Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

The Villainess Turns The Hourglass

🇮🇩Aspettativetown_23
--
chs / week
--
NOT RATINGS
118k
Views
Synopsis
Judul: The Villainess Turns The Hourglass Penulis: Sansobi Genre: Fantasy, Romance, Shoujo. Sinopsis: Berkat pernikahan ibunya yang seorang pelacur dengan Count, status Aria di masyarakat langsung meroket. Setelah menjalani kehidupan yang mewah, Aria mati karena rencana licik adik perempuannya, Mielle. Tepat sebelum meninggal, dia melihat jam pasir jatuh seolah-olah itu sebuah fantasy. Lalu di waktu yang sama dia kembali ke masa lalu! "Aku ingin menjadi orang yang sangat elegan, seperti adik tiriku, Mielle." Untuk menghadapi penjahat, dia harus menjadi penjahat yang lebih jahat. Ini adalah jalan baru yang Aria pilih untuk balas dendam kepada Mielle yang telah membunuh dia dan ibunya. -Aspettativetown.
VIEW MORE

Chapter 1 - Chapter 1

Penulis: Sansobi

⏳⏳⌛

"Angkat kepalanya"

Atas perintah Cain, Aria, yang rambutnya berserakan di lantai, disambar dan diangkat.

Rambut Aria, yang basah karena darah, terangkat ke udara dengan tangan kasar. Rambut pirang Aria yang dulu cantik dan berkilau berada dalam kondisi yang lebih buruk dari bulu babi yang baru saja berguling-guling di lumpur.

"Apakah kamu tau dosamu?"

"..."

Cain menanyainya, tetapi Aria tidak mempunyai energi untuk menjawab.

Bahkan jika dia memiliki energi yang tersisa, dengan lidah yang terkoyak, tidak mungkin baginya untuk berbicara lagi.

Lidah putih, abu-abu, bernoda garam itu dipenuhi dengan rasa sakit yang tak tertahankan, dan bahkan tidak memberikannya kesempatan untuk bertobat.

Aria menutup matanya, yang sulit karena membesar oleh memar yang tak terhitung jumlahnya yang telah menimpanya. Mata itu pernah menggerakkan hati banyak orang, tetapi sekarang, mereka menjadi seperti ikan busuk.

Meskipun dia merasa dikhianati dan kecewa, tidak ada tempat untuk pergi, dan Aria hanya menunggu Grim Reaper untuk mengambil nyawanya.

"Kakak, saya punya satu hal terakhir yang ingin saya katakan kepada kak Aria."

Orang suci yang yang telah menjadi korban berkali-kali karena wanita jahat itu, orang yang perlahan-lahan menuntunnya ke meja eksekusi.

Dia tersenyum, menyiratkan bahwa dia sudah memaafkan Aria, dan mengatakan bahwa dia tidak terluka serius karena didorong saat sedang menuruni tangga dan bahwa dia baik-baik saja bahkan setelah diberikan makanan beracun. Setiap orang yang berkupul di sana juga berpikiran sama.

Cain menggelengkan kepalanya dan berkata,

"Tidak."

"saya harus mengatakan ini. Saya mohon...."

Bagaimana dia bisa begitu berbelas kasih kepada gadis jahat yang telah mencoba untuk menyakiti dan membunuhnya? Tidak ada orang yang bisa menolak permintaan yang penuh air mata.

Akhirnya, Cain memberi izin, dan Mielle, seperti bunga liar yang malang, menggerakkan tubuhnya yang rapuh lebih dekat ke Aria.  Rasanya seperti bahunya bisa hancur oleh nafas Cain.

"Selama ini, saya telah menyimpan kata-kata ini dalam diri saya, khusus untuk kakak. Karena mungkin ini yang terakhir... Saya merasa harus memberitahu kakak... Bisa jadi saya sudah menunggu hari ini datang."

Perlahan Mielle menyeka air matanya yang menempel di kelopak mata dan berlutut dilantai.

Tindakannya yang tiba-tiba menakuti banyak penonton, dan mereka bergegas maju seolah-olah mereka akan ikut campur. Tetapi, Mielle memberi isyarat kepada mereka bahwa semuanya baik-baik saja dan mendekatkan bibirnya ke telinga Aria seolah-olah akan menyampaikan pesan terakhir yang sakral.

"Dasar jalang bodoh. Bermain seperti itu dengan pelayan-pelayanku... apakah itu menyenangkan?"

Mata Aria melebar seolah-olah akan meledak. Dia menggerakkan kepalanya yang kaku dan membengkak kearah Mielle yang tersenyum. Senyumannya murni dan indah, seperti bunga.

Aria berkedip dengan cepat, tidak bisa memahami omong kosong yang baru saja ia dengar. Lidahnya yang hancur membuatnya tidak bisa bertanya.

Mielle membaca ekspresinya dan menjelaskan lagi,

"Pelayan-pelayan yang menyuruhmu melakukan semua tindakan jahat adalah pelayanku. Itu semua untuk menggambarkan kamu adalah jalang jahat. Semua itu untuk saat ini."

"...!"

