Chapter 287 - Miss U

"Hello honey..." Ucap Kay dengan mesra. Matanya benar-benar seperti terpaku menatap Kiran. Sang Dewi yang begitu didambanya. Tak hanya matanya saja tangan Kay pun masih menggenggam tangan Kiran seakan tak mau lepas pegangannya bahkan jika sampai tangannya terputus pun akan tetap memegang tangan putih nan lembut itu. Kiran sendiri tak keberatan dengan setiap perlakuan kekasihnya walaupun harus menanggung malu karena wajahnya yang tak henti memamerkan warna merah padam merona akibat perlakuan manis sang Arjuna. Kini badannya sudah seakan secara otomatis bertindak sendiri untuk memeluk Kay. Memeluknya dengan hangat dan begitu erat. Ini sangat nyaman.

"I Miss You..." Bisik Kiran ditelinga Kay. Bisikan cinta itu membuat bulu kuduk Kay berdiri. Bukan karena takut tapi sudah lama dia tak mendengar suara indah Kiran. Bulu-bulunya mungkin butuh penyesuaian lagi untuk mendengar setiap kata cinta Kiran.

"Miss you too honey.." Balas Kay lagi dengan suara yang begitu terdengar jantan. Inikah tanda kedewasaan seorang Pria?. Sudah penampilannya berbeda suaranya pun terdengar bak pujangga membacakan syair cintanya.

"Kamu mau kemana?kabur lagi ya?terus suruh aku cari?" Kay sambil melepaskan pelukannya.

"Perut aku keroncongan nungguin kamu. Aku lapar. Aku bisa pingsan kalo nunggu kamu."

"Ya udah ayo, kita makan dibawah. Pemandangan bagus."

"Bisa ga cari tempat lain aja?aku ga mau dihotel. Aku juga pingin jalan-jalan keluar."

"Ya udah ayo kalo mau jalan-jalan." Kay merangkul mesra Kiran. Dia pun menutup pintu hotelnya lalu pergi menyusuri jalanan Sydney namun tak mau jauh dari area hotelnya karena dia sudah lapar dan tak mau tambah kelelahan hanya untuk mencari resto. Setelah berjalan-jalan akhirnya pilihan Kiran jatuh pada sebuah cafe. makanannya terlihat begitu menggunggah selera bahkan setelah dicoba rasanya begitu lezat. café ini punya aspek lebih, yakni view-nya langsung mengarah pada Sydney Harbour Bridge di malam hari yang penuh kilauan lampu. Belum lagi Kay dan Kiran memilih duduk di pinggir balkon sehingga akses pemandangan Sydney di malam hari tidak terganggu apapun. Ini indah apalagi ditemani sang pujaan hati.

"Kelaparan banget kayanya..." Komen Kay melihat cara Kiran melahap makanannya. Dia seolah menunjukkan pada Kay bahwa dia benar-benar lapar tadi. Sepanjang mereka makan Kay tak henti memandangi wajah Kiran yang menurutnya semakin lama semakin terlihat mempesona. Kilau cantiknya tak pernah memudar sedikitpun.

"Aku datang langsung pingin tidur..."

"Kena jetlag sayang."

"Mungkin tapi aku ngerasa baik-baik aja kok."

"Eh aku lupa belum kirimin foto kita ke bunda kamu."

"Ngapain?"

"Dia yang baik hati ngasih tahu dimana kamu nginep dan aku udah bilang bakalan jagain kamu selama disini."

"Lebay banget.."

"Bukan lebay supaya orang tua kamu ga khawatir."

"Bunda kasih salam buat kamu."

"Walaikumsalam..." Kay sambil tersenyum.

"Sebel deh liat kamu..."

"Kok sebel.."

"Makin cakep soalnya.." Puji Kiran membuat hati Kay dibuat tak karuan. Jantungnya semakin berdegup saja. Hari ini seperti kencan pertama mereka.

"Seminggu ini aku bakalan ajak kamu jalan-jalan.."

"Aku ga mau ganggu kuliah kamu."

"Engga kok, biasanya siang atau sorean aku selesai."

"Aku bulan depan wisuda kamu bisa datang ga?"

"Aku usahain ya sayang, aku ga janji."

"Yah...." Kiran tampak kecewa. Sejujurnya dia sangat berharap akan kehadiran Kay disana. Kay sekarang menggerakan kepalanya ke kiri. Memicingkan matanya untuk mengamati kenapa wajah Kiran menjadi berubah.

