Ara masih mengelilingi masih duduk disebuah meja dengan Dirga padahal hari sudah cukup malam. Suara sang penyanyi terdengar di cafe itu.
"Aku lagi cari tempat dulu sih Ra, kira-kira dimana ya?"
"Nih banyak.." Ara memperlihatkan tabletnya yang memperlihat sebuah gedung yang bisa disewa. Karena tak terlihat jelas Dirga kini duduk disamping Ara lalu melihat dengan dekat tempat yang ditunjukkan Ara tadi.
"Lumayan juga sih.."
"Kakak udah bilang sama om Dimas?"
"Udah, papah dukung aja lagian kuliah aku nyantai kok daripada waktu luang terbuang percuma mending cari kesibukan."
"Wih keren, jarang-jarang ada yang mikir gitu." Ara memuji membuat Dirga tersenyum.
"Ra.."
"Hm.." Ara menatap ke arah wajah Dirga yang hanya berjarak beberapa senti darinya. Dapat dia lihat dengan jelas angin menyapu rambut Dirga saat mereka saling menatap suara dering Handphone Ara tedengar.
- Halo
- Kamu udah dirumah?
- Belum, masih diluar.
- Loh ini kan udah malem, udah jam 11. Daddy kamu marah nanti.
- Aku udah bilang sama Daddy.
- Oh...emang lagi apa sih?
- Lagi nongkrong aja sambil makan-makan.
- Sama siapa?
- Kak Dirga.
- Oh lagi ngurusin bisnisnya ya.
- Iya, kamu lagi apa?
- Lagi tiduran aja.
- Kamu mau istirahat?
- Nanti aja.
- Jangan-jangan lagi lembur.
- Engga kok, ini aku lagi baringan.
- Udah makan sayang?
- Udah. Kamu jangan pulang malem dong. Mau aku jemput aja?
- Engga, ga usah aku bentar lagi pulang kok.
- Ya udah hati-hati. Kabarin aku kalo udah dirumah.
- Iya sayang.
Ara mengakhiri panggilannya dan kembali fokus pada tempat yang dicari Dirga.
"Cie.. sayang-sayangan, yang mana sih pacarnya?"
"Ada deh..Udah yuk lanjut kakak mau yang mana jadinya?"
"Yang ini kayanya, besok anter survei yuk.."
"Ayo-ayo.." Ara semangat.
"Aku bikin kamu cape ga?kamu kan habis kerja terus aku ajakin kesana kesini."
"Engga kok, ga papa.."
"Pacar kamu marah?"
"Engga, aku udah bilang pergi sama kak Dirga. Tiara kali marah."
"Engga, dia tahu juga kok lagian Minggu depan aku rencana ke Jogja."
"Ngomong-ngomong Kak Dirga tahu ga mantanya Tiara siapa?"
"Jay.." Dirga dengan tegas.
"Aneh ya, Jay itu adik aku sekarang aku malah Deket sama cowok mantannya adik aku sendiri."
"Kenapa?ga enak?"
"Engga kok, kakak kan anaknya Tante Lala sahabatnya mommy masa aku musuhin."
"Ya udah yuk pulang, udah malem. Nih..pake, dingin." Dirga langsung memakaikan jaketnya pada Ara
****
Kenan sedang menemani Jay diruang tv bermain games sementara Jesica terlihat membereskan sisa makan malam mereka.
"Aku ikutan dong.." Kay yang baru datang langsung bergabung dengan Jay dan Kenan.
"Bentar, Daddy belum kalah nih.." Kenan terus menekan konsol gamesnya lalu Jesica duduk dekat dengan Jay yang tak kalah sibuk untuk mengalahkan ayahnya.
"Oh iya Dad, tadi aku udah ketemu Tante Marsha beneran loh dia kenal Daddy." Kay membuat Kenan tak fokus bermain. Disaat seperti ini dia malah membahas Marsha lagi membuat hubungannya dengan Jesica tambah panas.
"Hm..iya.." Kenan hanya merespon singkat sementara Jesica masih diam.
"Dia titip salam buat Daddy." Kay membuat Kenan semakin mematung kali ini.
"Ye...aku menang.." Jay bersorak sementara Kenan langsung melihat ke arah Jesica yang masih menampakkan wajah kesalnya.
"Hm..iya Kay.."
