Kenan terdiam di kamar dengan pakaiannya yang serba hitam. Sudah beberapa hari ini dia tak keluar kamar bahkan kerjaannya hanya tidur menangis dan seperti itu terus sepanjang hari. Dia hanya makan beberapa sendok dan minum beberapa teguk saja dia benar-benar tak punya selera untuk hidup. Dia kehilangan, kehilangan Jesica untuk selamanya. Dia tak tahu jika moment selama 3 bulan bulan terakhir itu adalah moment terakhirnya. Jesica telah pergi, dia meninggal karena kecelakaan saat pulang dari restoranya dan semua orang terkejut untuk itu. Kenan menjadi orang pertama yang mendengar sendiri kabar menyedihkan itu bahkan dia tak sanggup berdiri ketika secara perlahan dokter mengatakan Jesica meninggal dunia. Lututnya mendadak lemas dan ia hanya terduduk lalu menangis.
"Ken..." Seseorang sudah berada di samping Kenan saat dia sedang melamun tentang kepergian Jesica.
"Ara nangis terus kayanya dia pingin di gendong kamu. Gendong sebentar."
"Dimana dia?" Kenan dengan lemas duduk.
"Biar kakak gendong kesini." Bella merupakan salah satu orang yang membantu Kenan mengurus anaknya bersama Lisa. Terlebih lagi mereka tahu jika Kenan masih memiliki bayi kecil kembar yang belum lama melihat wajah ibunya. Bella kembali dengan Ara dalam gendonganya. Benar saja baru melihat Kenan Ara sudah meronta ingin digendong ayahnya.
"Dadaa..." Ara sambil menangis.
"Kenapa sayang?mau apa?" Kenan langsung membuat Ara terdiam dipangkuannya.
"Ini susu nya, kakak tinggal dulu ya."
"Si kembar mana?"
"Ada sama mamah." Bella yang setelah itu benar-benar keluar.
"Ngantuk sayang, matanya cape gitu." Kenan memberikan dot susu lagi pada Ara kemudian berdiri dan berjalan menghadap jendela sambil menenangkan Ara dari tangisannya. Dia melihat ke arah luar yang menampakkan langsung halaman belakangnya. Disana tampak Rey, Ethan, Edward, dan Keisha yang mengajak si kembar bermain dengan ceria.
"Mas ga bisa besarin anak-anak tanpa kamu ka.." Kenan dengan sendu dalam hati. Matanya sesekali melihat ke arah Ara.
"Dada num..." Ara menyodorkan dot nya.
"Buat Ara aja. Daddy ga minum susu sayang." Kenan mengarahkan lagi dot nya pada Ara. Dia terus menggendong Ara, bermain dan mengajaknya mengobrol dikamar entah tentang apa yang jelas Kenan berusaha tak membuat Ara menangis. Kelelahan karena aktivitas itu Ara pun tertidur dalam dekapannya.
"Ara...mommy udah ga ada. Ara jangan nangis terus ya." Kenan sambil membenarkan rambut Ara. Dia saat ini ikut berbaring juga menghadap ke arah anaknya. Perlahan Kenan menarik dot yang sudah tak ada isinya sejak tadi.
"Padahal Mas yang bilang lebih milih kamu duluan tapi udah kaya gini Mas ga bisa ka, Mas ga sanggup kalo kamu ga ada.." Kenan menangis lagi dan kali ini menatap langit-langit di kamarnya. Ia mengangkat sebelah tangan ke arah matanya yang sudah mengeluarkan banyak air mata. Suara tangisannya ia tahan karena takut membangunkan Ara. Inikah rasanya kehilangan?kehilangan orang yang dicintai yang tak pernah bisa kembali lagi. Kenan seperti kehilangan gairah untuk hidup dia ingin mati saja menyusul Jesica meskipun dia tahu masih ada ketiga anaknya yang membutuhkannya. Dia belum sepenuhnya menerima kenyataan. Kenyataan bahwa Jesica tak ada bersamanya untuk membesarkan anak-anaknya. Dia sangat sedih dan dia tak tahu kapan kesedihan ini akan berakhir.
****
Kenan membuka matanya sambil terperanjat bangun lalu melihat ke arah sampingnya.
"Astaga itu cuman mimpi..." Kenan dalam hati saat melihat Jesica masih ada tertidur lelap disampingnya bahkan mungkin anak-anaknya juga masih tertidur di kamar mereka masing-masing. Dia melihat ke arah jam dinding dan ini sudah mulai subuh. Kenan segera meraih gelas berisikan air yang selalu dia simpan dekat nakas. Meminumnya dengan rakus seolah dia sangat kehausan. Matanya dia seka seperti benar-benar habis menangis. Selesai minum Kenan berbaring lagi dan kali ini dia segera memeluk Jesica dari belakang, meletakkan tangannya dipinggang Jesica yang sudah ramping kembali setelah melahirkan 3 anak. Dia juga tak henti menciumi punuk istrinya.
"Mas...kenapa sih?" Jesica akhirnya terbangun dengan aktivitas yang dilakukan kenan.
"Engga..ga papa , Maaf Mas jadi bangunin kamu." Kenan semakin erat memeluk Jesica memastikan bahwa ini nyata, bahwa Jesica tak benar-benar pergi darinya, bahwa Jesica ada bersama dia sekarang.
