Chapter 290 - Khilaf

WARNING!!Dalam cerita ini mengandung muatan dewasa. Harap kebijksanaan pembaca. Bagi pembaca yang dibawah umur atau yang tidak nyaman dengan cerita ini, Dianjurkan untuk tidak membaca chapter ini.

"Ya udah, berhenti. Aku boleh lakuin itu ga?" Kay memandang Kiran sambil duduk dipangkuannya. Kiran diam membuat Kay segera melumat lagi bibir kekasihnya seakan membujuk untuk mengatakan iya. Dia sudah tak mungkin menyuruh juniornya turun. Dia membutuhkan pelepasan.

"Gesek-gesek aja dulu ya Kay.." Ucap Kiran dengan nafas tertahan dan mata yang dipenuhi hasrat untuk memiliki Kay juga. Dia sudah bingung untuk memilih mana yang benar mana yang salah. Kiran sepertinya sudah terhanyut oleh permainan kekasihnya.

"Gesek-gesek?" Kay bingung namun dia segera mengambil posisi dan membuka lebar paha Kiran. Dia menggesekkan kejantanannya dengan milik Kiran yang sudah basah dibawah sana. Tanpa malu dia menunjukkan kemaluannya pada Kiran begitupun sebaliknya. Kiran merasakan kedutan disertai getaran disekitar area sensitifnya bahkan dia rasa sesuatu akan keluar sekarang dan benar saja bibir vaginanya itu semakin basah saja. Kay sebenarnya sudah tak tahan apalagi miliknya semakin tegang dibawah sana. Dengan begini saja sudah nikmat apalagi jika dia bisa memasuki Kiran.

"Ran..aku pingin masuk sayang.."

"Aku takut Kay.."

"Aku keluarin diluar sayang, ya?" Kay sudah tak tahan dan entah dengan sihir apa Kiran langsung menurut. Dia berbaring lagi dengan paha terbuka lebar dan selanjutnya Kay segera membimbing miliknya untuk masuk.

"Ah..aw..sa.kit.."

"Iya bentar, tahan sayang bentar lagi nih. Kamunya udah basah jadi ga akan terlalu sakit." Kay terus mendorong miliknya. Untuk pertama pasti akan sangat sulit dan menyakitkan tapi kenikmatan tiada tara dijanjikan setelahnya.

"Pelan sayang..."

"Iya..hhh...nah...udah.." Kay merasa kenikmatan yang luar biasa saat kejantanannya itu berhasil masuk dan tenggelam di lubang yang seharusnya. Kenikmatan itu belum pernah dia rasakan sebelumnya dan dengan wanita manapun. Perlahan tapi pasti dia mulai memaju mundurkan pinggulnya sementara Kiran masih mencengkram punggung Kay dengan kuat seakan membagi kesakitannya dengan Kay. Rasanya tak adil jika hanya dia yang mengalami pedih akibat milik Kay yang menegang itu.

"Liat aku sayang.." Kay memandang wajah Kiran yang sudah pasrah saat ini. Kay menciumi terus dengan penuh gairah. Dia ingin Kiran menikmati hal ini juga meskipun seharusnya mereka sadar apa yang mereka lakukan itu salah dan entah bagaimana reaksi kedua orang tua mereka jika tahu mereka telah melakukan hubungan selayaknya suami istri. Untuk saat ini mereka seakan dirasuki setan dari neraka yang membuang jauh pemikiran tentang kedua orang tuanya.

"Geli.." Kiran tertawa kecil saat Kay membelai-belai paha Kiran dengan jemarinya membuat Kay tersenyum juga. Ini pengalaman pertamanya tentu Kay tak bisa melakukan banyak gaya mengingat Kiran yang masih dirundung kesakitan dan dirinya yang juga tak mau terlalu banyak memaksa. Entah berapa lama Kay memainkan aksinya yang jelas suara erangan nikmat terus terdengar mengisi ruangan kamar. Tiba-tiba Kiran merasakan sesuatu akan keluar dari dirinya, dia menarik seprai hitam Kay dengan keras, bagaikan tersenggat listrik dia menggelinjang tak karuan saat pelepasannya datang. Badanya melemas sekarang. Selain Kiran rupanya Kay juga merasakan hal yang sama, tahu akan keluar Kay segera mengeluarkan miliknya lalu menyemprotkan di perut Kiran.

"Ahhhh...ah..." Kay sambil menyemburkan cairan cintanya setelah itu berbaring di samping Kiran. Dia juga lemas.

"Aku sayang kamu.." Kay mengusap pelan pipi kekasihnya. Kiran masih melemas disampingnya. Tangannya mencari-cari sesuatu.

"Mau apa sayang?"

