Jesica tampak sibuk didapurnya malam ini. Bukan tanpa alasan dia tiba-tiba masuk dapur lagi. Kini dia sedang sibuk menyiapkan desert manis untuk dibawanya ke tetangga baru yang sudah menempati rumah disampingnya sejak sebulan yang lalu. Dengan sigap Jesica meraih cup berbentuk mangkok l sebanyak 50 buah sesuai dengan arahan perkumpulan ibu-ibu komplek. Buah-buahan yang sudah dia potong kini satu persatu dia masukkan ke dalam cup tadi. Mulai dari strawberry, anggur, jeruk, alpukat dan buah segar lainnya yang menggunggah selera makan bagi siapapun yang melihatnya. Agar menambah citra rasa Jesica menambahkan kacang merah manis diatasnya sebelum ditutup oleh ice cream green tea yang digemari banyak orang belakangan ini. Terakhir agar terdapat tekstur renyah, Jesica menaburi kacang almond diatasnya. Yummy...hidangan siap.
"Kris pingin sayang, mulutnya ga mau diem nih..." Kenan yang sedaritadi memperhatikan istrinya memasak bersama Kris yang duduk dengan manis di kursi khususnya. Tangan Jesica menyuapi Kris dengan ice cream membuat mata Kris terpejam dengan tangan seperti menahan dingin.
"Enak sayang, jangan banyak-banyak ah nanti pilek.."
"Mom..." Jay datang dengan lesu.
"Kenapa sayang?sakit lagi?bulan ini jangan lupa ke dokter dan ikut terapi lagi ya.."
"Engga, aku ga sakit. Aku cuman mau bilang aku ga ikut aja ya mom. Aku dirumah aja..."
"Ikut dong sayang, temenin mommy, Daddy sama Kris. Kay kan ga bisa masih ngurusin cafenya masa kamu ga mau. Biar Kris ada temen kalo Daddy sama mommy lagi ngobrol."
"Udah ikut aja, daripada dirumah ga ada kerjaan."
"Aku takut malu-maluin..."
"Kok mikirnya gitu sih?udah ganti baju sana, kita siap-siap pergi, keburu malem sayang." Jesica memutarkan badan Jay pelan membuat anaknya langsung menurut.
"Sayang.."
"Hm.."
"Mas nambah satu kerjaan lagi?"
"Kerjaan?Mas jangan sibuk-sibuk loh.."
"Kerjaanya dari kakak.."
"Kakak?kenapa kakak?ada masalah di kantornya?"
"Kakak minta Mas cariin keluarga Dariel sama siapa ayahnya." Perkataan Kenan membuat Jesica menghentikan gerakan tangannya yang masih mempercantik hidangannya.
"Terus?"
"Mas awalnya ga mau, tapi kamu tahu sendiri sekarang yang dirasain Dariel ngaruh juga sama dia jadi daripada kakak sedih, Mas iyain aja. Mas bakalan cari tahu siapa orang-orang itu."
"Dulu aku penasaran tapi kalo dipikir-pikir aku takut Mas kalo sampe mereka tahu, bakalan ngaruh ga ya sama rumah tangganya? atau apa ya yang bakalan terjadi?aku jadi khawatir.."
"Nanti kalo Mas udah tahu, Mas juga pikir-pikir dulu. Kira-kira bagus ga kalo mereka tahu atau kalo pun terpaksa dikasih tahu Mas bakalan ajakin pak Stefan buat ngasih tahu Dariel. Ga mungkinkan sampe tua Dariel penasaran terus? Mas yakin dia pingin tapi masih bingung aja harus gimana. Dariel pasti dewasa nanggapin ini."
"Lagian kenapa sih mereka harus muncul-muncul segala? Bikin kacau aja.."
"Mungkin ini cara Allah kasih tahu kalo udah waktunya Dariel ketemu dan tahu keluarganya dimana. Bisa melalui kita atau bisa juga takdir yang bikin mereka ketemu dengan sendirinya." Komentar Kenan membuat Jesica senyum-senyum sendiri.
"Kok senyum sih sayang?"
"Ga papa, pingin aja.."
"Jangan senyum terus dong nanti tambah cantik."
"Gombal.."
"Bener, apalagi kalo udah masak. Udah cantik, seksi lagi.."
"Masa?"
