Chereads / I don't know you, but I Married you / Chapter 138 - Waktu yang tepat

Chapter 138 - Waktu yang tepat

Kiran POV

Suasana dimeja makan tampak hening sekarang dan ini jauh dari kebiasaan kami. Hal ini sudah berlangsung selama beberapa hari belakangan tepatnya setelah pertengkaran orangtuaku waktu itu. Biasanya Ayah selalu bercanda dengan Bunda tapi sekarang mereka sibuk dengan makanannya masing-masing. Rafi melirikku seolah bertanya ada apa dan dengan otomatis aku mengangkat bahuku sendiri untuk menjawab lirikannya. Selesai makan malam pun bunda langsung sibuk mencuci piring dan membersihkan sisa makan malam kami. Rafi yang emang cuek langsung naik keatas begitupun dengan Ayah.

"Bun.."

"Iya Ran.."

"Aku jadi ya ke Bandung diajak sama Kay.."

"Oh iya-iya waktu itu Kay udah bilang katanya Minggu kamu pulang."

"Iya aku pergi Jumat siang, Minggu sore aku udah pulang kok."

"Hati-hati ya Ran."

"Iya Bun.."

"Bawain bunda oleh-oleh jangan lupa."

"Iya pasti, aku ga akan lupa. Eh Bun.."

"Iya.."

"Ga jadi deh.."

"Ih apaan sih?bunda sebel deh kalo mau ngomong tapi ga jadi."

"Aku lupa bun.."

"Ya udah kalo inget cepet bilang.."

"Iya bunda. Aku ke kamar ya.."

"Iya sayang.." Bunda sambil tersenyum padahal aku tahu dia tidak dalam keadaan senang sekarang. Aku masuk kamar dengan malas lalu berbaring di tempat tidur sambil menyalakan tv berharap dengan menonton bisa sedikit aku lupakan masalah Ayah dan Bunda namun setengah jam kemudian sayup-sayup aku mendengar suara Bunda dan Ayah bertengkar lagi dan kali ini karena hal yang sama. Om Kenan. Aku membuka perlahan pintu kamarku lalu diam disana mendengar setiap ucapan yang dilontarkan orangtuaku.

"Aku cape.." Suara Bunda terdengar.

"Bukannya seneng bahas mantan kamu?"

"Apa-apaan sih bi.."

"Pilih aku atau dia."

"Kok gini sih?"

"Jawab aja."

"Bi, dia sama aku kan masing-masing udah punya keluarga jadi ngapain sih nanya-nanya yang kaya gitu?"

"Oh..berarti kalo ga punya keluarga pingin balikan?"

"Bi cukup!!kamu udah terlalu jauh mikirin tentang hal ini."

"Kenapa?!!takut ketahuan?"

"Silahkan kamu cari tahu aku sama Ken emang udah ga ada apa-apa."

"Ngapain aku cape-cape cari tahu, kalo emang gini caranya mending kita cerai aja."

Suara ayah terdengar jelas ditelingaku dan aku belum mendengar suara Bunda lagi setelah ayah berbicara tadi. Aku tak mau mendengar kelanjutan pertengkaran mereka, ini cukup membuatku sedih. Aku memutuskan untuk masuk kedalam kamarku. Duduk ditempat tidurku sendiri dengan bantal ada ditanganku. Cerai?apa harus sejauh itu ayah marah dengan bunda?aku tahu dan aku yakin bunda ga pernah ada main dengan om Ken. Aku ga pernah melihat Bunda punya gelagat perselingkuhan dengan Om Ken. Ini benar-benar kacau. Sejak orang tuaku tahu bahwa ayah Kay adalah mantannya perlahan semuanya berubah. Ayah jadi lebih sensitif dan jujur aku tak tahu apa yang terjadi di masa lalu antara Bunda dan om Ken sehingga pengaruhnya cukup besar bagi kehidupan mereka sekarang. Kadang aku sedikit penasaran tapi aku juga tak berani bertanya langsung pada Bunda. Aku takut dia tak suka jika aku bertanya. Kini aku harus mencari jalan keluar agar semuanya kembali normal. Aku hanya ingin orang tuaku bersatu kembali dan tak ada kata cerai. Aku terus diam sampai aku mendapatkan satu jawaban yang dulu pernah Kay tanyakan padaku. Ya...sepertinya aku harus mengakhiri hubunganku dengan Kay. Mungkin ini jalan terbaik sehingga tak ada lagi celah untuk pembahasan om Kenan. Jika kita sudah tak saling berhubungan otomatis Bunda tak akan ada kontak apapun dengan keluarga om Kenan jadi ayah tak punya alasan untuk marah. Kay pria yang baik, berpisah dengannya sangat berat untukku tapi daripada rumah tangga orang tuaku jadi taruhannya lebih baik aku memutuskannya saja. Selain itu Kay pria yang tampan dan menawan pasti banyak wanita yang akan menyukainya. Aku harus berbicara dengannya, aku harus menentukan waktunya.

