Chereads / I don't know you, but I Married you / Chapter 103 - Cinta Dalam Hati

Chapter 103 - Cinta Dalam Hati

Jay POV

Sebenarnya sampai sekarang aku masih kepikiran tentang Tiara bahkan aku belum sampai hati menghapus semua foto kebersamaan kami di ponselku. Foto yang ada di meja belajarku memang aku hilangkan tapi sejujurnya aku hanya memindahkannya saja ke tempat lain. Sepertinya akan sulit bagiku untuk melupakan Tiara. Bukan karena dia cantik tapi dia adalah cinta pertamaku, cinta yang membuat aku rela menunggu sampai 7 tahun hanya untuk menyatakan perasaanku, dia telah mencuri segalanya dariku. Perhatianku, kasih sayangku, bahkan ciuman pertamaku aku berikan padanya. Aku tak pernah menyesal pernah menjalin cinta denganny walaupun hanya sebentar, bagiku daripada dia tersiksa karena sikapku kemarin yang tak jelas dan tak normal lebih baik dia bersama orang lain yang lebih bisa mengerti dia meskipun pada kenyataannya setelah dijalani rasanya sulit untuk melihat dia bersama lelaki lain. Hatiku seperti hancur bahkan mungkin lebih dari itu bahkan hanya dengan mendengar nama lelakinya saja aku sakit apalagi melihat kebersamaan mereka. Aku tak tahu bagaimana perasaan Tiara tapi mungkin dia hanya menganggapku angin lalu. Jelas saja dia punya pengalaman percintaan yang jauh lebih banyak daripada aku. Putus denganku mungkin tak berarti apa-apa buktinya selang beberapa bulan dia langsung berpacaran dengan Kak Dirga. Kak Dirga yang juga anak sahabat mommy yang tak mungkin aku membencinya. Ketika mendengar itu rasanya aku ingin marah tapi...aku tak punya hak apapun.

"Kamu ngelamunin apa sih?bukannya dimakan." Tiara menyadarkan aku yang saat ini hanya memegang sendok tanpa melakukan kegiatan apapun. Setelah tadi sore kita sibuk dihalaman belakang sekarang aku dan Tiara memilih untuk makan sementara aku belum melihat Kak Dirga sedaritadi.

"Engga, ga papa." Aku langsung memasukkan makanan ke dalam mulutku.

"Berapa hari kamu disini?"

"Cuman 3 hari..."

"Naik kereta?pesawat atau mobil?"

"Naik kereta soalnya Tara paling seneng baik kereta. Kapan kamu main ke Jogja lagi?"

"Hm....kalo mommy ngurusin bisnisnya lagi. Aku udah ga punya alesan lagi untuk kesana." Aku secara tak sadar mengatakan hal yang membuat Tiara diam.

"Maksud aku...susah buat bilang ke Daddy mau kesana tapi ga jelas tujuannya kan jadwal kuliah aku masih padat."

"Oh..iya." Tiara singkat.

"Kenapa bisa seneng sama Kak Dirga?"

"Hm...ga tahu aku juga, semuanya ngalir gitu aja Tahu-tahu deket dan pacaran."

"Kamu jadi LDR lagi dong?ga cape?"

"Kak Dirga sering kesana mungkin sebulan bisa 2 kali." Aku mendengar nada bahagia saat Tiara menceritakan Kak Dirga. Itu adalah hal yang tak pernah aku lakukan pantas saja hubungan mereka berjalan baik. Kak Dirga memang tahu apa yang Tiara mau.

"Wah bagus deh, kan kamu ga suka LDR." Aku lagi-lagi mengatakan hal yang seharusnya tak aku katakan. Kenapa sih denganku?.

"Hm...aku baru denger-denger sih mamah sama papah pingin pindah kesini."

"Kenapa?"

"Nenek tinggal sendiri sejak om nikah jadi pingin ditemenin, kita saranin tinggal di Jogja tapi nenek ga mau lagian keluarga papah juga dibandung jadi lebih deket darisini."

"Tapikan usaha papah kamu disana."

"Ya paling kadang-kadang aja kesana sama kaya mommy kamu."

"Oh..itu lebih bagus."

