WARNING!!Dalam cerita ini mengandung muatan dewasa harap kebijaksanaan pembaca.
"Aku pulang ya, orang tua kamu mana?aku pamit dulu." Jay mulai berdiri dan mengambil jaketnya sementara Tiara memanggil orang tuanya.
"Kayanya orang tua aku udah tidur, kamu pulang aja."
"Ya udah sampein salam aku sama orang tua kamu."
"Sopan banget sih...." Tiara berjalan mengantar Jay kedepan pintu lalu melihat Jay memakai sepatunya sambil duduk dikursi depan.
"Kamu masuk aja, udah malem."
"Bener?"
"Iya sayang, lagian ada satpam rumah kamu di depan." Jay membelai melembut rambut Tiara.
"Hati-hati dijalan." Tiara memeluk Jay kali ini.
"Besok aku jemput jam 7 ya."
"Sebel harus pisah cepet-cepet..." Tiara tak mau melepaskan pelukannya.
"Besok kan ketemu lagi Ra.." Jay memadang wajah pacarnya yang berada didadanya saat ini.
"Sa...yang..." Tiara mengulangi kata yang harus diucapkan Jay sambil mengangkat wajahnya.
"Iya sa...yang..." Jay mengulangi membuat Tiara tersenyum puas kali ini. Melihat senyum Tiara seperti itu entah keberanian darimana Jay mulai menundukkan kepalanya sedikit demi sedikit sementara Tiara malah memejamkan matanya sampai ada sesuatu yang lembut yang menyentuh bibirnya. Awalnya Jay hanya merapatkan saja bibirnya hingga dia mulai ingat apa yang harus dilakukan setelah ini dari adegan video yang dia tonton. Bibirnya ia gerakan perlahan dan mulai melakukan ciuman dengan bibir yang ada didepannya. Tiara jelas sudah paham dan mengikuti ritme yang diberikan Jay. Tangan Jay mendekap erat badan Tiara untuk mendekatkan lagi padanya.
"Apa gitu caranya?" Jay bertanya saat melepaskan ciumannya sambil menarik oksigen sebanyak-banyaknya sementara Tiara hanya mengangguk.
"Sebentar lagi aku pulangnya ya." Jay kembali melumat bibir Tiara. Kali ini dia tak segan untuk menarik lidah Tiara didalam mulutnya bahkan kepalanya ia miringkan sedikit agar mendapatkan posisi yang pas. Jay tak pernah mengira ciuman akan senikmat ini. Dia belum pernah merasakan sensasi seperti ini sebelumnya. Hanya Tiara. Hanya dia yang pertama melakukan hal ini padanya. Jay melepaskan ciumannya kali ini sampai terdengar bunyi akibat bibir basah mereka dan hanya ada senyuman di masing-masing wajah mereka.
"Kayanya kali ini aku harus bener-bener pulang deh takut mommy sama Daddy marah."
"Sekarang udah bisakan?" Tiara berdiri normal dan menghapus bekas ciuman dibibir Jay.
"Kamu yang pertama." Jay mencium punggung tangan Tiara sementara pacaranya itu hanya senyum-senyum.
"Kalo gitu mulai sekarang jangan cium wanita lain selain aku."
"Engga, ga akan pernah."
"Bye..."
"Bye.." Jay mulai menuruni tangga teras Tiara dan berjalan menuju mobilnya.
****
Jay makan sambil senyum-senyum. Pikirannya masih membayangkan ciuman pertamanya dengan Tiara semalam. Itu adalah hal dewasa yang pernah Jay lakukan sepanjang hidupnya.
"Kenapa sih?" Tanya Jesica penasaran sambil memakan buahnya.
"Ga papa mom.."
"Bohong. Ini pasti ada apa-apa, udah main rahasia-rahasiaan sama mommy."
"Seneng aja ketemu Tiara."
"Setelah tujuh purnama ya akhirnya ketemu." Canda Kenan membuat Jay semakin tersenyum.
"Aku pergi ya nanti malem nemenin Tiara ke ulang tahun temennya."
"Jam berapa?"
"Jam 7 kata Tiara."
"Pulangnya jangan malem-malem ya sayang atau mau Daddy anterin?" Jesica khawatir.
"Engga usah, aku malu kalo dianterin."
"Udah hafal kayanya jalanan Jogja."
"Kalo dari rumah Tiara ke hotel aku hafal Dad, kalo kemana-mana kan ada Tiara yang ngasih tahu."
"Jadi semua aja tentang Tiara." Kenan menyindir anaknya yang sedang jatuh cinta.
"Dad...aku seurius sama Tiara. Aku kepikiran ngajakin Tiara tunangan kemarin.." Perkataan Jay membuat Kenan terbatuk karena makanannya membuat Jesica segera menyodorkan air pada suaminya.
"Sayang...ga bisa secepat itu. Kamu sama Tiara masih sekolah. Masih muda lagi."
"Emang kenapa?Daddy sama mommy juga nikah muda kan."
"Iya tapi nikah itu ga segampang itu sayang.." Jesica menjelaskan perlahan.
