"Iya mereka adik aku, jadi aku harus tahu Jay Kenapa dad?" Ara semakin penasaran. Kenan menelan ludahnya. Dia masih bimbang untuk menceritakan ini pada Ara atau tidak.
"Dad..."
"Waktu mommy hamil pernah ada insiden, perut mommy pernah kebentur gara-gara Daddy bawa mobil ngebut sampe mommy ngeluh sakit. Pas Jay lahir dokter bilang ada sedikit kelainan sama Jay karena syaraf diotaknya ada yang keganggu dan ga normal. Waktu kecil Jay itu ga secepat bayi biasanya yang bisa jalan, bisa ngomong. Semuanya juga pelan-pelan. Daddy ngerasa bersalah banget waktu itu tapi mommy bilang ga papa. Dia bertingkah kaya gitu bukan karena dia ga tahu kak tapi ada beberapa hal yang dia cerna lebih lama dibanding anak biasanya. Kakak harus ngerti ya sekarang, Jay itu cuman butuh dikasih tahu pelan-pelan ntar juga dia paham. Dia ga bisa di kasih tahu sambil kakak marah, sambil teriak. Jay pasti nolak."
"Kenapa ga dia berobat?"
"Udah, tapi makin gede dia mulai sadar ada yang beda dan ga mau, ya udah Daddy sama mommy putusin buat nyembuhin dia pake cara kita aja."
"Kenapa sih Daddy sama mommy ga ngasih tahu dari awal, aku kan jadi ga enak tadi. Aku sering ledekin dia anak kecil."
"Kalo Daddy kasih tahu kira-kira gimana perasaan Kay?masa Jay sama kakak di baik-baikin karena dia gitu tapi ke Kay kakak malah ngomelnya minta ampun. Makannya berhenti deh kak usilin adik sendiri."
"Aku ga tahu dad.."
"Karena udah tahu jangan kaya gitu lagi mending bantuin Daddy supaya Jay sembuh."
"Iya maaf.."
"Sayang ga sama mommy?mommy sedih kalo kalian berantem terus."
"Aku tuh ga berantem cuman ngajak ngobrol."
"Ngajak ngobrol ya baik-baik."
"Iya aku bakalan hati-hati sekarang."
"Nah gitu dong, sekarang kerja yang bener. Inget yang Daddy bilang kamu main-main daddy sekolahin lagi." Kenan mulai berdiri dan beranjak ke ruangannya.
"Iya-iya dad.." Ara merasakan sedih dalam dirinya. Ia tak menyangka jika Jay sedang sakit. Dia merasa bersalah atas sikapnya tadi pagi.
"Ah..Jay kenapa sih kamu.." Ara berbicara sendiri dan suara ketukan membuat Ara berhenti berpikir tentang Jay.
"Iya masuk.."
"Maaf Bu, ini ada dokumen." Seseorang memberikan dokumen yang berisikan laporan yang tak Ara mengerti.
"Nama kamu siapa?"
"Saya Chandra Bu."
"Bisa tolong panggilin Pak Dariel ga?"
"Iya Bu.."
"Makasih ya." Ara membuka lembar per lembar dokumen yang berisikan angka dan membuat kepalanya berpikir kali ini.
"Ibu panggil saya?" Dariel setelah dipersilahkan masuk duduk dihadapan Ara. Suara Bas nya membuat Ara sedikit suka mendengarnya.
"Iya, saya mau diskusi aja. Boleh?"
"Boleh Bu?tentang apa?"
"Tentang ini.." Ara mengeluarkan dokumennya dan dengan fasih Dariel langsung menjelaskan maksud dari setiap angka itu. Dia juga menjelaskan hal lain yang ada di perusahaan Seazon membuat Ara sedikit kagum. Ara sebenernya bukan tidak tahu sama sekali tentang laporan yang dia terima tapi dia hanya memastikan apa cara dia mengartikan laporan itu sudah benar atau belum.
****
"Mommy....." Teriak Ara saya membuka pintu.
"Iya sayang.." Jesica turun dari tangga menuju sumber suara.
"Mom..aku beliin mie ayam kesukaan mommy, kata Daddy mommy paling suka sama mie ini."
"Pantes pulangnya jam segini pasti ngantri."
