Hari ini hari pertama Ara bekerja. Pakaiannya sudah rapi dengan kemeja warna biru dan celana katun modern hitam.
"Udah siap anak Daddy." Kenan yang baru turun mencium kening Ara lalu duduk dikursinya.
"Iya dong, kakak seurius mau kerja."
"Ah palingan awal-awal doang Dad.." Kay meledek.
"Diem deh.." Ara melempar tisu kearahnya.
"Jay...kalo sarapan tuh berhenti deh makan sereal ganti kek sama nasi goreng, telur udah gede juga." Ara kini menyerang Jay.
"Ini enak kak."
"Simpen aja buat adik kamu nanti." Ara memanas-manasi.
"Aku kan ga mau."
"Kakak kan mau."
"Emang semua terserah kakak?kan ada Kay ada aku."
"Kay, dia bilang bebas-bebas aja terserah mommy."
"Ya aku tetap ga mau."
"Jay berhenti bertingkah kaya anak kecil, mommy punya anak lagi bukan berarti dia lupa sama kamu. Apa salahnya sih?umur kamu tuh udah dewasa tahu ga, jangan berpikir kaya gitu deh."
"Udah-udah jangan berantem." Jesica melerai saat membawakan menu lain untuk sarapan keluarganya.
"Pokoknya aku ga suka!!" Jay melempar serbetnya dan pergi.
"Kakak, jangan gitu dong ke Jay."
"Mom, berhenti deh manjain Jay. Dia tuh harus diajarin mana yang bener mana yang engga. Dia tuh bakalan bersikap kaya anak kecil terus kalo mommy ga ngajarin dia dewasa."
"Tapi caranya ga gitu kak."
"Temen-temen aku tuh sampe nanya tahu ga umur Jay berapa mom, dia tuh seumuran sama Kay tapi beda."
"Terus kenapa sih kak?Jay tuh ga papa." Kay membela.
"Ga papa?segala hal yang kamu tahu sekarang dia tuh engga tahu Kay."
"Kakak cukup!" Kenan menegurnya kali ini.
"Tapi dad..."
"Kita lagi sarapan, Daddy ga suka ya pagi-pagi berantem. Kamu ngomong sekali lagi Daddy suruh kamu diem di kamar aja." Kenan kembali dengan sarapan sementara Jesica menyusul anaknya Jay ke kamar.
"Jay.." Jesica mengetuk pintu.
"Aku pingin tidur aja."
"Udah siang juga, masa tidur." Jesica langsung masuk dan duduk di samping anaknya yang menutup diri dengan selimut.
"Kakak tuh nyebelin, dia suka ngambil keputusan sendiri. Aku ga suka."
"Sayang, kenapa coba kakak kaya gitu?"
"Kakak ga suka punya adik kaya aku makannya dia pingin punya adik baru."
"Kok mikirnya gitu sih, Justru kakak tuh sayang sama kamu makannya dia gitu."
"Engga, Kakak cuman sayang sama pacar-pacarnya padahal aku ngelakuin apapun buat kakak." Perkataan Jay didengar Kenan yang ikut masuk ke dalam kamarnya. Dia mengambil kursi dan duduk dihadapan anaknya.
"Coba kalo ngomong sama orang tua jangan ditutupin gitu, ga sopan." Kenan menarik selimutnya.
"Emang salah aku makan sereal dad?"
"Engga, Daddy juga suka sereal."
"Terus kenapa kakak gitu?"
"Kamu kan tahu, kakak tuh orangnya usil bukan cuman ke kamu kan?liat Kay setiap hari digangguin kakak tapi dia biasa aja. Kenapa?karena kakak tuh cuman cari perhatian makannya Kay ga terlalu ambil pusing."
"Tapi tadi kakak ngomongnya beda."
"Maklum, kakak lagi PMS kali. Mommy kalo lagi PMS suka marah-marah sama Daddy." Kenan menghibur anaknya.
"Ih..nyalahin, emang Mas aja yang nyebelin." Jesica mencubit lengan suaminya.
"Jay kan kamu udah gede. Udah punya pacar lagi mana cantik pacarnya, apa ga malu sama Tiara?udah jangan diambil pusing omongan kakak."
"Iya sayang mungkin kakak ga sengaja, mommy yakin kakak ga maksud gitu."
