Jay POV
"Lalu?" Aku penasaran dengan jawabannya.
"Aku tuh cape kita pacaran kaya gini, belakangan ini tuh kamu curigaan terus sama aku, protektif sama aku, ga percaya sama aku padahal dulu-dulu kamu ga gitu. Aku udah jelasin semua tapi kamu kaya anak kecil nyangka aku bohong sampe aku harus nunjukkin ini itu. Harusnya kamu tuh ngerti kita tuh pacaran jarak jauh jadi ya itu resikonya. Aku tuh cape berantem terus setiap Minggu sama kamu udah kaya ada jadwalnya tahu ga. Aku ga suka setiap kali kita baikan kamu selalu beralasan ini pertama buat akulah, aku ga tau itulah, kamu tuh harusnya belajar dong setiap kali kita ada masalah." Aku mendengarkan baik-baik setiap perkataan Tiara tadi dan mencoba memahaminya.
"Jadi intinya aku belum jadi yang baik buat kamu?"
"Bukan gitu Jay, kamu tuh baik tapi kamu berubah dan aku ga tahu kenapa. Apa ada orang yang manas-manasin kamu disana?"
"Engga ga ada.."
"Aku ga nyaman Jay kaya gini."
"Ya udah kayanya jalan putus emang yang terbaik." Aku dengan mantap mengatakan hal itu. Rasanya memang berat tapi daripada hubunganku membuat Tiara tak nyaman lebih baik kita berpisah saja toh ini demi kebaikan kita berdua. Tiara diam kali ini padahal sebelumnya dia sangat cerewet.
"Tapi...bolehkan kita temenan?aku ga mau gara-gara hubungan kita mommy sama Tante Dena jadi musuhan. Aku udah janji sama mommy soal itu. Ra...kamu denger aku kan?"
"Iya aku denger.."
"Aku kenal kamu baik-baik pisah juga pingin baik-baik."
"Iya aku setuju aja."
"Makasih.." Aku memegang tangannya sebentar lalu aku lepas lagi. Jadi ini rasanya patah hati? sangat-sangat tidak enak. Rasanya sekarang aku ingin menangis tapi aku ga bisa. Ini akhir dari penantian 7 tahunku, ternyata hubungan kami tak bisa berjalan dengan lancar. Aku memahaminya ini salahku.
"Kita pulangkan?"
"Iya, aku anter kamu pulang." Aku lalu melihat kearahnya sebentar yang tampak lesu memandang jalanan diluar yang semakin gelap. Maaf Tiara kalau bukan karena aku sakit mungkin sekarang aku bakalan mohon-mohon sama kamu supaya kita ga putus. Masih banyak lelaki yang lebih baik daripada aku yang bisa lebih nyenengin kamu.
***
Jay dan Kenan baru memarkirkan mobilnya di garasi dan ini sudah pukul 10 malam. Kenan yang sedaritadi menyetir langsung melakukan peregangan saat keluar dari mobil. Dia berjalan menuju pintu dan melihat istrinya tampak duduk di ruang tv dengan anak sulungnya.
"Malem sayang.." Kenan mencium istrinya sementara Jay tampak canggung.
"Ini nih anak yang suka bikin sensasi akhirnya kembali, pingin viral kamu?"
"Kak..." Tegur Jesica.
"Mandi terus istirahat."
"Iya mom." Jay kemudian masuk kedalam kamarnya.
"Dad, Jay jadi putus sama Tiara?" Ara penasaran.
"Kakak bukannya nanya adiknya malah nanya yang lain."
"Jawab Dad.."
"Daddy ga tahu, Jay belum cerita."
"Ya tanya dong dad.."
"Kasian kak, Jay cape."
"Mas cape?mau aku bikinin teh?"
"Engga, ga usah."
"Kak masuk kamar sana, tidur."
"Masih pagi juga Dad.."
"Besok kan udah kerja lagi."
"Daddy ga akan masuk?"
"Daddy istirahat dulu deh, pegel nyetir seharian."
"Mau aku pijitin?"
"Engga, ga usah sayang."
"Waktu Mas cerita di telepon bener Jay udah tahu?"
"Bener, dia marah sama Mas tapi ya gitu emosinya kan suka labil tapi dia udah nerima kok sekarang.."