"Iya nih, mana Jay?Kay?aku juga udah beliin nih."
"Kay belum pulang, Jay ada dikamarnya lagi teleponan tadi sama Tiara."
"Ya udah aku panggil Jay."
"Ganti baju dulu kak."
"Iya mom.." Ara sambil terus berjalan ke atas.
"Kenapa Ara tiba-tiba nanyain Jay?"
"Mas udah tegur dia tadi.."
"Mas bilang apa?"
"Mas ceritain aja kondisi Jay gimana." Perkataan Kenan membuat Jesica mengentikan tangannya yang sedang membuka plastik mie ayam.
"Sayang, Ara berhak tahu. Kalo dia ga tahu dia bakalan terus-terusan kaya gitu. Ara udah dewasa kok buat nanggepin ini. Respon dia juga positif kok tadi."
"Tapi Mas.."
"Sayang, Mas ga mau kamu cape sendiri, Mas ga mau kamu kepikiran anak-anak terus. Mas tahu kamu stres mikirin ini itu apalagi kamu udah jarang ke restoran ngurusin Jay sendiri dirumah. Apa salahnya kalo Ara pingin bantu kamu. Dia udah ngerti kok sayang." Kenan membuat Jesica sedikit berkaca-kaca bahkan tak lama Kenan memeluknya karena melihat Jesica yang sepertinya akan menangis.
"Makasih.." Jesica dengan suara sendunya.
"Iya.." Kenan mencium kepala istrinya yang masih bersembunyi di balik dadanya.
"Kamu kalo lagi stres, pusing tuh bilang Mas dong. Mas kan ga selamanya sadar sayang."
"Aku ga mau nambah pikiran Mas kalo aku ngeluh ini itu."
"Enggalah justru kalo kamu diem Mas tuh harus mikir ekstra."
"Mas paling the best emang." Jesica melepaskan pelukannya dan mengusap air matanya sementara itu Ara yang berada di depan kamar Jay kini mulai mengetuk pintu.
"Iya masuk.."
"Jay.." Suara Ara lembut, Jay yang duduk di kursi belajarnya tak menoleh sedikit pun.
"Kamu masih marah sama kakak?"
"Engga.."
"Maaf, kakak ga maksud gitu."
"Iya mommy udah ngomong."
"Jangan marah sama kakak dong."
"Aku ga marah."
"Itu liatnya masih ke buku terus."
"Aku ga marah." Jay melihat ke arah Ara sebentar lalu berbalik lagi.
"Hm...Kakak ga ngelarang kamu makan sereal kok terserah kamu mau makan apa."
"Aku ga marah soal itu."
"Apa soal adik baru?" Perkataan Ara kini disambut diam oleh Jay.
"Jangan gini dong Jay, kakak jadi serba salah."
"Apa aku bukan adik yang baik buat kakak?"
"Kamu adik yang baik kok, baik banget malah. Kakak aja yang suka ngomel-ngomel ga jelas sama kamu."
"Bohong."
"Kenapa bohong?"
"Kakak kepingin banget punya adik baru."
"Hei.." Ara memutar kursi belajar Jay.
"Jay kamu adik kakak sama kaya Kay, mau mommy punya anak lagi juga ya kamu sama kay tetep adik kakak bedanya nanti kakak punya adik 3. Jay maaf, kakak tetep sayang kamu kok."
"Iya aku juga minta maaf marah sama kakak." Jay memeluk kakaknya.
"Mommy bilang nanti aku bakalan jadi kakak, apa enak jadi Kakak?"
"Hm..enak ga ya?ada enaknya ada engganya nanti kamu cobain aja." Ara merasa tenang Jay sudah memaafkannya.
"Aku pingin dipanggil Abang kalo adik aku lahir supaya ga ketuker sama kakak."
"Wah bagus tuh.." Ara semakin senang.
"Apa mommy udah hamil?" Jay melepaskan pelukannya.
"Belumlah, baru juga bilang tadi."
"Hamil itu gimana caranya?" Jay membuat Ara bingung menjelaskannya.
"Kakak ga tahu, tanya mommy sama Daddy aja. Eh kakak bawa mie ayam ayo makan. Kakak udah beliin buat kamu sama Kay juga." Ara menarik Jay menuju meja makan.
*** To be continue