Suasana dicafe Kay tampak ramai malam ini maklum saja malam ini kan malam Minggu, malam dimana banyak anak muda berkeliaran hingga larut malam. Kay masih sibuk membantu melayani pelanggannya ditemani Doni dan Randi sahabatnya.
"Ada cewek yang waktu itu nanyain lu tuh.."
"Hah?siapa?Kiran?"
"Nah itu, gw lupa mulu namanya."
"Masa sih?kok gw ga liat?"
"Orang udah daritadi kok.."
"Sama siapa? cowoknya?"
"Gw ga tahu cowoknya yang mana."
"Tapi ada cowok?"
"Ada tapi cewek lebih banyak. Kenalin satu kek Kay.."
"Ah lu, gw aja satu lepas gimana mau ngenalin ke Lu.."
"Ya udah sana samperin.."
"Engga ah takut ada cowoknya."
"Ah belum juga jadi suami. Kejar aja Kay.."
"Ribet deh hubungan gw sama dia." Kay kembali fokus bekerja. Dia tak habis pikir saking sibuknya mengurus cafe dia sampai tak melihat kedatangan Kiran. Kay yang penasaran sebenarnya ingin melihat Kiran diatas namun dia masih ragu karena takut ada Bayu disana.
"Nih orderan selanjutnya, ngebut Kay..." Randi mencapit kertas diatas tali lalu Kay dengan tangan gesitnya mulai membuatkan pesanan pelanggan setianya. Semakin lama pengunjung yang datang sudah terlihat memegangi minumannya dan kini Kay bisa beristirahat sejenak.
"Gw ke ruangan gw dulu, pingin selonjoran." Kay segera keluar dari dapurnya lalu berjalan menaiki tangga. Matanya sekilas melihat kearah para tamu dan mencari pengunjung bernama Kiran yang kini tengah duduk bersama teman-temannya namun tak ada sosok Bayu disana. Kay menghiraukannya lalu kembali berjalan namun suara pecahan terdengar membuat Kay segera berbalik arah.
"Duh...Maaf..." Seorang Pria an wanita yang sedang berjalan tak sengaja memecahkan mangkok dengan tas yang dibawa sang wanita.
"Iya gapapa." Kiran yang tampak terkena pecahan mangkok kaca itu segera mengambil tisu.
"Kenapa ini?" Kay datang bersama stafnya.
"Maaf Mas saya ganti deh ini.." Sang Pria segera mengeluarkan dompetnya.
"Gantinya dibawah aja langsung ke meja kasir. Gi bersihin pecahannya ya.."
"Siap bos.." Egi dengan sigap langsung membawa pengki dan menyapu kaca tadi sementara Kiran masih terlihat membungkuk menekan-nekan bagian yang mengeluarkan darah.
"Mana sini aku liat." Kay berjongkok.
"Ga usah ga papa."
"Kalo ga papa ga mungkin darahnya keluar terus. Liat dulu takut ada pecahan kaca disitu." Kay menarik tangan Kiran agar menjauh dari lukanya.
"Tuh kan..." Kay dengan cepat mengambil pecahan itu.
"Aw...sakit. Pelan-pelan kenapa sih.." Protes Kiran saat tangan Kay mengeluarkan pecahannya.
"Gi, sorry sekalian buangin.."
"Iya bos.." Egi penuh semangat.
"Keruangan aku yuk, aku obatin."
"Ga usah.."
"Nanti infeksi loh, udah ayo sakit nanti."
"Iya Ran udah sana..." Salah satu temannya mendukung.
"Udah ayo.." Kay membantu Kiran berdiri dan berjalan menuju ruangannya. Setelah membuka pintu Kay membiarkan Kiran duduk di sofa miliknya yang sebelumnya ingin dia gunakan untuk meluruskan kakinya yang pegal. Kiran duduk disana sementara Kay mulai mencari kotak P3K. Kay mengambil air untuk membersihkan luka Kiran dengan selembar tisu setelah itu barulah dia teteskan Betadine yang membuat Kiran sedikit perih. Tahu Kiran merasa perih Kay meniup-niup lukanya pelan sementara Kiran memandang mantan kekasihnya itu.
"Kalo jalan sakit ga?"
"Ya engga cuman perih doang."
"Mau pake plester atau engga."
"Pakein aja." Pinta Kiran membuat Kay langsung menempelkan plester itu.
"Makasih."