"Mudah-mudahan dia ga papa." Jesica sedikit mengkhawatirkan keadaan Jay sementara Jay sendiri bukannya mandi malah memilih untuk berbaring ditempat tidurnya. Dia membuka ponselnya dan membuka galeri, masih tersimpan foto kenangan mereka berdua.
"Ah....Patah hati itu ga enak." Jay berbicara sendiri sambil memandangi foto Tiara. Entah bagaimana awalnya tapi kini matanya mulai meneteskan air mata. Dia tak pernah merasakan hal sampai sesedih ini. Tangannya sesekali mengusap matanya yang basah. Dia sendiri yang mengatakan tak ingin putus tapi kenapa kemarin dia sangat mudah menyetujui keinginan Tiara.
Keesokan harinya sikap Jay berubah drastis kini dia mengaduk-aduk serealnya setelah itu dia minum padahal sedaritadi belum ada satupun yang masuk ke dalam mulutnya. Dia merasa kenyang hari ini. Pikirannya masih belum move on dari keputusannya untuk berpisah dengan Tiara. Jesica dan Kenan saling melirik melihat tingkah laku Jay sementara Ara dan Kay tak berani bertanya.
"Jay..hari ini nge gym bareng kan?" Kenan membuka pembicaraan.
"Iya Dad.."
"Kamu yakin mau kuliah?"
"Iya Dad.." Lagi-lagi hanya jawaban itu yang keluar dari mulutnya.
"Hari ini kita jalan-jalan aja yuk mommy sama Daddy mau belanja."
"Engga mom..Aku pergi ya..." Jay mengambil tasnya lalu pergi sementara Jesica melihat ke arah mangkok Jay yang masih penuh.
"Jay kayanya patah hati deh." Kay menebak dengan benar.
"Kamu ajakin kemana gitu Kay."
"Aku sibuk Dad.."
"Ish..kasian tahu adik kamu.."
"Kalo gitu kakak aja sana..."
"Sama mommy aja ga mau apalagi sama kakak.."
"Kamu udah telepon Dena?"
"Udah Mas, katanya emang mereka udah putus, Dena sampe minta maaf."
"Mas udah ngobrol sih waktu kemarin kesana kalo sampe ada apa-apa sama hubungan mereka, kamu sama Dena ga papa kan?"
"Engga, kita ga papa kok. Terus sekarang gimana Mas?"
"Tenang nanti sore Mas ngomong, jangan terlalu dipikirin.." Kenan mengelus lembut perut Jesica.
"Ntar juga ketemu cewek dia biasa lagi."
"Jay ga kaya kamu tahu.." Ara mengomel lagi pada Kay.
"Ini lagi 2 anak berantem mulu."
"Kakak yang duluan dad.."
"Ya udah kakak ga berangkat?nanti telat."
"Iya mom, aku berangkat ya..." Ara lalu pergi disusul Kay yang akan pergi ke kampusnya.
***
Jay melempar batu ke dalam danau yang berada tak jauh dari kampusnya. Satu per satu batu tenggelam disana sementara Jay tak pernah menghentikan aksinya itu seolah tak akan berhenti sama danau itu penuh oleh batu.
"Hey..." Seseorang menepuk bahunya dengan semangat namun Jay tak menggubrisnya. Orang itu kemudian duduk disamping Jay.
"Lu gila ya nekat ke Jogja nyusulin Tiara."
"Muel...gw sama Tiara ..."
"Gw udah denger dari Tiara." Muel memotong lalu menatap danau yang ada di depannya.
"Dia telepon lu?"
"Iya, dia bahkan nanya Lu kenapa belakangan ini?"
"Gw ga kenapa-kenapa kok..."
"Jay...kita tuh udah sahabatan lama, dari lu benci sama siapa sampe suka sama siapa gw tahu, sekarang kok lu ga mau cerita. Gw janji ga akan bocorin sama siapa-siapa."
"Gw sakit El..." Jay memalingkan wajahnya sebentar untuk menatap sahabatnya itu.
"Gw tahu.."
"Tahu?" Jay terkejut, dia tampak mengerutkan keningnya tak percaya. Selama ini ternyata banyak orang yang tahu tentang dirinya.
***To be continue