanita itu segera berlari ke dalam rumahnya. Layaknya kilatan petir dia kembali dengan tampilan barunya dan langsung masuk ke dalam mobil Kay.
"Ribet deh pergi sama lu, apa-apa harus tertutup." Kay mulai menjalankan mobilnya, memutar stirnya pelan ke kanan.
"Kalo kamera sampe dapet gambar gw, gawat."
"Ya udah makannya jangan pergi sama gw."
"Ya gw bosen pergi sama manajer gw, pingin sama yang lain gitu."
"Ngomong-ngomong makasih topinya, gw suka."
"Iya sama-sama." Alyssa membuka jaketnya terlebih dahulu.
"Tangan lu kenapa?" Kay salah fokus dengan lengan Alyssa yang menampakkan kemerahan.
"Iya kemarin, lagi syuting demo masak eh ga sengaja ketumpahan air panas."
"Ga jadi syuting dong?"
"Syuting tetep dilanjutin, cuman gw jadi diem aja ga ikutan masak."
"Ga ke dokter?"
"Udah, dikasih salep doang.."
"Harusnya jangan kegesek-gesek dulu."
"Iya nih mana lumayan lagi, untung aja bukan di lengan bagian depan." Alyssa melihat luka ditangannya.
"Mana sih, coba liat.." Kay menghentikan mobilnya saat lampu merah menyala lalu meraih tangan Alyssa. Dilihatnya lingkaran cukup besar mengembung di lengan Alyssa.
"Itu pasti ada cairannya tuh di dalem.."
"Apa aku pecahin aja?sakit ga ya?"
"Engga, itukan kulit mati."
"Ah jangan deh takut, nanti infeksi lagi."
"Iya ya udah jangan. Ini bukan kena air panas tapi minyak kali, kena air panas yang ada tangan kamu melepuh."
"Heh gw juga bisa bedain kali mana air mana minyak."
"Sekarangkan ada minyak yang bisa diminum, jadi bingung tuh itu air apa minyak." Canda Kay membuat Alyssa tertawa kecil karena dia tahu iklan minyak goreng itu.
"Udah pegang tangannya..." Alyssa langsung membuat Kay melepaskan genggamannya.
"Mau belanja apa?"
"Belanja cemilan aja."
"Yaela, itu doang diminimarket depan komplek juga ada kali."
"Ga papa kali, sekalian jalan-jalan."
"Dasar artis kurang piknik." Kay kembali menjalankan mobilnya. Sepanjang perjalanan mereka terus mengobrol sehingga lama kelamaan keduanya semakin akrab meskipun sesekali dalam pembicaraan mereka diselipi berbagai macam ledekan. Sesampainya di supermarket Kay langsung mengambil troli. Mendorongnya perlahan ke lorong makanan yang akan dibelinya.
"Gw baru tahu nyokap sama bokap lu itu yang punya SC."
"Daddy aja, yang punya SC sebenernya Opa."
"Orang tua lu kerja ya?"
"Sebenernya dulu-dulu udah engga, cuman sejak orang tua mommy meninggal. Mommy sama Daddy kerja lagi."
"Padahal udah kaya kenapa mesti kerja?"
"Ga tau, tanya aja mereka." Kay mengambil beberapa liter susu.
"Terus orang tua lu kemana?"
"Ah mereka palingan kalo ga dirumah palingan jalan-jalan."
"Ga nemenin lu apa?"
"Mamah kadang nemenin syuting kalo papah jarang."
"Kenapa?"
"Papah suka kesel kalo nunggu di lokasi syuting."
"Kenapa milih jadi artis?"
"Cuman ini bakat yang gw punya. Jadi pegawai kantoran, atau apa gitu, kayanya otak gw ga nyampe."
"Makannya belajar."
"Iya, gini-gini juga hobi gw baca buku."
"Buku apaan?majalah kali." Kay terus berjalan sambil mengambil beberapa bahan untuk keperluan cafenya.
"Lu kalo ada yang mau dibeli ambil, jangan ngobrol Mulu nanti lupa."