****

Aku sudah memutuskan untuk mengakhiri hubunganku dengan Kay setelah pulang dari Bandung. Sejujurnya waktu itu aku bisa saja langsung berbicara dengannya tapi aku tak enak dia sudah mengajakku ke acara keluarganya.

"Hai, udah nunggu lama ya sayang?maaf ya.." Kay langsung keluar mobilnya dan membantu mengangkat koperku kedalam mobil.

"Ga papa kok."

"Orang tua kamu mana?biar aku pamit dulu."

"Aku udah bilang kok, udah kita langsung jalan ya keburu sore."

"Iya ayo.." Kay senyum lagi, aku jadi tak tega untuk mengatakannya. Aku tak tahu bagaimana reaksinya nanti jika dia tahu aku akan memutuskannya.

"Aku udah bilang ke Daddy aku pulang Minggu karena kamu ada kuis jadi dia suruh aku bawa mobil aja."

"Maaf jadi bikin kamu cape.."

"Engga kok, aku kan yang ngajak kamu. Mau beli cemilan dulu buat dijalan?atau apa?"

"Engga, aku bawa kok. Kamu belum makan?"

"Udah sayang." Kay dengan mesra lagi. Dia memang selalu bertingkah jauh lebih romantis dibanding aku. Aku menatapnya kali ini.

"Kenapa?kok liatnya gitu?ada sesuatu diwajah aku ya?"

"Engga, ga ada."

"Terus kenapa?"

"Kamu tambah ganteng aja.."

"Ih...apaan sih.." Kay tampak malu sekarang namun setelahnya suasana hening didalam mobil. Aku memilih untuk melihat kearah jalanan. Berpikir lagi apa putus dengan Kay adalah jalan satu-satunya yang harus aku pilih?atau sebenarnya ada cara lain?ah...aku bingung.

"Sayang..." Kay menyadarkanku dari lamunan.

"Iya.."

"Kok diem?"

"Aku lagi liat jalanan aja."

"Aku seneng mau kenalin kamu sama opa.."

"Iya.."

"Kata Daddy ga perlu ada yang dikhawatirin, opa pasti suka sama kamu apalagi kamu cucunya sahabat opa."

"Iya.."

"Kok iya terus sih?"

"Hm..aku gugup aja harus ngomong apa nanti."

"Ga usah gugup, ada aku." Kay meraih satu tanganku lalu menggenggamnya disana.

"Kamu kalo pegel atau ngantuk aku bisa kok gantiin kamu nyetir."

"Eh jangan, mana tega sih aku suruh kamu nyetir."

"Ya ga papa kan ga full."

"Engga sayang, aku udah pernah kok nyetir ke Bandung sendiri. Itu aja si Jay nyetir ke Jogja sendiri bisa masa aku engga cuman jarang deket gini."

"Iya aku percaya."

"Kalau kamu cape, kamu tidur aja. Tadikan kamu ada kelas."

"Kelasnyakan cuman bentar dari jam 7 sampe jam 10 doang."

"Kali aja ngantuk karena bangun pagi."

"Aku nemenin kamu ngobrol aja daripada kamu yang ngantuk bahayakan."

"Mana ada ngantuk jam segini?"

"Eh ini justru jam-jam rawan Kay, jam tidur siang nih."

"Aku kan ga suka tidur siang jadi kuatlah.."

"Aku juga jarang jadi kuat ngeladenin kamu ngomong." Aku membuat Kay tertawa kali ini. Aku jadi berpikir, jika nanti aku benar-benar akan meninggalkan Kay setidaknya selama 3 hari ini aku ingin membuat Kay senang, aku ingin memanjakannya, memperlakukan dia seromantis mungkin seperti yang selalu dia lakukan padaku. Kay...kalo kamu tahu aku benar-benar merasa bersalah sekarang. Maaf.

****To Be Continue