"Eh dulu waktu kita awal-awal nikah inget ga Mas suka main ke restoran kamu? teruskan dapur restoran kamu terbuka gitu jadi Mas suka merhatiin kamu masak, Kalo udah pake baju chefnya tuh keliatan cantik banget belum lagi rambut kamu dikuncir satu makin manis aja..."
"Modus aja itu.."
"Makannya sejak itu ga peduli deh makanannya apa yang penting liat kamu masak."
"Aku tuh dulu tahu Mas belum move on dari Marsha jadi aku cuekin."
"Kata siapa?waktu pertama kali ayah ngajakin kenalan sama keluarga kamu. Mas ga datangkan?itu karena Mas ketemuan sama Marsha. Obrolin hubungan kita jadi yang masih ngegantung-gantung Mas selesain tuh malam itu makannya besoknya Mas sendiri yang nawarin ke ayah buat kenalan sama kamu. Mas udah move on.."
"Ngapain aja sama Marsha malam itu?" Jesica duduk disamping suaminya sambil mengunyah sisa kacang almond yang ada dalam mangkok dan sesekali menyuapi Kris juga.
"Ga usah bahas ini ah nanti kamu sebel, marah. Mas ga mau, yang lalu-lalu udah aja.."
"Karena udah makannya biasa aja. Cepet aku pingin tahu Mas.."
"Engga ah..."
"Mas ih.."
"Ya...kita cuman ngobrol biasa aja terus dia ngasih tahu kalo mau nikah.."
"Itu doang?"
"Hm..."
"Pura-pura lupa.."
"Iya ada ciumannya..." Kenan mengalihkan pandangannya pada Kris.
"Last kiss ceritanya.."
"Ya gitulah, udah ah..."
"Sekarang aku udah biasa aja kok kalo Mas cerita gitu."
"Bibir Mas emang udah cium cewek selain kamu tapi kalo soal junior Mas cuman kamu yang pertama." Kenan mengecup pipi Jesica sebentar membuat istrinya itu kini mendekap Kenan dengan tangan yang menjuntai dari pundak ke dadanya.
"Dulu aku yang sering cemburuan sekarang kebanyakannya Mas yang suka cemburuan."
"Soalnyakan makin kesini makin sayang..."
"Gombal terus nih tapi aku paling sebel ya kejadian waktu Mas cemburu minta ampun di Jogja sampe bikin aku sakit."
"Iya maaf sayang ga sengaja, Mas tuh lagi marah tapi lagi kepingin juga."
"Dasar nafsuan.."
"Besok-besok mau cobain pake borgol?"
"Mas ih..." Jesica memukul pelan lengan Kenan.
"Atau mau diiket tangannya pake dasi Mas?oh bukan-bukan itu yang, matanya ditutup mau?"
"Mas.." Jesica kini mencubit gemas.
"Engga sayang, bercanda..."
"Niru flim nih jadi begini.."
"Mom..dad, aku udah siap nih.." Jay datang dengan kemeja hijaunya.
"Ganteng anak mommy, ya udah yuk.."
"Kamu gendong Kris aja biar Mas sama Jay yang bawa makanannya.." Kenan ikut bersiap dan membawa nampan berisikan makanan hasil jemari lincah istrinya. Mereka berjalan cukup santai memasukin kediaman tetangga barunya itu. Jesica dan Kenan disambut hangat oleh sang pemilik rumah bahkan saat masuk kedalam tampak orang-orang sudah berkumpul disana. Jay membantu dengan meletakkan makanannya di dapur yang kemudian dimasukkan ke dalam kulkas oleh pembantu rumah disana agar ice cream yang berada diatasnya tak mencair.
"Wah enak nih, punya siapa bi?" Seseorang datang langsung tergiur melihat hidangan dari Jesica.
"Dikasih sama ibu Jesica.."
"Lu...?" Wanita itu menghiraukan ucapan pembantunya dan langsung menunjuk ke arah Jay yang tampak bingung dengan tindakannya. Jay memilih untuk tak menggubris panggilan wanita tadi dan segera berjalan untuk meninggalkan dapur.
"Heh gw ngomong sama lu.."
"Apa?ngomongnya pelan-pelan aja."
"So lembut ya lu sekarang, kemarin-kemarin nge-gas sama gw."
"Kamu siapa?" Jay benar-benar bingung dan tak ingat dengan wanita yang dari ucapannya seolah pernah bertemu dan berbicara dengannya.
***To Be Continue