Dariel POV
Mata kami saling bertatapan saat aku mengambil bulu matanya yang jatuh. Jantungku berdegup kencang bahkan aku takut kalau-kalau Ara mendengar suara detakan jantungku yang tak karuan sekarang. Aku segera berdiri dan mengalihkan pandanganku ke arah lain. Pandanganku kini tertuju pada laki-laki yang sedang memandang paha mulus Ara yang terekspos bebas akibat dia memakai celana pendek, dengan segera aku kembali ke mobil dan mengambil jaketku.
"Nih..takut dingin.." Aku menyelimuti paha Ara dengan jaketku.
"Mas nih nasi gorengnya, minumnya ambil aja ya."
"Makasih bang." Aku mengambil dua piring yang tadi dibawakan Abang tukang nasi goreng.
"Panas ya, kamu pake kursi lagi nih." Aku mengambil kursi lain agar piring Ara bisa disimpan disana.
"Makasih." Ara lalu melahap nasi gorengnya begitupun aku yang sudah lapar sejak tadi.
"Ini udah lebih dari jam 10 loh, Pak Kenan nanti marah."
"Aku kan udah bilang nonton konser sama kamu jadi otomatis Daddy tahu aku pulangnya bakalan malem."
"Ya udah nanti aku yang bilang kalo ada apa-apa."
"Tenang aja, Daddy sama mommy aku tuh ga kolot-kolot amat. Mereka ngerti kok."
"Pak Kenan kalo marah gimana?"
"Daddy kalo marah tuh bikin adem."
"Mana ada orang marah bikin adem."
"Daddy kalo marah ga pernah sampe bentak-bentak, dia tuh ngasih tahunya lembut, pelan-pelan jadi yang dimarahinnya ga akan ngelawan malah diem."
"Kamu pernah dimarahin?"
"Pernah."
"Kenapa?"
"Ya... gara-gara nakal aja."
"Aku beberapa kali pernah liat ibu kamu, orang-orang di kantor kadang suka liatin beliau kalo datang ke kantor."
"Kenapa?"
"Kata mereka, ibu kamu kaya model malah ada yang bercanda mungkin ibu kamu vampir karena keliatan ga pernah tua."
"Oh iya?kalo Daddy tahu bisa kesel."
"Kenapa kesel?"
"Daddy tuh cemburuan, protektif ke mommy."
"Tapi Pak Kenan cocok kok sama ibu kamu."
"Iyalah Daddy aku juga ganteng kok."
"Iya makannya anaknya juga cantik." Aku langsung terdiam ketika menyadari ucapaku tadi. Ish...ada apa sih denganku pake acara ngomong gitu segala sementara Ara malah senyum-senyum sambil melanjutkan makannya.
"Makasih."
"Aku penasaran sama adik kembar kamu mereka jarang keliatan ke kantor."
"Mereka masih kuliah."
"Laki-laki kan?"
"Iya, yang satu bandelnya minta ampun yang satu baiknya juga minta ampun."
"Seneng dong banyak bodyguardnya. "
"Iya tapi bikin emosi mulu kebanyakannya."
"Tapi kan seru punya adik." Aku teringat lagi tentang Jian dan Nayla.
"Kamu punya ga?"
"Aku punya, tapi....aku ga bisa gitu."
"Kenapa?"
"Hm..ga papa. Eh aku bayar dulu ya." Aku segera mengalihkan pembicaraan karena aku tak suka untuk membahasnya.
"Yuk pulang sekarang keburu malem." Aku kembali sambil memberikan segelas minuman pada Ara. Aku langsung mengantarnya pulang.
"Aku salah nanya ya?maaf."
"Engga kok, ga papa."
"Terus kenapa kamu jadi diem?"
"Bingung aja mau ngobrol apa lagi."
"Aku kira kamu kesel."
"Aku lupa besok aku kan ada dinas ke Pekanbaru."
"Besok?apa ga cape?"
"Sorenya pas pulang kerja baru berangkat."
"Sama siapa?"
"Sama Pak Dikta."
"Berapa hari?"
"Mungkin 3-4 harian."
"Kamu kan manager keuangan kenapa sih harus turun lapangan segala?kenapa ga suruh anak buah kamu?"
"Aku kan baru Ra, jadi ada beberapa yang belum aku pelajari juga lagian Pak Dikta bilang mungkin aku bakalan pindah ke departemen lain jadi aku ga bisa diem di kantor aja."
"Pindah?kamu kan baru gabung sama uncle."
"Kata Pak Dikta ada posisi yang lebih tepat buat aku tapi dia belum ngasih tahu aku apa."
