Lilia bergegas menuju ke samping mobil dan membuka pintu jok belakangnya. Dia sedikit terkejut karena pintu mobil itu tidak terkunci, tapi Lilia tidak terlalu memikirkannya. Dengan gerakan lincah seperti kucing, dia menyelinap masuk tanpa meminta izin sang pemilik mobil.
Namun baik Kenny, yang berada di kursi pengemudi, maupun Jean, yang duduk di jok belakang, tidak terlihat kaget saat Lilia mendadak muncul. Mereka bersikap seolah mereka benar-benar datang ke sini untuk menjemputnya.
Jean hanya melirik Lilia sekilas sebelum kembali berfokus pada dokumen di tangannya. Pria itu bersandar ke kursi mobil dengan kaki terlipat. Kancing paling atas dari kemeja hitamnya dibiarkan terbuka.
Lilia diam-diam mencuri pandang ke arah kedua orang yang ditinggalkannya. William dan Sara menatap ke arahnya sambil terus berdiri mematung. Namun sesaat kemudian, William mulai berjalan mendekati mobil ini.
Lilia buru-buru menoleh pada Jean dan berkata, "Presiden Jean, tolong bantu aku!"
Jean mengalihkan perhatiannya dari dokumen itu dan menatap Lilia. Wanita itu tampak panik saat dia berulangkali melirik ke luar mobil. Jean mengangkat alisnya dan mengikuti pandangan Lilia. Dia melihat seorang pria muda yang dikenalinya sebagai William Anggara menghampiri mobil ini.
Kening Jean berkerut dan dia menaruh dokumennya. Tanpa aba-aba, Jean mengulurkan tangan ke arah Lilia dan memeluk pinggangnya. Pria itu mengabaikan kekagetan di wajah Lilia saat dia menarik wanita itu ke dalam pelukannya.
Jean berbisik di telinga Lilia, "Bantuan seperti apa yang kamu butuhkan?"
Suasana hati Jean sedikit membaik saat dia melihat William berhenti berjalan dengan ekspresi kaget dari sudut matanya. Dia tidak akan membiarkan laki-laki lain mendekati Lilia, apalagi laki-laki yang pernah dicintainya. Tunangannya itu meronta dan berusaha mendorong Jean menjauh, tapi dia justru mempererat pelukannya.
Setelah perlawanannya gagal membuahkan hasil, Lilia menyerah dan menjawab pertanyaan Jean. "…bawa aku pergi dari sini."
Kenny segera menegakkan tubuh dan memegang kemudi mobil, menunggu perintah dari bosnya. Namun Jean belum selesai berbicara dengan Lilia.
"Kalau aku membantumu, bagaimana kamu akan membayarku?" Senyuman di wajah Jean menunjukkan kalau dia menikmati situasi ini. "Bantuanku tidak murah, kamu tahu."
"A-Aku…" Lilia kebingungan menjawab pertanyaan pria itu dan melirik Kenny untuk meminta bantuannya. Tapi sang asisten segera mengalihkan pandangannya dan berpura-pura tidak melihat apapun. Dasar pengkhianat!
"Hmm?" Jean memegang dagu Lilia, mengembalikan tatapannya pada pria itu.
"…makan malam! Aku akan mentraktirmu makan malam!" Lilia mengucapkan hal pertama yang muncul di pikirannya.
Seisi mobil itu hening selama beberapa saat. Kemudian Jean memecah keheningan dengan tertawa kecil, membuat Lilia dan Kenny terlompat kaget.
"Aku tidak butuh ditraktir. Kenny, jalankan mobilnya." Perintah Jean.
Lilia menghela nafas lega saat mobil itu bergerak menjauh. Dia sekali lagi menoleh ke arah dua orang itu dan melihat Sara berdebat dengan William. Wanita itu menarik lengan William sambil meneriakkan sesuatu.