"Mas..lagi ngode ya, lagi pingin?" Jesica dengan suara menahan ngantuk.
"Engga kok, Mas pingin peluk kamu aja."
"Mas kalo mau aku bangun nih.."
"Maaf, engga kok kamu tidur lagi aja." Kenan benar-benar tak berniat untuk melakukan hubungan intim sekarang dia hanya ingin mendekap Jesica saja.
"Mas..mana bisa aku tidur kalo mas gini, Mas kenapa sih?" Jesica membalikan badannya menatap Kenan.
"Ini kamu kan?" Kenan kali ini mengecek wajah Jesica dengan tangannya. Menyentuh setiap bagian dari wajah istrinya mulai dari mata, hidung, pipi sampai bibirnya dan tertahan disana. Dia mengecupnya sebentar dan benar ini nyata, Jesica memang masih hidup tak seperti dalam mimpinya. Kini senyuman mengembang di wajahnya.
"Iyalah ini aku, siapa lagi?Mas ngarep siapa?" Jesica benar-benar bingung.
"Mas ga pernah ngarep siapa-siapa. Mas cuman pingin kamu."
"Mas aneh deh, ada apa?masih pagi ini."
"Ganti mobil ya sayang, Mas beliin yang baru."
"Kok tiba-tiba ngomongin mobil sih?mobil aku ga papa kok Mas."
"Mobil kamu udah tua, dari dulu belum diganti sampe anak-anak udah gede pun belum kamu ganti. Mas pingin beliin yang baru." Kenan sedikit khawatir dengan mimpi kematian Jesica yang diakibatkan kecelakaan.
"Mas hambur-hamburin uang aja beli yang begituan."
"Engga, buat kamu bukan hambur-hamburin uang. Apapun buat kamu Mas beliin."
"Bener deh, Mas kesambet apa sih?masih waktunya tidur tiba-tiba meluk-meluk udah gitu nawarin mobil."
"Mas pingin kamu nyaman aja."
"Aku ga nyaman kalo Mas kaya gini tanpa alasan. Aku harus tahu kenapa dulu."
"Kan tadi Mas udah jelasin sayang."
"Engga, bukan itu. Bukan karena itu." Jesica membuat Kenan ragu untuk menceritakan mimpinya tadi atau tidak.
"Mas aku nanya.." Jesica penasaran dia yakin ada alasan lain kenapa Kenan bertingkah aneh seperti ini. Jesica menarik wajah Kenan dan menciunnya kali ini.
"Mas liat aku, kenapa sih?ada apa?" Jesica membujuk Kenan agar berbicara membuat Kenan luluh. Kini dia mulai berbicara dengan memainkan tangannya dilengan polos Jesica.
"Ini cuman mimpi buruk aja yang.."
"Mas mimpi apa sampe kaya gini?"
"Mas mimpi kamu ga ada. Mas mimpi kamu meninggal gara-gara kecelakaan bahkan dalam mimpi Mas, Mas ngasuh Ara sendirian. Kerjaan Mas cuman nangis aja. Mas ga sanggup kalo kamu ga ada sayang, Mas ga mau kamu pergi sekarang." Kenan kini menarik diri memeluk Jesica. Wajahnya ia benamkan di dada istrinya. Jesica tersenyum kecil.
"Itu cuman mimpi Mas." Jesica mengusap lembut rambut Kenan.
"Engga, bisa jadi itu peringatan buat Mas."
"Mas seurius amat sih."
"Habis kaya beneran sayang."
"Udah ga usah dipikirin ya Mas, aku kan ga papa."
"Kamu tetep ganti mobil ya, Mas parno nih."
"Ampun cuman gara-gara mimpi aja aku harus ganti mobil segala."
"Pokoknya Mas beliin, Mas ga mau kamu pake mobil itu lagi."
"Iya-iya. Mas udah tua juga kelakuan masih kaya gini." Jesica meledek membuat Kenan menatapnya.
"Iya Mas udah tua, kamu yang masih cantik. Mas ga suka cara orang-orang liat kamu."
"Tuh sekarang udah bahas kemana lagi, random banget pagi-pagi gini."
"Mas seurius sayang, mereka tertarik sama kamu Mas ga suka."
"Akunya kan biasa aja Mas."
"Apalagi tuh bapak-bapak sialan pokoknya kamu ga usah ikut lagi ke sekolah Ara."
"Kok gitu sih?kasian Ara Mas pingin sama aku."
"Tapi Mas ga suka yang.."
"Aku kalo ke sekolah pergi sama Mas, ga akan sendiri, ya?"
"Iya ya udah."
"Ya udah aku mau beres-beres." Jesica beranjak dari tempatnya karena sudah kehilangan rasa kantuknya.
"Sayang..." Kenan menarik lagi pinggang Jesica.
"Apa?"
"Tawaran tadi masih berlaku ga?"
"Tawaran yang mana?"
"Mas pingin olahraga pagi dulu nih."
"Tadi katanya bukan itu."
"Kamu sih goda-godain."
"Ya udah jangan lama-lama aku belum siapin sarapan sayang.." Jesica tanpa menolak menuruti keinginan Kenan yang langsung menyergapnya.
***To Be Continue