"Iya sama-sama." Kay menutup kotaknya lalu menyimpan ketempat semula. Mata Kiran salah fokus dengan kalung huruf K yang masih dipakai Kay. Kalung itu terlihat keluar dari persembunyiannya dibalik kaos Kay sedangkan Kay belum menyadari hal itu.
"Ini udah malem kenapa masih nongkrong?ga dicariin ayah?"
"Engga, aku udah bilang."
"Kamu pulang bareng temen-temen kamu?"
"Engga, aku dijemput Bayu nanti.."
"Oh iya, baguslah suruh dia kesini."
"Belakangan aku jarang liat kamu disini, kemana?"
"Aku sibuk nyusun skripsi sama persiapan kuliah aku di Luar Negeri." Kay berjalan santai lalu duduk diatas meja kerjanya menghadap Kiran.
"Luar Negeri?"
"Iya, aku mau ke Australia kuliah ditempat mommy dulu."
"Kenapa?"
"Pingin aja.." Jay menundukkan kepalanya sejenak.
"Sukses.."
"Iya, makasih. Aku baru tahu kamu pindah kampus. Kenapa?"
"Hmm..ga cocok aja sama jurusannya kayanya aku pingin pindah ke design fashion aja.."
"Ngulang lagi dong?"
"Iya.."
"Sama kaya aku, di Australi aku ambil culinary arts supaya bisa bantuin mommy."
"Pantes kamu buka usaha kaya gini."
"Kebetulan aja, karena bingung cari kesibukan apalagi yang bagus, yang ga bikin mommy sama Daddy ngomel."
"Ya udah aku balik ke temen-temen aku." Kiran perlahan berdiri membuat Kay segera menghampirinya.
"Bisa?" Kaya memegangi lengan Kiran.
"Bisa kok."
"Ran..." Kay tak melepaskan pegangannya tadi bahkan kini dia menarik bada Kiran agar lebih dekat. Kiran hanya diam tak menjawab panggilan Kay.
"Aku denger dari temen aku, kamu nyariin aku. Ada apa?"
"Engga. Ga papa. Cuman basa-basi aja."
"Jangan bohong. Ada apa?" Kay tak yakin dengan jawaban Kiran bertanya lagi namun Kiran tak menjawab sekarang.
"Kenapa kamu cariin aku?kenapa?"
"Aku cuman pingin tahu kamu kemana."
"Kenapa kamu pingin tahu aku kemana?"
"Waktu kita ketemu di Gramedia kamu ngilang gitu aja. Kenapa?"
"Jawab pertanyaan aku, aku jawab pertanyaan kamu."
"Aku cuman pingin tahu kabar kamu itu aja ga lebih."
"Kenapa kamu harus tahu kabar aku?"
"Kamu belum jawab pertanyaan aku."
"Karena aku rasa waktunya ga tepat saat itu. Kita ketemu lagi setelah berantem dan setelah sekian lamanya. Belum lagi ada pacar kamu disana, aku jadi sedikit canggung dan ngerasa kurang pas aja kalo harus ngobrol. Sekarang jawab pertanyaan aku, apa pentingnya kabar aku buat kamu?"
"Aku udah nyakitin kamu, aku pingin tahu aja kamu gimana setelah itu. Seperti kata kamu terakhir kita ketemu, kita berantem dan aku jadi merasa bersalah buat itu."
"Kamu ga usah ngerasa gitu, aku yang salah. Aku salah udah marah sama kamu. Aku ga ngerti kondisi kamu waktu itu. Maafin aku.." Kay dengan segala keberaniannya kini menyentuh pipi Kiran mengelusnya lembut disana.
"Aku kangen sama kamu." Kay berkata jujur tentang perasaan yang tak bisa dia tahan lagi.
"Kamu bilang kamu ga mau ketemu aku lagi."
"Aku bohong soal itu, aku ga mungkin bisa ngelupain kamu. Kamu ga keliatan dimata aku aja aku gelisah." Kay dengan tulus sambil menatap lekat mata Kiran. Lama kelamaan bukan hanya mata yang menatap tapi Kay semakin berani mendekatkan diri pada Kiran menarik pipi wanitanya itu perlahan agar lebih dekat dan....dia berhasil mencium Kiran. Sejenak hanya ada diam namun Kay mulai menggerakan bibirnya dengan perlahan.
"Kay...maaf...aku ga bisa." Kiran mendorong badan Kay.
"Kasih ciuman terakhir buat aku sebelum aku pergi. Aku janji ga akan ganggu hubungan kamu sama Bayu." Kay memohon dengan sorot matanya yang tak mau melepas dari wajah cantik Kiran.
***To Be Continue