Kay POV
Setelah libur panjang aku kembali Ke Jakarta dengan aktivitas kuliah yang sebenarnya sudah dimulai seminggu sebelum aku pulang. Kembali kesini seperti teringat lagi kejadian menyakitkan itu padahal aku sudah sedikit lupa ketika aku tinggal di Bali. Bersama dengan kak Sammy anak om Alex aku seperti melupakan sejenak kelelahanku dijakarta meskipun tak benar-benar 100% aku lupa. Moment perpisahan kita masih aku ingat dengan jelas. Setelah 3 hari yang menyenangkan Kiran meninggalkanku begitu saja. Kalau dipikir ini memang bukan salah Kiran, dia melakukan itu dengan alasan yang kuat dan aku juga menerima itu tapi kenapa sekarang aku merasa hidupku hampa dan sendiri. Aku kehilangan. Kehilangan orang yang paling aku sayangi setelah ibuku sendiri. Aku belum pernah merasakan ini sebelumnya mungkin ini adalah karma akibat aku dulu sering meninggalkan wanita dengan seenaknya. Sepertinya perasaan ini yang mereka rasakan saat itu. Sakit rasanya sakit sekali bahkan sampai terkadang aku merasa seperti sesak di dadaku sendiri. Kiran. Hanya mengingat nama itu saja hatiku sudah sakit. Aku masuk kuliah dengan biasa dan mencoba menghindari Kiran jika bertemu namun sudah beberapa hari ini aku tidak melihatnya bahkan kebiasaan dia yang suka berkumpul di kantin tak lagi dia lakukan hanya teman-temannya saja yang masih sering terlihat. Aku sendiri tak sampai mencarinya dengan mendetail karena aku takut jika aku melihatnya aku nekat untuk mendekatinya lagi padahal sudah jelas-jelas itu tidak mungkin. Aku sudah bertekad untuk memikirkan keluarga Kiran dan keluargaku sendiri. Hari-hari berlalu, minggu-minggu berlalu dan bulan demi bulan berlalu aku belum juga melihat keberadaan Kiran dikampus. Dia kemana?pertanyaan yang terus menyelimuti pikiranku. Tapi kenapa aku harus seperti ini?bukankah aku dulu yang meminta dia untuk tak muncul dihadapanku?bukankah aku dulu yang mengatakan aku akan kesusahan jika melihat dia?mungkin Kiran sedang mewujudkan keinginanku tapi...aku merasa kesulitan sekarang bahkan sedih. Meskipun Kiran telah pergi tak sedikitpun aku memiliki niat untuk berpacaran lagi dengan wanita lain. Aku kehilangan moodku untuk itu. Aku benar-benar tak siap untuk membuka hati sekarang. Aku bahkan masih mengenakan kalung couple yang kita beli waktu itu di Bandung. Kalung yang menandakan kemesraan kami. Kalung yang tak pernah aku sangka akan menjadi kenang-kenangan dari perpisahan kami. Eh tapi ngomong-ngomong kenapa kalung itu tak ada dileherku sekarang?aku segera bangkit dan bercermin. Benar saja kalung kenangan kami tak ada ditempatnya.
"Dad...daddy...mommy..." Aku berteriak dari atas sambil berlari menemui orang tuaku yang sedang ada di ruang tv.
"Kenapa sih teriak-teriak, ini Kris lagi tidur."
"Mom..liat kalung aku ga?"
"Kalung?"
"Iya mom yang ada huruf K nya, mommy liat ga?atau Daddy liat ga?"
"Engga, kamu simpen dimana?"
"Aku ga simpen aku pake dad.."
"Kalo dipake ya pasti ada dileher kamu."
"Tapi ini ga ada kayanya jatuh.."
"Jatuh dimana?"
"Aku ga tahu dad, bantuin aku cari dong Dad.."
"Beli lagi ajalah Kay, Daddy beliin."
"Ga mau, aku pingin yang ini.."
"Mau cari dimana Kay?Daddy kan ga tau.."
"Pokoknya seisi rumah ini dad.."
"Kalung doang Kay.."
"Ya udah kalo Daddy ga mau bantuin.."
"Ih ngambek gitu aja, iya mommy sama Daddy bantuin, ayo Mas.." Mommy menarik tangan Daddy mencari kalungku disekitar ruangan.