"Aku harus kerja dulu ya supaya bisa nikahin anak orang?"
"Hm...iya, kan nanti kamu harus nafkahin istri kamu, anak kamu." Kenan kali ini menjawab.
"Kalo gitu aku bakalan kerja di restoran mommy supaya bisa punya uang."
"Sayang...ga gitu juga. Sekarang kamu fokus kuliah aja ya."
"Tapi kalo ada yang ngelamar Tiara duluan gimana mom?"
"Tante Dena ga mungkin nerimalah, dia kan tahunya kamu pacar Tiara, lagian Tiara juga masih kecil, om Fahri ga mungkin biarin."
"Oh gitu ya. Kalo gitu aku harus cepet-cepet lulus kuliah." Jay kembali dengan makanannya.
"Jay...ada saatnya kok nanti kamu nikah sama Tiara tapi sebelum kamu nikah sama Tiara ada beberapa hal yang kamu harus tahu, Pertama kamu harus selesain pendidikan kamu, Daddy kan pingin kamu sampe S3, kedua kamu harus kerja atau usaha sendiri buat nafkahin keluarga kamu, dan terakhir Daddy pesen duluin kakak kamu dulu ya nikahnya."
"Panjang banget dad, aku harus nunggu berapa tahun?"
"Engga lama kalo kamu seurius."
"Sekarang kalo kamu seurius sama Tiara, jangan macem-macem belajar aja dulu yang bener."
"Iya mom.."
"Sayang udah telepon Ara?"
"Udah Mas, katanya dia sama Kay nginep dirumah mamah."
"Dirumah nenek?kok ga nungguin aku?"
"Nanti kita pulang dari Jogja langsung kerumah nenek Jay."
"Asyik.." Jay sangat dekat nenek kakeknya baik itu orang tua Jesica maupun Kenan.
"Daddy sama mommy mau ke rumah Tante Dena kamu mau ikut atau nanti malem aja?"
"Ikut Dad.."
"Ya udah Daddy bayar dulu."
"Aku ke toilet dulu ya Mas.."
"Iya sayang, nanti langsung ke mobil ya." Kenan menuju meja kasir dan membayar makanannya. Setelah Jesica masuk barulah mereka pergi.
"Perut aku ga enak Mas, apa gara-gara kebanyakan makan tadi."
"Mau beli obat?"
"Engga, ga usah kayanya pake kayu putih juga sembuh."
"Apa udah ada bayinya sayang?"
"Aku belum cek sih."
"Mommy hamil?"
"Belum tahu Jay."
"Ya udah nanti ke apotek dulu aja, mau di tes?"
"Nanti aja deh kalo udah pulang Mas."
"Tapi kalo ngerasa ada apa-apa bilang ya."
"Iya Mas." Jesica merasa tak enak badan hari ini. Selang satu jam mereka pun sampai dirumah Dena.
"Masuk ka.."
"Berapa bulan nih?." Jesica mengelus perut Dena.
"4 bulan kak."
"Mudah-mudahan gw cepet nyusul."
"Lu mau nambah anak?"
"Iya, Mas nih pingin punya anak lagi."
"Iya Na, pingin ada yang ramein dirumah." Jawab Kenan juga.
"Padahal udah punya anak 3 dirumah, masa kurang rame Ken?"
"Pingin ada yang kecil aja."
"Kalo gw kan karena bang Fahri pingin anak laki-laki jadi dicoba terus."
"Lu ya ada anak gw juga."
"Jay, ayo masuk. Anak lu baik banget kemarin gw ngidam martabak eh dibawain."
"Iyalah anak gw kan pengertian."
"Tiara.." Teriak Dena memanggil anaknya.
"Iya mah.."
"Nih pacar kamu datang."
"Eh Jay.." Tiara melihat kearah Jam takut-takut Jay salah jemput.
"Papah mana?"
"Lagi gantiin baju Tara."
"Ya udah kita didalem aja yuk Ka, biarin nih anak muda pacaran dulu sebelum pisah lagi." Dena meninggalkan Jay dan Tiara berdua.
"Aku kira salah jam."
"Tadi Daddy sama mommy katanya mau ketemu papah kamu terus kita baru selesai makan jadi sekalian kesini."
"Oh..untung aja, aku belum siap-siap."
"Tiara...hm...Aku pingin ciuman lagi." Jay tanpa malu mengatakannya.
"Ngapain sih yang kaya gitu diomongin." Tiara aneh sambil melihat kearah orang tuanya takut-takut mereka dengar apa yang dikatakan Jay.
"Emang kenapa?"
"Kalo kaya gitu biasanya dilakuin langsung." Tiara yang sesudah menyelesaikan perkataannya langsung dibungkam oleh bibir Jay.
"Jay..." Tiara mendorong Jay kali ini.
"Kenapa?katanya harus dilakuin."
"Ya jangan gini juga, kalo ada orang tua kita gimana?"
"Oh..harus sembunyi-sembunyi." Jay menganggukkan kepalanya membuat Tiara tertawa.
***To be continue