"Jay kalo punya adik nanti punya temen makan sereal loh, nanti bilang aja sama kakak kalo Jay mau nemenin Ade makan sereal." Kenan membujuk kali ini.
"Bayi kan makannya bubur, minumnya susu."
"Emang bayi ga akan gede?"
"Mommy ga akan berubah kan kalo punya anak lagi?"
"Emang mommy berubah gimana sih?"
"Ya aku ga mau mommy lupa sama aku."
"Jay, waktu mommy punya kamu apa mommy lupa sama kakak?sama Kay?"
"Engga sih.."
"Iya engga kan, kalo kamu punya adik nanti ngerasain deh jadi kakak." Perkataan Jesica membuat Jay tersenyum kali ini.
"Jadi kakak?"
"Iya jadi kakak, nanti Jay pingin dipanggil kakak juga?" Kenan melihat respon yang baik dari Jay kali ini.
"Aku pingin....dipanggil.....Abang."
"Tuh kan jadi seru ada yang panggil Abang."
"Iya..aku ga papa kalo mommy punya anak lagi." Jay sudah luluh kali ini membuat Kenan senang.
"Ya udah sarapan lagi yuk.." Ajak Jesica dan membuat Jay keluar dari kamarnya.
"Kakak udah selesai makannya?"
"Udah mom.."
"Ya udah berangkat sekarang yuk." Kenan mengambil jas nya.
"Mommy aku pergi dulu ya.."
"Selamat bekerja.." Jesica membuat Ara tersipu.
"Aku pergi dulu ya, jangan cape-cape sayang.."
"Apaan sih Mas.."
"Nanti malem udah dimulai dong bikin dede nya." Bisik Kenan saat memeluk Jesica.
"Ih..awas anak-anak denger."
"I Love you." Kenan mencium pipi istrinya.
****
Kenan mengantar Ara keruang kerjanya dan dia tampak terlihat senang dengan tempat kerjanya saat ini. Tak lama ada beberapa orang ikut masuk kedalam.
"Ara..."
"Uncle..." Ara memeluk Riko dan Dikta bergantian.
"Ponakan uncle udah gede udah cantik lagi." Puji Riko.
"Jadi udah siap nih kerja?" Tanya Dikta.
"Iya uncle, aku bosen dirumah."
"Oh iya nanti kalo ada apa-apa kamu sama uncle Dikta aja ya."
"Iya Dad.."
"Nah ini orang yang bakalan bantu kamu selama belajar di perusahaan." Dikta memperkenalkan tim nya.
"Dariel.." Lelaki dengan setelan tapi itu memperkenalkan diri.
"Arabella."
"Kalo jobdesk nanti Daddy kamu aja yang jelasin ya."
"Iya uncle makasih.."
"Kita tinggal ya." Riko lalu pergi meninggalkan Kenan dan Ara.
"Kakak Daddy mau ngomong." Kenan tampak seurius dan duduk dikursi yang tersedia di depan meja kerja Ara.
"Kak, kakak ga boleh gitu dong sama Jay sayang. Jay tuh kan ga kaya Kay yang bisa kamu ledekin tiap hari, yang kalo diledekin bisa bales atau ga diambil hati."
"Kenapa sih dad?wajarlah dad. Aku kan pingin Jay ga berkelakuan gitu."
"Kakak.." Kenan mengambil tangan Ara yang berada dimejanya. Memegang tangan itu dengan kedua tangannya.
"Jay itu anak istimewa sayang. Jay kaya gitu karena Daddy yang salah. Kalo kamu pingin marah, pingin kesel coba sama Daddy ngomongnya. Kita pelan-pelan kasih tahu jay. Liat aja kak sejak Jay kenal Tiara, dia dikit-dikit jadi berubah, Dia udah nanya tentang cewek, dia ikutan boxinglah, nge gymlah, gaul sana sinilah, pingin tahu ini itulah."
"Emang Jay kenapa?" Ara tampak seurius kali ini.
"Denger sayang, mommy ngelarang Daddy cerita ini ke kakak sama ke Kay bukan karena kalian ga boleh tahu tapi supaya kakak ga ngebedain Kay sama Jay. Dua-duanya adik kakak kan?"
"Iya mereka adik aku, jadi aku harus tahu dad Jay kenapa?" Ara semakin penasaran.
****To be continue