Chereads / I am No King / Chapter 164 - Arc 5 Ch 13 - Ratu

Chapter 164 - Arc 5 Ch 13 - Ratu

"Perserikatan?"

Feodal Lord yang lain tertegun ketika mendengar saran Lord Susa. Well, sebenarnya saran itu bukan saran Lord Susa sih, tapi saranku.

"Bisa tolong jelaskan lebih lanjut, Lord Susa?"

Lord Susa memberi penjelasan, menuruti permintaan salah satu permintaan Feodal Lord.

"Perserikatan, atau Federasi, atau apapun lah namanya, terserah mau disebut apa, menurut kami adalah sistem pemerintahan yang cocok untuk kerajaan Nina. Pada dasarnya, sistem ini tidak jauh berbeda dari sistem Kerajaan Nina saat ini. Kita, sebagai Feodal Lord, saat ini sudah memiliki peraturan dan regulasi yang berbeda di setiap wilayah, kan?"

Feodal Lord lain mengangguk.

"Namun, kuasa kita sebagai Feodal Lord sangat kecil jika dibandingkan Ratu. Kita, sebagai Feodal Lord, hanya bisa melakukan produksi dan pengaturan kehidupan sosial. Perekonomian dan pertahanan wilayah kita terlalu bergantung pada pusat, pada Ratu. Dengan sistem perserikatan atau federasi ini, kami berharap bisa meningkatkan wewenang dan kuasa Feodal Lord sekaligus. Dengan demikian, kita bisa mengatur pertahanan dan perekonomian masing-masing wilayah."

"Berarti ... Ratu tidak akan memiliki kuasa?"

"Wewenang dan kuasa Ratu hanya terbatas pada hubungan internasional, pertahanan nasional, dan menjadi mediator jika ada Feodal Lord yang berselisih. Bagaimana?"

"Namun, apa Tuan Putri Rina akan diam saja melihat wewenang dan kekuasaannya dikurangi?"

"Rina tidak akan keberatan, saya menjaminnya." Aku masuk. "Kalau saya boleh bilang, justru ide ini akan sangat bagus bagi Rina."

Semua orang terdiam. Mereka melihatku dalam, ragu.

Aku tidak menyalahkan mereka kalau ragu. Normalnya, seorang Ratu, atau Tuan Putri, atau siapa pun yang sudah memegang kekuasaan, tidak akan melepaskannya begitu saja. Ya, itu adalah hal yang normal. Namun, Rina bukanlah orang normal. Di dalam tubuhnya mengalir darah Alhold. Jadi, Rina justru akan berbahagia dengan hal ini.

Aku mulai memberi penjelasan pada orang-orang yang hadir. Pada dasarnya, seperti yang diketahui semua orang, Rina dibesarkan dan dididik oleh Ratu Amana. Dia tidak diberi pendidikan mengenai sistem kerajaan atau pemerintahan lain. Kalau Rina mendapat kesempatan menjadi Ratu, besar kemungkinan dia akan menjalankan kerajaan ini sama seperti Ratu Amana. Bahkan, bukan tidak mungkin konflik seperti sekarang terulang kembali di masa depan.

Kalau Rina menjadi seperti Ratu Amana, bukan tidak mungkin tragedi dan krisis yang sekarang menimpa akan terulang. Dengan melucuti wewenang dan kekuasaan Rina sebagai Ratu, hal ini bisa dihindari. Bahkan, kalau mau lebih jauh, Ratu hanya dijadikan sebagai simbol, sebagai tokoh nasional, tidak lebih. Orang yang akan menjadi penguasa sebenarnya adalah Presiden, atau Perdana Menteri, atau siapa pun yang ditunjuk oleh para Feodal Lord.

"Sistem ini cukup berbeda dengan Federasi atau Perserikatan yang umum diterapkan. Namun, kenapa harus peduli? Kerajaan ini adalah kerajaan kalian, bukan milik orang lain. Kalian bisa memodifikasi sistem yang ada sesuai kebutuhan."

Para Feodal Lord tidak diam begitu saja mendengar penjelasanku. Mereka mulai berbincang-bincang dan berdiskusi kecil dengan orang di sebelahnya. Beberapa juga mengajukan pertanyaan pada Lord Susa. Hanya aku dan Zortac yang tidak berdiskusi.

"Bagaimana dengan Militer Bana'an? Apakah militer Bana'an tidak keberatan? Karena, seharusnya, agenda hari ini adalah negosiasi pengajuan syarat dan ketentuan kepada militer Bana'an untuk mengembalikan wilayah kami setelah konflik."

Zortac memberi jawaban yang mirip seperti sebelumnya. Dia tidak bisa menentukan. Yang bisa dilakukan Zortac hanyalah membuat laporan dan menanti keputusan pusat.

Meski Zortac tahu militer akan menurut, karena terlalu banyak lawan, dia tidak berani memberi janji. Dalam negosiasi, memberi janji, sebisa mungkin, dihindari kalau kamu bukan orang yang berhak. Di lain pihak, aku bisa memberi janji bahwa intelijen tidak akan keberatan.

"Namun, kalau benar Kerajaan Nina akan menjadi Federasi atau Serikat, justru menurut saya hal ini memang lebih baik didiskusikan di awal. Kalau kita membahas prosedural dan negosiasi pengembalian wilayah setelahnya, sama saja bohong."

Yap, sesuai ucapan Zortac. Lebih baik perubahan sistem pemerintahan dibahas di awal. Dengan demikian, prosedural akan lebih jelas.