Senyuman lebar mengembang di wajah Lilia dan suasana hatinya langsung membaik. Semua orang tahu Sara membencinya, jadi kenapa dia harus berpura-pura baik pada wanita itu?
Mobil itu sudah melaju selama beberapa saat sebelum Lilia menyadari kalau lengan Jean masih melingkari pinggangnya. Dia dapat mencium bau rokok yang samar dari tubuh Jean. Lilia membandingkannya dengan aroma buah segar William dan merasa bahwa aroma tubuh Jean jauh lebih maskulin.
"Um…Presiden Jean, bisakah kamu melepaskanku?" Lilia mengingatkan Jean. "Kita sudah cukup jauh dan tidak ada lagi yang memperhatikan."
Setelah mengatakan itu, Lilia merasa bahwa suhu di mobil itu turun beberapa derajat.
Jean melepaskannya tanpa mengucapkan sepatah kata pun dan Lilia langsung bergeser sejauh mungkin. Temperatur di dalam mobil makin merosot sampai-sampai Lilia mengecek suhu AC mobil itu. Setelah memastikan kalau Kenny tidak mengubah suhunya, dia melirik Jean. Pria itu kembali membaca dokumennya, tapi Lilia merasa bahwa putra keempat keluarga Widjaya itu terlihat tidak senang.
Lilia berusaha memperbaiki suasana dengan berkata sopan, "Terima kasih sudah membantuku tadi, Presiden Jean."
Mata Jean tetap terpaku pada dokumen di tangannya. "Aku tidak butuh terima kasihmu." Ucapnya dingin.
Lilia mulai menyesali keputusannya untuk masuk ke mobil ini. Apa sih yang dia harapkan dari pria tanpa hati ini?
Di kursi pengemudi, Kenny diam-diam menghela nafas panjang.
"Karena kamu sudah berjanji untuk makan malam denganku." Sambung Jean tanpa mengubah ekspresinya.
Baik Lilia maupun Kenny langsung menoleh pada Jean dengan kaget. Bukankah Jean tadi menolak ajakan Lilia untuk pergi makan malam bersama? Kenapa sekarang dia berubah pikiran?
Lilia menyerah berusaha memahami pikiran Jean dan berkata, "Tolong turunkan aku di persimpangan itu. Aku akan pulang ke rumah dulu untuk berganti pakaian, lalu menemuimu di restoran manapun yang kamu pilih."
Jean akhirnya mengangkat wajah dari dokumennya. "Kamu berniat pulang dengan jalan kaki?" Suaranya terdengar sarkastik.
Lilia menggeleng. "Tidak, aku akan naik taksi ke rumah. Aku tidak ingin merepotkanmu lebih lama lagi."
Sebenarnya Lilia hanya tidak ingin keluarganya melihat pria itu mengantarnya pulang. Tapi dia tidak akan mengatakan hal itu pada Jean. Lilia tidak berniat membuat suasana hati pria itu—serta suhu di dalam mobil—menjadi semakin dingin.
Kenny melirik Jean dari kaca spion, menunggu keputusannya. Kening Jean yang berkerut menunjukkan kalau pria itu tidak setuju membiarkan Lilia pulang sendirian. Lalu mata Kenny menangkap mobil di belakang mereka.
"Presiden, ada mobil yang terus membuntuti di belakang kita sejak tadi." Kenny melaporkan.
Lilia menoleh ke belakang, merasa curiga dengan ucapan Kenny. Tapi saat dia melihat van hitam bertuliskan 'Majalah Saturday', wajah Lilia langsung berubah.
Dia diikuti oleh paparazzi!
"Hentikan mobilnya di persimpangan dan turunkan dia." Perintah Jean dingin.
Lilia menatap Jean dengan jengkel. Sekarang pria itu mau memenuhi permintaannya? Dia pasti sengaja mempermainkan Lilia!
Saat Kenny mulai melambatkan laju mobil, Lilia segera mengalah, "Tunggu! Aku berubah pikiran, jadi bisakah kamu mengantarku sampai ke rumah?"