"Darimana sayang?kok telepon mommy ga diangkat?" Jesica langsung bertanya saat melihat Jay datang menghampirinya.
"Maaf mom, HP aku tadi di silent. Aku tadi jalan-jalan sama Tiara."
"Udah ketemu Tiara?"
"Tadi siang dia kesini mom jadi aku ajak jalan aja."
"Beli apa sayang?"
"Eh iya, ini aku beliin jacket buat Kris.." Jay segera membuka kantong belanjaannya lalu mengangkat jacket kecil untuk adiknya.
"Kris...cobain Kris. Abang pingin liat.." Jay antusias sementara Kris berbicara entah apa yang jelas Jay mengartikannya sebagai ucapan terimakasih.
"Daddy ga dibeliin?"
"Daddy beli aja sendiri."
"Kegedean dikit..." Jesica yang sudah memakaikan jacket pada Kris berkomentar.
"Yah...mau dituker mom?"
"Ga usah, ntar juga Kris gede..."
"Adik Abang ganteng banget..." Jay mencubit pipi gembul Kris.
"Mom...mommy panggil aku Abang dong jadi Kris denger terus nanti bisa ngomong juga. Kaya mommy panggil kakak..." Jay protes membuat Jesica dan Kenan tersenyum kecil.
"Iya Abang Jay...." Jesica menurut dengan permintaan anaknya.
"Daddy juga ya..."
"Iya Abang..." Kenan ikut menurut sambil terus memperhatikan tv.
"Mom...mommy masih sedih kalo aku pergi?mommy kesepian ya?"
"Kenapa nanya gitu?"
"Aku jadi kepikiran. Aku ga mau ninggalin mommy. Kalo aku pergi bikin mommy sedih, bikin mommy sepi aku ga akan kuliah di Jogja."
"U....so sweet banget anak mommy, dari dulu emang kamu ga pernah berubah.."
"Abang mom..." Jay protes lagi.
"Iya Abang ga pernah berubah. Mommy ga papa Abang kesana. Ga ada satupun orang tua di dunia ini yang sedih kalo anaknya sukses. Kalo Abang udah mantep mau ke Jogja mommy sama Daddy dukung. Nanti juga bakal balik lagikan?yang mommy khawatirin itu, Abang udah terbiasa belum hidup mandiri?Kalo pulang ga liat mommy, ga liat Daddy, ga bisa ajak main Kris." Perkataan Jesica membuat Jay semakin bingung. Benar juga, jika dia pergi. Ada satu kebiasaan atau suasana yang akan hilang.
"Mommy, Daddy sama Kris pindah aja kesana, temenin aku.."
"Ga bisa gitu dong sayang. Mommy sama Daddy ada kerjaan disini."
"Biarin kakak aja yang urusin kalo engga suruh kak Dariel."
"Mulai ngerengek lagi sekarang." Kenan mengacak-acak rambut Jay.
"Dad...Daddy pindah aja. Daddy jangan kerja."
"Cepat atau lambat juga Abang bakal dewasa. Udah kalo mau kesana, kesana aja. Sekalian belajar mandiri, Daddy yang jagain mommy." Perkataan Kenan membuat Jay merenung.
"Udah Abang mandi dulu sana, ga enak udah jalan-jalan pasti keringetan."
"Iya mom..." Jay berjalan menuju kamarnya sementara kedua orangtuanya masih berdiam diri disana.
"Mulai manja lagi tuh anak. Kemarin-kemarin biasa aja."
"Jangan digituin dong Mas, kasian..."
"Jay tuh ga bisa jauh dari kamu makannya dia begitu. palingan juga ga jadi."
"Lagian aku juga khawatir kalo dia sendiri. Ninggalin dia kerja aja aku ga tega."
"Kamunya masih berat jadi dia mikir-mikir gitu."
"Ya gimana pun aku tahu dia ada riwayat sakit, ga mungkin aku lepasin gitu aja sampe aku nemu ada orang lain yang ngertiin Jay."
"Jay udah ga papa sayang, ga usah khawatir, Mas juga masih liatin dia kok..." Kenan mengusap lembut tangan Jesica lalu membenarkan posisi duduknya.
"Kalo pun Jay harus ke Jogja ada Dena ada Fahri sayang. Mereka pasti jagain Jay, mereka juga tahu kondisi Jay gimana."
