Chereads / I don't know you, but I Married you / Chapter 95 - Keinginan Sembuh Jay

Chapter 95 - Keinginan Sembuh Jay

"Tahu?" Jay terkejut, dia tampak mengerutkan keningnya tak percaya. Selama ini ternyata banyak yang tahu tentang dirinya.

"Lu punya cedera di otak akibat kebentur pas masih dikandungan." Muel menjelaskan seolah dia tahu ceritanya dengan jelas.

"Kok...Lu?"

"Gw ga sengaja tahu dari nyokap."

"Terus kenapa lu masih mau temenan sama gw?"

"Jay, sebelum atau sesudah gw tahu bagi gw lu tuh ga ada bedanya walaupun gw ngerasa pas kecil lu sedikit aneh tapi makin kesini lu kaya biasa aja, kaya orang normal."

"Mommy pasti nyuruh tante katerin buat bujuk lu supaya nemenin gw."

"Engga, nyokap ga pernah gitu. Ini gw yang mau. Gw seneng jadi temen lu. Lu tuh lucu dengan segala kepolosan dan pertanyaan lu. Gw seneng, gw ga pernah malu atau apapun."

"Makasih El.."

"Lu ga sendiri, ada gw.."

"Karena gw sakit makannya gw setuju Tiara minta putus. Gw ga mau dia susah, sedih, malu gara-gara gw yang ga jelas."

"Kenapa lu ga omongin dulu penyakit lu sama Tiara?"

"Engga, gw ga mau jadi beban buat dia. Dia harus ekstra sabar ngedepin tingkah gw."

"Lu bilang lu udah nunggu dia 7 tahun, lu bilang lu ga akan ninggalin dia gitu aja. Lu kan cinta mati banget sama dia."

"Justru karena gw sayang makannya gw biarin dia gitu. Dia berhak dapet yang lebih lagian kita masih temenan kok el."

"Lu juga berhak kok buat bahagia."

"Gw ga tau apa bisa bahagia tanpa Tiara."

"Hm....Jay, nyokap gw kan dokter dia bilang ada satu cara buat nyembuhin lu."

"Apa?" Jay antusias kali ini.

"Operasi, nyokap punya temen yang bisa tapi..."

"Tapi apa?"

"Gw takut terjadi sesuatu aja sama lu."

"Kenapa?"

"Gw ga mau Lu nekat."

"Kenapa?" Jay bertanya lagi dengan nada sedikit tinggi.

"Kalo berhasil lu sembuh kalo engga...."

"Kalo engga.."

"Lu bisa makin parah, koma bahkan meninggal. Tingkat keberhasilannya masih rendah, dari 10 orang mungkin 1 yang berhasil." Muel membuat Jay terdiam sekarang. Apa iya ini cara yang akan Jay ambil agar bisa hidup normal?tapi dia juga harus memikirkan resiko yang tadi disebutkan Muel. Kematian bisa saja menjadi akhir terburuk jika Jay sampai benar-benar ingin melakukannya tapi apa mungkin Kenan atau Jesica mengijinkannya?. Tak ada orang tua manapun yang akan mengantarkan anaknya menuju jalan kematian.

***

"Pokoknya engga!!" Kenan dengan suara keras mulai memasuki rumahnya. Jesica yang sedang menonton tv sampai terkejut mendengar suara suaminya.

"Dad..."

"Masuk kamar kamu sekarang dan pikirin baik-baik!"

"Dad aku mohon..."

"Masuk!!!" Kenan dengan suara kerasnya.

"Kenapa-kenapa sih Mas?pulang-pulang kok gini?"

"Jay minta operasi.."

"Operasi?"

"Katanya temennya katerin bisa, dia tahu darimana soal itu?"

"Mas tenang, duduk dulu.." Jesica menuntunnya ke arah Sofa.

"Mas ga tahu kenapa Jay tiba-tiba minta itu, ini pasti ada yang ceritain."

"Mas.. mungkin emang dia tahu. Sejak Jay tahu dia sakit dia banyak berubahkan?pingin tahulah penyakitnya apa, ngobatinnyalah pokoknya segala macem belum lagi kondisi dia yang lagi patah hati gini, pikirannya pasti kacau balau. Ini pertama kali buat dia Mas. Nanti biar aku yang coba ngobrol sama Jay."

