Kiran masih tertidur dikasurnya setelah tadi pagi sampai. Matanyan tak bisa diajak kompromi dia benar-benar mengantuk akibat tak bisa tidur dipesawat. Mungkin perasaannya yang terlalu bahagia menyambut hari esok untuk bertemu Kay. Sejak semalam Kiran tak menghubungi Kay dan dia yakin hal itu pasti membuat kekasihnya curiga. Sesampainya di Australia Kiran langsung mengabari Kay jika dia sedang sibuk dengan teman-temannya sehingga belum bisa meladeni panggilannya padahal Kiran hanya butuh istirahat. Sepertinya Kiran terkena jetlag. Pukul 5 sore Kiran baru terbangun dari tidurnya. Dia meraba-raba nakas hotel untuk mencari Handphonenya. Dilihatnya dengan mata setengah terbuka. Sudah ada beberapa pesan dari Orang tuanya, teman-temannya dan tentu saja Kay. Kiran menghubungi orang tuanya terlebih dahulu lalu membalas semua pesan temannya. Kini Kiran terduduk lalu mencoba melakukan video call pada kekasihnya.
- Hei sa...yang...
Kay ragu saat melihat penampilan Kiran yang berantakan.
- Halo...
Kiran sambil menguap.
- Kamu baru bangun tidur?
- Iya maaf.
- Kamu dimana?kaya bukan dikamar kamu katanya tadi dirumah temen.
- Iya tadinya mau kerumah temen spesial aku tapi ga jadi, aku ngantuk.
- Temen spesial?siapa?kok pake spesial segala?.
- Langsung deh nge gas.
- Aku pingin tahu dong. Siapa?cowok atau cewek?.
- Bentar, coba kamu tebak.
Kiran kini berdiri mencari sandal hotelnya lalu berjalan kearah balkon hotel. Dia membuka jendela yang menampakkan gedung-gedung tinggi namun ada satu tempat yang sangat dikenal Kay. Tempat yang selalu dia lihat hampir setiap hari. Ya itu Sydney Opera house.
- Sayang kamu...
Kay tak bisa berkata-kata. Hanya dengan senyumannya saja dia tahu dimana Kiran berada. Ya. Dia disini. Dia di langit yang sama dimana Kay berdiri.
- Aku dimana ya?kayanya aku terlalu lama tidur sampe lupa.
Goda Kiran sambil senyum-senyum.
- Ini bukan editan kan?atau trik kamera dan sebagainya?
Kay masih belum percaya.
- Mana bisa aku edit-edit begitu, ngarang banget.
- Kamu nginep dimana sayang, aku kesana sekarang.
- Eits...ga semudah itu ferguso. Aku ga akan ngasih cuma-cuma.
- Kok gitu sih?dari semalem aku udah nungguin telepon kamu tahu ga, ga biasanya kamu cuek banget.
- Kamu kayanya lagi sama temen-temen kamu, selesain dulu aja.
- Kita cuman lagi nongkrong-nongkrong biasa aja, aku bisa pergi sekarang kok. Kamu kasih tahu aku dimana hotelnya.
- Ga sabaran banget.
- Ayo dong jangan main-main kecuali kalo emang itu bohongan.
- Cari aja sendiri. Dari dulu kamukan suka hebat nyariin aku. Alamat rumah aku aja ketemu.
- Oke. Aku cari, kalo ketemu awas ya.
- Oke. Aku tunggu.
Kiran senyum-senyum lalu menutup teleponnya. Dia tahu Kay pasti punya beribu akal untuk menemukannya. Kini Kirain memilih membersihkan diri sebelum bertemu kekasihnya itu. Dia tak mau sekacau ini jika Kay sampai nanti. Dia juga tak kalah senang bisa bertemu dengan Kay setelah sekian lama. Ini adalah moment yang dia tunggu belakangan ini. Dia sampai rela mengambil sidang gelombang pertama dan belajar abis-abisan agar ketika pergi tak ada PR apapun dirumah. Dilain tempat Kay yang tak tahu dimana Kiran berada kini mulai menghubungi Marsha. Kay pikir Marsha pasti tahu dimana Kiran berada.
- Halo...
- Halo Tante....
- Kay tumben-tumbenan telepon Tante, bukannya Ran ada disana?.