"Iya-iya aku kesana tapi aku ga bisa lama ya.." Kay segera meralat ucapan tadi. Dia tak ingin Kiran sedih jika dihari bahagianya itu Kay tak ada dan benar saja setelah Kay mengucapkan kalimat itu Kiran menjadi ceria kembali.

"Aku tunggu."

"Iya, pasti aku datang sayang."

"Pasti enak tinggal disini makannya kamu ga pernah pulang."

"Engga, bukan gitu sayang. Aku cuman ga mau bolos satu kuliah pun."

"Sampe liburan semester pun milih disini." Sindir Kiran yang sebenarnya hal ini sempat mereka ributkan. Kalo diingat-ingat lagi gara-gara keributan itu Kiran enggan menghubungi Kay selama satu minggu dan hal itu membuat Kay kalang kabut. Sehari saja tak ada kabar Kiran Kay gelisah apalagi seminggu. Dia pikir dia diputuskan secara sepihak.

"Aku mau coba-coba bisnis disini juga. Aku lagi banyakin relasi aku sayang."

"Kamu ada rencana tinggal disini?"

"Iya tapi sama kamu. Ayo nikah sama aku. Kita tinggal disini." Kay terus-menerus melamar Kiran. Sejak mereka dijakarta Kay terus mengucapkan kata itu bahkan di hari terakhir sebelum keberangkatannya, Kay terus mengajak Kiran menikah.

"Kamu ga pernah seurius ngomong itu."

"Aku seurius apalagi sekarang kamu udah lulus. Kamu tinggal disini aja sama aku."

"Aku mau kerja dulu Kay."

"Kamu ga usah cape kerja, ada aku."

"Aku tahu kamu mampu tapi ini mimpi aku. Aku juga pingin kejar itu."

"Ya udah kejar disini."

"Ga bisa, semuanya juga ada prosesnya. Aku ditawarin jadi jurnalis fashion di kantor temen aku."

"Iya bagus.." Kay dengan wajah datarnya.

"Kamu ga seneng?"

"Aku seneng sayang tapi aku lebih seneng kalo kamu disini. Kamu bisa berkarir disini, temenin aku."

"Kita lihat 2 tahun lagi, apa kamu berubah pikiran atau engga."

"Kenapa harus nunggu selama itu?"

"Pokoknya sampe kamu lulus aja."

"Aku udah bilang, aku seurius tapi kamu ga pernah percaya. Ada apa?ada orang lain di Indonesia?" Kay memainkan cincin yang dulu sempat dia berikan pada Kiran di jemarinya.

"Kok jadi ngomongnya kesitu?"

"Aku cuman nanya aja."

"Engga, ga ada orang lain. Aku udah jauh-jauh kesini loh Kay masa masih mikir gitu."

"Iya maaf, jangan kesel gitu."

"Aku ga suka kalo kita ketemu malah jadi berantem. Ini moment yang jarang harusnya dimanfaatin dengan baik."

"Iya, aku juga ga mau berantem kok sayang. Udah ya jangan jadi badmood. "

"Hem..."

"Udah dong, maaf..."

"Aku sebel sama kamu."

"Kenapa?aku makin ganteng lagi."

"Kali ini aku sebel sama ucapan kamu tadi."

"Iya maaf, pokoknya selama disini kita ga boleh berantem dan sebagai permintaan maaf aku besok aku masakin sesuatu di apartemen, kamu kesana ya."

"Biar aku aja yang masak sambil nunggu kamu pulang kuliah aku bakalan masak makanan kesukaan kamu, pasti lidah kamu kangen sama masakan aku.." Kiran dengan PDnya mencap masakannya enak.

"Lidah aku kangen yang lain." Kay sambil senyum-senyum.

"Mikir apa hayo?"

"Bercanda-bercanda. Ya udah besok kamu ke apartemen aku tapi kalo ada bahan yang kurang aku ga bisa nganter ke supermarket, kamu belanja sendiri ga papa sayang?aku kasih uangnya."

"Iya ga papa aku sendiri aja."

"Kalo kesasar atau ada yang godain telepon aku." Kay tak bisa membiarkan wanitanya itu berpaling pada pria lain yang bertebaran bebas dijalanan. Dia ingin Kiran hanya untuknya. Malam ini Kay benar-benar tersihir oleh kehadiran Kiran. Dia terus mengikuti kemana kaki Kiran pergi.

***To be continue