"Lagi cari apa?"
"Nah tambah pasukan nih, Jay cariin kalung Kay."
"Kalung?kalung kaya gimana?"
"Katanya ada huruf K nya."
"Penting banget sampe harus dicari."
"Ga tahu tuh Kay, mau Daddy gantiin aja ga mau. Jay bantuin ya kasian Kay.."
"Iya aku cari di depan.." Jay yang aku lihat pergi kearah depan rumah.
"Duh kemana sih?" aku menggerutu sendiri sambil terus mencari benda kesayanganku itu. Kenapa aku sampai tak sadar kalo kalung itu sudah tak menggantung dileherku.
"Lagi pada cari harta Karun ya?" Kak Ara yang baru datang langsung menuju dapur dan meminum botol yang berisikan air.
"Bantuin kek kak.."
"Kasian tuh si Jay sampe masuk semak-semak di depan."
"Yang kaya gimana sih Kay kalungnya?"
"Yang warna perak gitulah mom tengahnya Huruf K."
"kamu ya udah lama putus juga masih aja keinget."
"Emang inget siapa kak?" Mommy curiga.
"Mom menurut mommy K itu siapa?"
"K itu Kay lah.."
"Bukan mom..K itu untuk Kiran." Ara menyadarkan orang tuaku tentang kesamaan nama kita berdua.
"Apaan sih kak, engga kok. Huruf K kan nama aku. Daripada kakak ngomel mending bantuin." Aku membantah agar tak membuat Daddy dan mommy khawatir. Aku mencari cukup lama namun belum juga aku temukan dimana kalung itu padahal sudah disemua sudut aku cari.
"Ish...sebel ga ada.." Aku kesal lalu duduk di sofa dimana orang tuaku duduk sebelumnya.
"Di depan ga ada.." Jay datang dan ikut duduk, kami pun berkumpul diruang tv.
"Ya udah besok Daddy suruh Pak Jaja sama bi Rini ikut cari."
"Aku pingin sekarang dad."
"Udah kita cari ga ada Kay.."
"Kenapa ga liat CCTV aja jadi keliatan terakhir kapan kamu pake.."
"Ga akan keliatanlah kak, orang suka ketutup sama baju."
"Ya udah ikhlasin aja kenapa sih?cuman kalung doang.."
"Ga bisa pokoknya harus ketemu."
"Coba kamu inget-inget lagi kamu seharian ini kemana aja."
"Bener tuh kata mommy, coba kamu inget-inget Kay kamu lewatin tempat mana aja." Jay membuatku berpikir tentang aktivitas yang kulakukan sejak aku bangun sampai dengan saat ini. Aku terus berpikir kemana saja aku pergi dan ketika sudah ingat dengan cepat aku berlari kearah kolam renang dan menyeburkan diri kesana. aku mencari-cari di dalam dan benar saja feelingku kalung itu ada disana dengan segera aku mengambil dan memunculkan diriku lagi dipermukaan.
"Ada?" mommy penasaran.
"Ada mom, nih.." Aku dengan senang karena akhirnya kalung itu aku temukan.
"Nih dingin.." mommy memberikan handuk kering padaku saat aku sudah naik kembali.
"Simpen, jangan ilang lagi..."
"Iya mom.." aku segera berjalan menuju kamarku lalu meletakkan Kalung itu dimejaku.
"Ran..kamu kemana?kamu bener-bener ngilang dari mata aku." aku berbicara sendiri sambil duduk menatap kalung itu.
"Apa keluarga kamu udah baikan?" aku yang sebenarnya masih sangat penasaran dengan kehidupan Kiran sekarang tapi aku belum berani mencari atau menampakkan diriku di depan Kiran. Suara ketika pintu terdengar dan tak lama mommy masuk.
"Nih mommy bikinin teh supaya badan kamu anget, tiba-tiba nyebur gitu aja. Kamu mandi sana."
"Mom...aku pingin lanjut kuliah di luar negeri boleh ga?"
"Boleh.." Mommy yang entah mengapa tiba-tiba langsung menjawab pertanyaanku dengan cepat padahal biasanya dia menginterogasiku terlebih dahulu.
"Boleh sayang, nanti kita cari sama-sama kamu mau dimana." Mommy berbicara lagi dan entah perasaan senang atau sedih sekarang yang ada dihatiku.
***To be continue