"Tisu mana?" Kiran dengan lemas.

"Bentar.." Kay segera mencari tisu dan memberikannya pada Kiran. Dia mengelap perutnya pelan dengan memiringkan badannya.

"Kamu yang pertama ngambil keperawanan aku."

"Kamu juga. Aku ga akan ninggalin kamu sayang, aku janji. Kamu tidur disini aja ya..." Pinta Kay sambil menarik selimutnya untuk Kiran. Dia takut kekasihnya kedinginan.

"Baju-baju aku gimana besok?"

"Pake baju aku aja dulu."

"Kegedean.."

"Sementara, besok kita ambil." Kay mengecup bibir Kiran agar dia tak berbicara lagi.

***

Setelah percintaan panasnya dengan Kay tadi Kiran memilih membersihkan diri meskipun dengan rasa perih diarea intimnya. Ternyata kehilangan keperawanan begini rasanya. Dia berjalan dengan susah payah menuju kamar mandi dan berusaha membersihkan diri sebersih mungkin kemudian dia membuat teh dan menyeruputnya di depan balkon sambil melihat ke arah luar yang menampakkan langit yang kian gelap namun cahayanya tak pernah padam. Banyak pikiran yang menyelimutinya sekarang.

"Lagi apa sayang?" Kay yang baru bangun memeluk Kiran dari belakang. Dia hanya mengenakan bokser hitam miliknya.

"Minum teh, mau?" Kiran menyodorkan gelasnya.

"Engga, ehm..udah wangi nih."

"Iyalah aku kan langsung mandi."

"Iya keliatan, masih pake jubah mandi gini.."

"Kamu mandi sana.."

"Iya bentar lagi." Kay masih nyaman memeluk Kiran.

"Kay...apa ini ga papa?"

"Ga papa gimana?"

"Kita kayanya udah salah deh ngelakuin itu "

"Aku mau, kamu juga maukan?"

"Iya tapi...kita belum nikah."

"Aku bakalan nikahin kamu, aku janji, tunggu aku lulus ya bentar lagi."

"Aku takut kamu bohong, aku bodoh banget mau ngelakuin itu sama kamu. Aish.....kenapa aku ini?" Kiran menjitak kepalanya sendiri sementara Kay langsung menarik tangan Kiran untuk berhenti menyakiti diri sendiri.

"Ih..kok nyesel gitu sih?aku ga bohong sayang. Kamu pingin aku gimana?apa yang harus aku lakuin?Kamu pingin apa yang jadi jaminan?" Kay sekarang berpindah ke samping Kiran menatapnya lekat namun Kiran diam karena dia bingung.

"Jangan takut sayang, aku tanggung jawab kalo terjadi sesuatu sama kamu."

"Hem...." Kiran masih dalam penyesalannya sepertinya tadi dia benar-benar sudah gila.

"Ran percaya sama aku, dari dulu akukan seurius sama kamu. Kamunya aja yang ninggalin aku."

"Aku ninggalin kamukan karena jelas alasannya apa."

"Iya-iya, ga usah marah."

"Pake baju sana.."

"Nanti aja..." Kay lebih mendekat dan mengambil alih gelas ditangan Kiran agar tak jatuh lalu menghujaninya dengan kecupan-kecupan kecil.

"Kay apa sih?"

"Jangan gini dong sayang. Aku bakalan tepatin janji aku."

"Iya aku percaya..." Kiran sudah menampakkan senyum sekarang meskipun terkesan terpaksa.

"Ternyata enak ya begitu.."

"Aku sakit Kay.."

"Sakit?apa yang sakit sayang?"

"Itu aku sakit."

"Mau ke dokter?"

"Engga, ga usah."

"Ya udah jangan berdiri, tiduran aja."

"Aku harus beres-beres bekas makan kita dibawah."

"Aku aja sayang nanti aku yang beresin, sekarang ayo masuk. Aku gendong ya." Kay segera meletakkan cangkirnya sembarang lalu menggendong Kiran ala bridal untuk kembali ketempat tidurnya. Membaringkannya dengan kehati-hatian lalu menarik selimutnya lagi. Merasa tak nyaman dengan jubah mandinya Kiran segera menggapai kemeja yang sempat dikenakan Kay tadi dan memakainya dengan badan yang masih polos. Dia mengancingkannya dari atas sampai bawah lalu berbaring dengan nyaman sambil melihat ponselnya.

"Mau aku bikinin teh lagi sayang?" Bisik Kay yang sudah berada dibelakangnya.

"Engga, ga usah."

"Kamu mau apa?"

"Aku mau kamu mandi."

"Iya-iya, aku mandi. Tunggu aku." Kay keluar lagi dari tempat tidurnya dan segera mandi.

***To be continue