"Kalo Mas udah niat operasi udah dari dulu Mas lakuin itu tapikan kamu tahu resikonya apa kalo Jay operasi. Dia tuh ga mikir sampe kesana!" Suara keluhan Kenan terdengar diseluruh ruangannya.

"A..aku pulang Mom, dad.." Kay yang kaget dengan suara ayahnya ragu untuk melangkah lebih dekat.

"Iya sayang, kamu masuk kamar terus istirahat.."

"Iya mom.."

"Mas baru selesai olahraga kan mending mandi dulu aku bikinin teh aja ya.." Jesica menyisir rambut Kenan pelan.

"Ya udah Mas mandi dulu." Kenan beranjak dari kursinya sementara Jesica mulai berjalan menemui Jay.

"Jay..." Jesica membuka pintu kamarnya pelan.

"Daddy jahat! Daddy ga mau aku sembuh." Jay langsung berbicara saat Jesica datang. Kini dia duduk disamping anaknya.

"Daddy justru sayang kamu. Kamu bilang kaya gitu tuh udah pikirin resikonya belum?Daddy cuman pikirin itu Jay."

"Aku udah pikirin mom dan aku terima. Aku ga papa." Jay langsung beranjak duduk menghadap ke ibunya.

"Bagi kamu ga papa karena kamu ngerasa itu satu-satunya jalan yang bisa buat kamu sembuh tapi pernah ga mikirin perasaan mommy, perasaan Daddy, kakak, sama Kay kalo sampe ada kejadian apa-apa?Kita mungkin seneng kamu sembuh tapi kalo sebaliknya gimana?kira-kira kita seneng atau sedih?mommy sama Daddy udah tahu kok caranya dari dulu tapi kenapa ga dilakuin?kita takut kehilangan kamu."

"Mom..aku ga akan apa-apa."

"Jay, hasilnya tuh ga ada yang tahu gimana. Bukan mommy berpikir jeleknya terus, engga kok tapi kita udah pelajari soal ini dan resiko terlalu tinggi." Jesica mengusap pelan rambut anaknya.

"Jay...Jay baru patah hati kan?ngerasain ditinggal Tiara ga enak ya?sakit ya?sedih?ga suka? gitulah perasaan mommy kalo ga ada kamu. Udah dipikirin sampe situ?seneng bikin sekeluarga sedih?"

"Maksud aku bukan gitu mom.."

"Coba pikirin baik-baik ya, Udah malem kamu jangan lupa mandi dulu sebelum tidur." Jesica mengakhiri pembicaraannya dengan Jay lalu segera membuatkan teh untuk Kenan yang kemudian dia bawa ke kamarnya. Dia letakkan Teh itu di meja lalu menyiapkan baju untuk Kenan yang mulai keluar dari kamar mandi sambil mengusap rambutnya yang basah dengan handuk.

"Teh nya ada di meja Mas aku bakarin roti sekalian. "

"Makasih sayang.." Kenan segera mengenakan bajunya lalu duduk di sofa sambil menyalakan tv.

"Mau aku masakin yang lain?"

"Engga, ga usah sayang. Mas olahraga kamu malah bantu gendutin.." Kenan mulai meraih rotinya.

"Mas aku udah ngobrol sama Jay. Jadi biarin dia sendiri dulu ya. Biar dia mikir." Jesica duduk samping suaminya.

"Iya, Mas bakalan kasih dia waktu "

"Tapi kasian Jay Mas, dia suka Tiara udah dari 7 tahun putus gitu aja iyalah dia jadinya begini..."

"Iya sih, waktu Mas putus sama..." Kenan menghentikan kalimatnya karena tahu ada yang salah.

"Gimana Mas?" Jesica langsung memalingkan wajahnya ke arah Kenan.

"Maksud Mas, coba kalo dia putus terus ketemu cewek lain jadi cepet move on nya.."

"Emang tadi Mas putus sama siapa?"

"Hm...Rotinya enak sayang.." Kenan mengalihkan pembicaraan.

"Mas masih inget?"

"Engga sayang bukan gitu, ga sengaja.." Kenan segera meluruskan maksudnya.

"Maaf-Maaf, maaf....banget..ga sengaja sayang." Kenan sambil memeluk istrinya itu dari samping.

"Iya-iya.." Jesica senyum-senyum melihat suaminya meminta maaf seperti itu.

***To be continue