"Aku percaya mereka liatin Jay tapi tetep aja aku harus tahu anak aku gimana disana."
"Ya udah pindah aja 2 tahun disana, temenin Jay."
"Mas kan kerja disini."
"Nanti Mas sebulan sekali kesana."
"Emang bisa LDR?"
"Hm...ga bisa tapi cobain aja dulu kalo ga kuatkan Mas bisa langsung terbang kesana." Canda Kenan.
"Mas...aku seurius."
"Mas juga seurius sayang, daripada kamu khawatir terus daripada Jay harus korbanin keinginan dia mending kita cari jalan baiknya gimana."
"Mas aku inikan selain seorang ibu juga seorang istri. Ga mungkin aku ngurusin anak aku sementara suami aku, aku telantarin."
"Kan Mas yang nyuruh, yang ngijinin. Engga ada istilahnya kamu nelantarin suami."
"Kasian Mas..."
"Jay lebih butuhin kamu sekarang dibanding Mas."
"Tapi aku butuh Mas disamping aku."
"Ya terus gimana?Mas lagi sibuk-sibuknya sayang, baru juga Mas masuk masa keluar lagi?"
"Kerjanya dari rumah apa ga bisa?"
"Tetep sesekali harus ketemu sayang."
"Ya sesekali aja Mas disini, sisanya di Jogja."
"Sayang apa ga mikirin Kay juga?kalo sekarang kita bela-belain buat Jay masa Kay dibiarin. Dia juga boleh dong protes bilang kita pindah aja ke Australia nemenin dia."
"Duh...pusing punya anak kembar." Jesica memegangi kepalanya.
"Turunan siapa coba?"
"Nyalahin aku?"
"Engga, Mas ga nyalahin kamu. Nyalahin Mas karena pinter bikinnya." Canda Kenan membuat Jesica tersenyum-senyum.
"Udah-udah gini aja daripada nanti terjadi perselisihan disangka kita pilih kasih coba kita kasih kepercayaan Si kembar buat ngurusin hidupnya. Besok-besok mereka juga nikah. Tinggal sendiri, apa salahnya dibiasain dari sekarang?"
"Kris jangan cepet gede ya...." Jesica memeluk anak bungsunya mengingat waktu yang terasa begitu cepat membuat Jay dan Kay dewasa.
"Ya sayang?kita anterin sama-sama Jay sama Kay kita rutin tengokin juga mereka jadi ga ada yang sirik-sirikkan."
"Iya Mas.."
"Lagian Mas juga ga akan tahan jauh dari kamu.." Kenan mulai merapatkan diri pada Jesica.
"Iya tahu...makannya aku ga yakin Mas bilang bisa LDR tadi."
"Dulu siapa yang suka bilang kangen duluan?" Kenan menyindir namun Jesica tak menjawabnya.
"Gitu tuh yang ngerasa, pura-pura diem lagi."
"Kris..ada yang ngomong ya Kris." Canda Jesica dengan memandang ke arah wajah anaknya.
"Daddy..." Kris dengan jelas menyebut panggilan orang tuanya.
"Mas Kris ngomong jelas sekarang." Jesica langsung melihat anaknya padahal kemarin-kemarin Jesica sempat khawatir dengan pertumbuhan Kris yang sedikit melambat. Kris memang sudah bisa berjalan sedikit demi sedikit tapi pelafalannya bicaranya masih kurang bahkan terkesan malu untuk berbicara.
"Coba ngomong lagi Kris..."
"Daddy..." Kris membuat Kenan senyum.
"Kris coba bilang mom...my."
"Mom...my..." Kris menunjuk ke arah Jesica.
"A....Kris, mommy khawatir sama kamu sayang." Jesica mengangkat anaknya.
"Apa Mas bilang nanti juga Kris bisa. Anak itu ada yang pinter jalan dulu baru ngomong ada yang pinter ngomong dulu baru jalan. Sering diajakin ngobrol aja Krisnya."
"Aku kan ngelahirin Kris bukan diusia muda jadi ada kekhawatiran tersendiri Mas. Aku kan baca artikel tentang ngelahirin di usia kaya aku, dampaknya gimana ke anak juga."
"Iya sayang, udah ga usah khawatir lagi nanti tahu-tahu Kris udah bisa baca aja. Ya Kris?anak Daddy sama mommy kan pinter." Kenan mengusap kepala Kris sebentar.
***To be continue