Clifford masih memiliki wajah datar tanpa ekspresi saat berdiri di depan jendela kecil. Meskipun wajahnya tidak menunjukkan emosi apapun, hatinya diam-diam menangis untuk wanita muda yang ada di dalam bangsal itu.
Clifford tidak ingin melihat Merry menangis atau sedih. Jika diperbolehkan, dia ingin tinggal di sisinya dan menghapus air matanya. Tetapi tidak peduli seberapa besar keinginannya itu, Clifford tidak memenuhi syarat untuk melakukan itu.
Kepala tim sekuriti Keluarga Widjaya itu merapatkan bibirnya dengan erat hingga bibirnya berubah warna menjadi putih. Tenggorokannya terasa tercekik oleh perasaan yang tidak dapat dia ungkapkan.
Semua emosi yang Clifford rasakan saat ini bukan karena Merry menangis untuk orang lain, tetapi hanya karena wanita itu adalah Merry.
Merry masih berada di usia yang penuh dengan kemudaan. Wanita muda itu seharusnya tersenyum nakal, bukannya menangis seolah patah hati. Merry tidak patut terikat oleh kesedihan seperti itu.