- Iya Tante, aku mau nanyain Ran sama tante.
- Kenapa?.
- Ran nginep dihotel apa ya tante?.
- Loh Ran ga ngasih tahu?.
- Bukan ga ngasih tahu, dia lagi jahilin aku nih tante, dia nelpon aku bilang ada disini tapi ga mau ngasih tahu dia dimana.
- Ampun ya kalian.
- Dimana tante?biar nanti Kay susulin.
- Bentar Tante lupa namanya, Hm....Park Hyatt Sydney.
Ucap Marsha membuat Kay girang bukan main. Dia akhirnya tahu dimana keberadaan Kiran.
- Makasih Tante.
- Kay...tolong liatin ya, kalo ada apa-apa cepet telepon.
- Iya Tante, Kay jagain Ran. Nanti kalo udah ketemu Kay kirimin fotonya.
- Iya-iya ya udah, susulin sana.
- Iya Tante, makasih.
Kay mengakhiri panggilannya kemudian dia pamit kepada teman-teman bulenya dan pergi menuju hotel yang disebutkan Marsha. Rasanya dia Ingin melompat-lompat untuk merayakan kebahagiannya. Dia sudah tak sabar bertemu kekasihnya. Sayang sekali dia tak membawa mobil karena dia tak menyangka sekali bahwa hari ini Kiran datang maka Kay menggunakan transportasi umum yang ada disana. Senyuman tak henti mengembang sepanjang jalan. Dia sudah dibayangi dengan wajah Kiran dikepalanya. Dia tak mungkin lupa dengan wajah yang membuatnya tergila-gila itu.
***
Park Hyatt Sydney. Ya Kiran menginap dihotel mewah itu. Park Hyat Sydney terletak di tepi Sydney Harbour dan menawarkan fasilitas mewah didalamnya. Kamar-kamarnya bernuansa megah dengan perabotan mewah, lampu-lampu desainer, dan jendela-jendela besar. Kamarnya sudah dilengkapi TV layar datar, sound system Bose, minibar, dan mesin kopi Nespresso. Tidak lupa dikamarnya juga terdapat balkon dan bak berendam. Suite tertentu dilengkapi dapur dan teras cantik. Dia memang akan menghabiskan waktu seminggu disini jadi tak heran dia menginginkan pelayanan yang maksimal walaupun Kiran tak menyangka jika ayahnya akan memesan hotel semewah ini. Ini jauh lebih pantas untuk ditinggali dengan keluarga. Kini Kiran menyisir rambutnya sambil bercermin. Dia ingin Berdandan secantik mungkin. Ini sudah sejam berlalu namun belum juga ada tanda-tanda kedatangan kekasihnya itu. Rupanya dia hanya menguasai Indonesia, Australia tidak. Pikir Kiran yang mulai senyum-senyum berharap Kay menelponnya dan menyerah. Kiran lapar. Dia terlalu sibuk tidur tadi. Apa dia sanggup menunggu Kay ditengah kelaparannya?Dia ingin mencoba makanan disini tapi bersama Kay sepertinya akan jauh lebih menyenangkan. Kini Kiran berjalan menuju teras balkonya. Menikmati pemandangan perairan yang luar biasa indah di malam hari. Pantas saja Kay belum juga pulang ke Indonesia mungkin dia betah disini. Perut Kiran kembali berbunyi. Alhasil dia memutuskan untuk turun kebawah. Dia kini menyiapkan dirinya untuk pergi namun saat membuka pintu hotelnya matanya terpaku menatap seseorang yang ada di depannya. Senyumannya langsung terpancar dengan wajah yang merona sementara lelakinya di depannya itu tak kalah menampakkan raut wajah yang menawan. Semakin bertambah usia semakin tampan saja. Itulah yang selalu Kiran puji dari penampilan Kay. Dia begitu pintar mengurus dirinya sendiri disini padahal Kiran sempat khawatir jika Kay akan menjadi anak yang urakan dan tak terurus mengingat selama di Indonesia selain dirinya Jesica lah yang begitu perhatian merawat Kay. Kay yang semula terdiam kini mulai bergerak dan meraih salah satu tangan Kiran. Mencium punggung tangannya disana sambil tak melepaskan tatapannya.
"Hello honey..." Ucap Kay dengan mesra.
***To Be Continue