"Oh..kamu bakalan pindah ya." Ara dengan nada lemasnya lalu pandangannya kini ia pusatkan ke arah jalanan.
****
Jesica menompang dirinya sendiri dengan berpegangan pada meja dapur terdekat. Dia merasakan pusing dikepala belum lagi entah kenapa hari ini dia merasa lemas padahal sejak pulang dari Jogja dia sudah banyak beristirahat.
"Bu kenapa?duduk dulu." Bi suci yang ada disana langsung menarik kursi untuk Jesica.
"Bi tolong lanjutin masak ya"
"Iya Bu.." Bi suci kembali memasak tapi matanya terus memperhatikan majikannya itu.
"Bu istirahat aja di kamar, mau saya antar?"
"Iya kayanya saya harus istirahat, saya ke kamar dulu ya bi, ga papa saya sendiri aja." Jesica segera naik ke kamarnya dan mulai tidur. Hari ini dia sangat lemas mungkin dia kelelahan akibat keseringan pergi Jogja-Jakarta setiap bulannya belum lagi beberapa pekerjaan rumah dia lakukan sendiri tanpa bergantung pada Bi Suci yang hanya datang dari pagi sampai sore. Dilain tempat Ara yang sedang bekerja tiba-tiba tak fokus. Di pikirannya kini muncul bayangan wajah Dariel. Sudah 3 hari ini Dariel tak ada di kantor.
"Gila, ngapain sih aku pikirin Dariel segala." Ara mendorong dirinya kebelakang kursi untuk bersandar. Pulpen yang dia genggam dia mainkan di dagunya.
"Tapi kenapa dia ga ngehubungin aku?setelah konser ga ada kontak sama sekali, ish...nyebelin masa sih harus aku duluan." Ara monolog lagi sambil melihat ponselnya mencari kontak bernama Dariel.
"Halo, ah engga terlalu kaku, apa kabar, engga-engga atau gini aja ya, gimana kerjanya.." Ara mengetik lalu menghapusnya lagi dan terus seperti itu sampai akhirnya kata terakhir yang dia pilih untuk dikirimkan pada Dariel. Ponselnya segera ia simpan dimeja dan sesekali ia melihat kearahnya lagi.
"Kok lama banget sih balesnya.." Ara sedikit khawatir Dariel akan cuek dengan pesannya.
"Iya masuk.." Ara ketika mendengar suara ketukan pintu.
"Bu, ini materi meeting hari ini.." Chandra sambil memberikan dokumen pada Ara.
"Sama siapa aja?"
"Tim audit, Pak Dikta Bu.."
"Jam berapa ya?" Ara membuka perlahan lembaran kertas yang ada didepannya.
"Jam 2 di ruang meeting satu Bu.."
"Oke.."
"Saya permisi Bu.."
"Eh bentar, kalo Pak Dariel kapan pulang ya?"
"Besok Bu.." Jawaban Chandra membuat Ara tersenyum.
"Oh besok, oke kalo gitu kamu boleh keluar sekarang." Ara kini tak sabar menunggu besok untuk melihat wajah tampan Dariel.
"Kak..." Ayahnya datang tiba-tiba setelah Chandra keluar.
"Iya Dad.."
"Hari ini Daddy pulang duluan ya kamu bisakan wakilin Daddy meeting nanti?"
"Dad, aku ada meeting jam 2 sama audit."
"Terus gimana dong?"
"Lagian kenapa Daddy pulang duluan?"
"Mommy ga enak badan katanya minta anter ke dokter."
"Sakit?"
"Kayanya kecapean aja habis pulang dari Jogja makannya Daddy pingin liat kenapa."
"Terus gimana meeting Daddy?"
"Hm... Uncle ikut meeting audit ga?"
"Ikut."
"Ya udah uncle kan bisa wakilin kamu, kamu ikutan meeting Daddy aja."
"Iya ya udah, dimana ?"
"Di ruang meeting dua ya Makasih kak, Daddy pulang ya. Bye..." Kenan mencium anaknya sebelum pulang. Ara mengambil beberapa perlengkapannya dan menuju ruang meeting.
"Ra ruangannya di ruang meeting satu kan?." Dikta yang berjalan di belakang Ara merasa heran karena Ara berjalan ke arah lain.
"Eh, aku lupa kasih tahu, aku ga bisa ikut meeting bareng Audit, uncle wakilin aja ya. aku ada meeting lain wakilin Daddy."
"Emang Daddy kemana?"
"Mommy ga enak badan katanya jadi Daddy pulang.
"Oh iya ya udah.." Dikta lalu masuk ke ruang meetingnya.
***To be continue