"Aku memberitahumu ini karena ini adalah saat-saat terakhirmu. Aku ingin membunuhmu sejak kamu dan ibumu yang naif itu muncul, jika mungkin, dengan cara yang sesakit mungkin. Rasa malu yang keluarga kami rasakan sedemikian rupa sehingga tidak ada yang datang untuk melihatmu. Beraninya kamu, seekor serangga, merangkak ke sini tanpa tahu dimana kamu berdiri? Hahaha!"

Mielle nyaris tidak bisa menahan tawa yang hampir meledak dari mulutnya.

Pada saat ini, Dia tersenyum cerah, Seolah-olah air mata Aria membuatnya ingin bernyanyi dan menari. Kegembiraan Mielle, yang tidak bisa dilihat orang lain, menusuk dada Aria seperti bilah.

"Aku berpikir untuk meracuni kamu seperti yang kulakukan pada ibumu, tapi aku menahan diri. Tidak menyenangkan seperti itu bukan? Jadi, aku memberikan racunku kepada pelayan dan membuatnya mengendarai mobilku. Ah, tentu saja, aku tidak meminumnya."

"Ah...!"

Sebelum Mielle selesai, tubuh Aria kejang, dan dia jatuh kelantai. Aria telah menggunakan semua kekuatan yang bisa dia kumpulkan untuk bergerak, tetapi itu hanya menghasilkan sebuah perjuangan yang lemah. Semua pembuluh darah dimatanya pecah, dan air mata darah perlahan-lahan turun kewajahnya.

Mielle menyelesaikan pidatonya dan berdiri. Melihat kembali kemeja eksekusi, dia perlahan-lahan kembali ketempatnya dengan ekspresi sedih, penyesalan, dan mengatakan,

"Menyenangkan saat itu berlangsung... Memikirkan bagaimana kak Aria tidak akan berada di sini lagi membuat saya merasa kosong di dalam...."

Orang suci yang telah memaafkan wanita jahat itu membenamkan wajahnya di tangan sucinya saat bahunya bergetar. Tapi, dia melakukan itu untuk menutupi wajahnya yang dipenuhi dengan suka cita.

'Tolong jangan biarkan kematian wanita jahat itu membuatnya menderita. Jangan biarkan dia merasa bersalah.'

Setiap orang yang berkumpul di sana khawatir tentang keadaan pikiran Mielle.

Karena tidak ada lagi orang yang memiliki sesuatu untuk dikatakan kepada Aria, Cain mengangkat tangannya. Bersama dengan itu knight itu mengangkat pedangnya tinggi ke udara. Bilahnya bersinar sangat terang sehingga sepertinya bisa memotong tulang dengan satu ayunan.

Dan cahaya itu menarik perhatian Aria, dan dia mulai melihat sisa-sisa aneh yang diciptakan dalam pandangannya. Seolah-olah sebuah jam pasir menyatu dengan cahaya, menyebabkan Aria, yang berlumuran darah, menatap fenomena itu untuk waktu yang lama.

Seolah-olah itu adalah tali yang bisa menyelamatkan hidupnya, dia mengulurkan kedua tangannya dengan kasar seperti ikan yang keluar dari air, tapi bahunya diinjak oleh knight.

Kemudian, Cain menurunkan tangannya, sinyal untuk mengeksekusi wanita jahat itu.

Dengan demikian, pedang knight itu terayun kebawah, memotong angin dan memisahkan kepalanya dari badannya hanya dalam beberapa saat, hidupnya berakhir dengan menyedihkan seperti itu.

"Kyaak!" teriakan seseorang bergema ketika kepala Aria berguling-guling di tanah, tetapi matanya sekali lagi jatuh pada bayangan jam pasir.

"Kenapa?" Meskipun kepalanya dipenggal, Aria tidak bisa merasakan sakit, atau kesedihan. Semua yang bisa dia lihat hanyalah gambar jam pasir ketika pasir jatuh, ntah itu maju atau mundur berulang kali.

'aku ingin kembali. Sekali lagi.... ke masa lalu. Aku ingin membalikkan semuanya. Seperti jam pasir itu.'

Sebelum otaknya menerima kematiannya, mata Aria dipenuhi dengan pergerakan jam pasir, dan akhirnya, penglihatannya memudar sepenuhnya.

⏳⏳⌛

"...A! ... Aria!"

Crash!

Cangkir yang dipegang Aria jatuh ke lantai, pecah berkeping-keping. Pelayan itu, yang berada di belakangnya, bergegas datang dan membersihkan kekacauan.

Aria terbangun dari keadaannya yang linglung dan mengarahkan matanya ke arah suara yang di dengarnya. Di sana, dibalik meja marmer yang panjang, dia melihat wajah khawatir Mielle yang menangis. Bahkan saat air matanya jatuh, dia tetap anggun dan murni seperti biasa.

'Kenapa dia kembali menjadi anak kecil?!'

Dari apa yang diingat Aria, Mielle berusia 23 tahun. Namun, sosok yang dia lihat di depannya berusia 10 tahun. Di sebelahnya, ada Cain, yang menatapnya dengan mata menyipit. Dia terlihat semuda 17 tahun.

Tidak dapat memahami situasi dan menemukan cara untuk mengatasi keadaan yang tidak dapat dipercaya itu, Aria terus berkedip. Kemudian, dia mendengar suara yang dingin dari kursi sebelahnya.

"Aria, kamu baik-baik saja? Aku memanggilmu beberapa kali, tapi kamu tidak menjawab."

"... Ibu?"