"Katanya Daddy temen SMA Tante Marsha ya?"
"Iya kita satu SMA.." Kenan sambil melirik-lirik terus ke arah Jesica.
"Aku ajakin dia ke restoran mommy jadi kita bisa ketemuan bareng."
"Bagus tuh..lebih enak ketemu kan?" Jesica kini mulai berkomentar dengan sindiran.
"Iya mom, dia juga tahu mommy loh."
"Kay nih katanya mau main.." Kenan memberikan konsol gamesnya untuk mengalihkan pembicaraan.
"Duh mommy ngantuk, mommy duluan ke atas ya." Jesica segera berdiri dengan susah payah karena perutnya yang besar lalu menaiki tangga dengan perlahan.
"Daddy ke atas ya, kalian main gamesnya jangan sampe malem banget ya jam 12 udahan."
"Iya Dad.."
"Jay jangan lupa minum obatnya."
"Iya Dad.." Jay mengangguk dengan mata tertuju pada layar.
"Kay, mommy lagi marahan sama Daddy." Jay berbisik pelan takut-takut ayahnya masih ada disekitar mereka.
"Marah?kenapa?"
"Gara-gara kamu."
"Kok gara-gara aku sih?aku ga tahu apa-apa. Lagian kata siapa mereka lagi berantem?"
"Soalnya tadi pagi aku liat mommy sama Daddy berantem di dapur belum lagi siang pas mommy anter aku ke dokter wajahnya cemberut terus dan jarang ngomong terus tadi langsung ke atas tanpa ngomong sama Daddy kan?" Jay menyadarkan Kay pada moment-moment kejanggalan tingkah kedua orang tuanya.
"Iya sih, tadi makan malem aja mommy ga ngobrol sama daddy."
"Iya, udah aku bilang kan mereka lagi berantem."
"Tapi apa salah aku Jay?"
"Kamu bahas-bahas Tante Marsha."
"Emang salah?kan temen Daddy."
"Mommy ga suka soalnya Tante Marsha kan mantannya Daddy."
"Hah?masa sih?kamu tahu darimana?"
"Daddy cerita sama aku waktu itu dan ngelarang aku cerita sama mommy katanya mommy ga suka kalo bahas-bahas mantan Daddy yang itu."
"Duh...gimana Jay?aku tadi udah bilang titip salam segala lagi." Kay bingung sementara Jay hanya mengangkat bahunya petanda dia tak tahu.
"Eh dua bocah belum tidur.." Ara yang baru pulang menghampiri adik-adiknya.
"Ambilin minum dong Kay.."
"Ih ambil aja sendiri. Aku lagi main.."
"Disuruh sama kakak juga."
"Orang deket tuh dapur disana."
"Jauh ah cape.."
"Kakak darimana?pasti habis ketemu kak..."
"Ssttt....jangan ribut." Ara segera membungkam mulut Jay.
"Kak.."
"Jay jangan ngomong yang aneh-aneh deh."
"Bukan kak, mommy sama Daddy lagi berantem."
"Iya, emang."
"Kok kakak santai sih?"
"Terus kakak harus gimana?ntar juga baikan sendiri."
"Ini gara-gara Kay kak.."
"Bikin onar apalagi nih anak?" Ara langsung membenarkan posisi duduknya melihat ke arah Kay.
"Aku ga tahu kak, aku ga tahu kalo ibunya Ran itu mantannya Daddy." Kay kali ini merasa bersalah.
"Hah??seurius?"
"Iya, kata Jay kak.."
"Kamu yakin Jay?"
"Daddy cerita langsung kak.."
"Mommy ga suka sama Tante Marsha jadi marah aku bahas-bahas dia sama Daddy. Aku harus gimana kak?"
"Putus.. putus...putus..." Ara sambil menepuk tangannya merasa senang menjaili Kay.
"Ih..kakak..aku seurius."
"Ya emang harus gimana lagi?mommy kan ga suka Kay. Mau apa kamu pacaran ga direstuin mommy?"
"Aku ga mau.." Kay menyimpan konsol gamesnya sementara Jay memperhatikan Kay yang terlihat sedih. Iya putus emang sedih. Mungkin itu yang ada dalam pikiran Jay sekarang bagaimanapun dia masih ingat dengan perpisahannya dengan Tiara.
"Kamu lebih sayang Ran atau mommy?"
***To be continue