"Tapi ga tau kapan juga."

"Tante Dena sama Tante Lala juga kan temenan pasti mereka dukung hubungan kalian."

"Mereka belum tahu."

"Kenapa?"

"Aku ga enak aja ngasih tahunya, gimana pun juga aku pernah pacaran sama kamu sahabatnya mamah juga sekarang aku malah pacaran sama anak sahabat mamah yang lain."

"Udahlah ga usah dipikirin dan jadi ga enak, pacaran diem-diem juga apa enaknya?mending ngaku aja."

"Aku ga enak sama Tante Sica atau Tante Lala dan takut mamah ngomel juga."

"Kalo hubungan kita jadi jelek kamu boleh gitu tapikan hubungan kita baik-baik aja. Aku juga sama Kak Dirga ga ada masalah. Udah kamu bilang aja kalo soal mommy biar aku yang bilang."

"Kenapa kamu baik padahal aku udah putusin kamu?" Tiara kini bertanya seurius matanya memandang ke arahku sementara aku tertunduk sebentar.

"Karena aku ga tahu alasan apa yang harus aku pake buat jahat sama kamu. Kalo cuman soal putus itu juga ada salah akunya."

"Eh lagi ngapain nih?." kakak datang dengan pria yang menjadi pemilik hati Tiara saat ini.

"Lagi makan aja kak.."

"Enak nih kayanya.." Kak Dirga menarik kursi yang ada disamping Tiara. Kalau dilihat-lihat mereka memang pasangan yang serasi.

"Iyalah enak, ini mommy aku yang masak. Cobain kak." Kak Ara dengan ramah mengobrol dengan Kak Dirga. Mereka sepertinya akrab sementara aku kembali melihat piringku yang masih penuh dengan nasi beserta lauk pauknya. Selera makanku sudah hilang melihat Kak Dirga dengan Tiara bersamaan. Ya...aku akui aku masih cemburu.

****

Keesokan harinya

Tak seperti biasanya Ara menunggu seseorang di lobi sendiri bahkan hari ini dia tak membawa mobil ke kantor sementara Dariel tampak sedang sibuk membereskan mejanya sebelum pulang. Tiba-tiba dalam pikirannya muncul sebuah ide untuk makan malam bersama Ara maka dengan cepat Dariel menghubungi Ara.

- Halo

- Kamu dimana?

- Masih di kantor, ini lagi di lobi.

- Kita makan bareng yuk.

- Aku ga bisa Riel.

- Kenapa?

- Aku ada janji sama Kak Dirga.

- Kak Dirga?siapa?.

- anaknya temen mommy aku, kita udah janjian sama Oma mau ke pabriknya.

- Oh ya udah hati-hati.

- Eh kamu ini dimana?.

- Aku lagi di lift mau turun ke parkiran.

- Kirain aku ngelembur lagi.

- Engga..

"Hey Ra.."

Suara dibalik telepon terdengar oleh Dariel.

"Eh kak, kirain kesasar."

"Engga, ayo mobil aku udah didepan tuh."

Lagi-lagi suara seorang lelaki terdengar namun Dariel belum bicara lagi.

- Riel nanti lagi ya aku telepon.

- Iya hati-hati.

Dariel tanpa protes atau pun banyak tanya menutup teleponnya. Dia memasukan ponselnya kedalam tas lalu masuk ke dalam mobil. Dia hanya tersenyum mendengar percakapan antara Ara dengan pria bernama Dirga baginya jika dia dan Ara berjodoh pasti akan ada jalannya tapi kalo memang tidak dia juga sudah pasrah dengan apapun yang terjadi. Ini adalah resiko yang sejak awal sudah dia pikirkan kalau dia benar-benar berhubungan dengan Ara sementara Ara sendiri kini duduk manis dimobil Dirga.

"Aku tadi udah bilang ke Oma katanya dia udah disana."

"Aku deg-degan ketemu Oma kamu."

"Eh Oma aku baik banget, tenang aja kak."

"Nih coba deh pegang." Dirga meraih tangan Ara dan meletakkan tangan itu di dadanya membuat Dirga diam sejenak dengan sikapnya itu belum lagi Ara yang kini malah menatapnya.

***To be continue