"Kirain mau ngomong, 'lu kalo ada yang mau dibeli ambil aja, gw yang bayar' ternyata engga."
"Ngarep banget. Bayar sendiri-sendiri kali."
"Dasar, pelitnya ga ilang-ilang."
"Bukan pelit tapi hemat."
"Udah kaya juga masih hemat."
"Justru berawal dari hemat makannya Kaya." Kay terus membalas setiap komentar yang dilontarkan Alyssa membuat suasan diantara mereka tak pernah sepi dari pembicaraan. Getaran handphone terasa disaku celana Kay, dengan satu tangannya Kay mengambil benda kecil itu.
- Halo sayang.
- Kamu dimana?
- Lagi di supermarket, lagi belanja dulu. Kenapa?.
- Aku di cafe kamu nih.
- Sama siapa?.
- Ya sendirilah.
- Kenapa sih?lagi kesel?jawabnya gitu banget.
- Iya aku kesel, aku kesini kamu ga ada.
- Ya udah tungguin aku di office. Udah belanja aku kesana sayang.
- Beliin aku chattime.
- Mau apa?
- Brown sugar with fresh milk, pake pearl sama read bean."
- Ada lagi?
- Udah itu aja.
- Ya udah kamu tunggu ya sayang.
- Jangan lama-lama.
- Iya engga yang, bye...
Kay menutup teleponnya.
"Udah yuk buruan..." Kay mendorong trolinya menuju mesin kasir.
"Kok cepet-cepet, emang belanjanya udah?"
"Gw sih udah, kalo lu belum, belanja aja sendiri nanti."
"Engga, udah. Gw cuman nitip ice cream." Alyssa dengan cuek memasukkan satu bungkus ice cream magnum membuat Kay geleng-geleng kepala. Alyssa jauh-jauh ke supermarket hanya untuk membeli satu buah ice cream?. Dasar artis ga ada kerjaan. Kini Kay mengeluarkan dompetnya dan mulai mencari kartu debit miliknya. Setelah melakukan pembayaran dia segera berjalan lagi menuju parkiran sementara Alyssa berjalan dengan santai sambil menjilati ice creamnya.
"Heh buruan.." Panggil Kay yang sudah siap di depan pintu mobil namun Alyssa menghiraukan perintah Kay. Gemas dengan sikap Alyssa itu Kay menghampirinya lalu menarik tangannya.
"Ayo buruan..."
"Aw...sakit Kay..." Keluh Alyssa saat Kay memegangi tangannya yang sakitnya.
"Eh maaf.."
"Tuh...jadi pecah beneran deh.." Alyssa melihat lengannya yang kini mengeluarkan cairan putih.
"Udah ayo-ayo masuk mobil." Kay membukakan pintu untuk Alyssa. Setelah di dalam mobil, Kay mengambil tisu lalu membersihkan cairan yang entah nanah atau bukan yang jelas Kay mencoba membantu Alyssa.
"Maaf..." Ucap Kay sambil meniup-niup lengan Alyssa takut wanita itu merasa perih.
"Udah ga papa." Alyssa menarik tangannya.
"Udah sini.." Kay menarik lagi lengan Alyssa yang kini menampakkan beberapa kulit mati. Diambilnya air yang kemudian dia tuangkan keatas tisu untuk membersihkan pinggiran lengan Alyssa yang terkena cairan nanahnya. Alyssa senyum sendiri melihat perlakuan Kay kali ini. Ternyata Kay bisa lembut juga.
"Sakit ga?"
"Engga, perih aja dikit."
"Ya udah, biarin kering dulu."
"Ice cream gw jadi jatuhkan.."
"Ntar gw ganti, udah sekarang gw anterin lu pulang." Kay membenarkan posisi duduknya.
"Sini gw bantu." Kay menarik safety belt untuk Alyssa dan memasangkannya dengan perlahan. Mata mereka kini bertemu dan mereka terdiam beberapa detik namun Kay segera tersadar dan menjauh dari kursi Alyssa.
"Makasih." Ucap Alyssa saat Kay sudah menjalankan mobilnya.
***To Be Continue