"Jujur, masih sulit bagi kami untuk bisa memercayai semua ini. Kami akan mendapat wewenang tambahan dan Bana'an akan senantiasa mundur tanpa perlawanan. Kondisinya terlalu bagus untuk kami. Kalau boleh jujur, karena saking bagusnya, jadi mencurigakan."

Ucapan salah satu Feodal Lord benar. Sesuatu yang terlalu bagus justru mencurigakan.

Zortac masuk. "Meski perlawanan mungkin tidak ada, tapi kami akan tetap meminta reparasi perang. Tolong diingat."

"Tidak," Lord Susa masuk. "Meskipun meminta reparasi, itu bukanlah masalah kalau militer Bana'an mau meninggalkan Kerajaan Nina baik-baik.

Aku menghela napas. "Kalau boleh saya tahu, alasan seperti apa yang akan ibu-ibu dan bapak-bapak sekalian terima? Alasan rasional, seperti hubungan antar negara, atau alasan personal?"

"Keduanya."

"Baiklah. Untuk alasan rasional, pertama, kami akan membuat Kerajaan Nina berhutang pada Kerajaan Bana'an. Dengan demikian, kami mengharapkan hubungan atau bantuan internasional yang baik dari kerajaan Nina seperti potongan biaya cukai, kebijakan yang mempermudah pergerakan barang dan investasi, dan lain sebagainya.

"Selain itu, dengan Kerajaan Nina lepas dari Ratu Amana dan menghentikan peperangan yang berlangsung, Kerajaan Bana'an bisa fokus pada Front Mariander. Dan, kalau mau, Kerajaan Nina dan Bana'an bisa membentuk aliansi untuk melawan Mariander. Selain dua hal ini, ada banyak keuntungan yang sebenarnya bisa didapat oleh Bana'an. Namun, detail lebih lanjut baru bisa ditelisik lebih dalam setelah para Feodal Lord setuju dengan pembentukan Federasi."

Para Feodal Lord mengangguk dan memegang dagu setelah mendengar alasanku. Sebenarnya, alasan yang kuberikan bukanlah suatu hal yang sulit untuk ditebak. Kalau diam dan pikiran tidak fokus pada internal kerajaan, mereka pasti bisa mengetahuinya.

"Lalu, alasan personal?"

Aku terdiam sejenak, mencari jawaban yang tepat. Aku terbiasa bernegosiasi tanpa membawa urusan personal, jadi jawaban normal dan rasional sangat mudah keluar. Namun, hal ini justru membuatku sedikit tumpul ketika harus membawa perasaan. Aku juga tidak mungkin membawa soal Alhold, kan?

"Sederhana. saya tidak mau dipisahkan dari Rina."

Aku berhenti sejenak, memperhatikan reaksi para Feodal Lord. Dan, sesuai dugaanku, mereka tertegun dengan mulut setengah terbuka. Tampaknya, mereka tidak mengira jawabanku.

"Seperti yang dijelaskan oleh Lord Susa, kalau Rina menjadi Ratu, mau tidak mau dia harus menceraikanku. Status sebagai warga Kerajaan Bana'an juga harus dicabut ketika dia resmi menjadi Ratu. Namun, kalau Rina hanya menjadi Ratu dalam nama, tanpa kuasa berarti, tidak akan ada yang protes dimana dia tinggal dan apa yang dilakukan.

"Saat ini, setelah menjadi suami istri, aku melihat banyak sisi Rina yang sebelumnya tidak kuketahui. Hari demi hari adalah sebuah pengalaman baru. Melihatnya tersenyum dan bersenda gurau dengan kedua istriku yang lain, saya tidak akan pernah bosan dengan pemandangan ini. Apalagi ketika Rina, sesekali, mengelus perutnya, berbicara pada anak pertama kami.

"Kalau Rina menjadi Ratu, kami akan terpisah. Bagiku yang sekarang, sulit membayangkan untuk menjalani hari-hari tanpa melihat Rina."

Entah sejak kapan, pandanganku tidak lagi fokus pada para Feodal Lord. Pandanganku tidak fokus pada apa pun di ruangan ini. Yang memenuhi pandangan ini adalah bayangan Rina, Emir, dan Inanna.

Tanpa disadari, aku sudah melamun dan terdiam beberapa saat.

"Ah, maaf. Ini adalah pertama kalinya saya membawa urusan personal ke meja negosiasi, jadi agak kaku."

"Tidak apa, Lugalgin," Lord Susa merespons. "Justru kamu membuat kami yakin kalau kamu masih manusia dengan moral."

Hey! Hanya karena nilai moral yang kupegang berbeda, bukan berarti aku tidak punya moral! Dan apa maksudmu aku masih manusia? Tentu saja aku manusia!

Lord Susa mengambil alih. "Sekali lagi. Ke depannya, kalau sistem Perserikatan atau Federasi ini diterapkan, Tuan Putri Rina sebagai Ratu hanya memiliki wewenang dan kuasa di sekitar hubungan internasional dan jika ada masalah antar Feodal Lord. Mungkin Tuan Putri Rina juga akan datang di konferensi seperti ini.

"Namun, kalau kita menunjuk pemimpin baru, Tuan Putri Rina akan lebih jarang di Kerajaan Nina. Bahkan, dia hampir tidak memiliki wewenang. Tuan Putri Rina hanya akan datang sebagai saksi dan mediator jika ada konferensi seperti ini."

Terlihat para Feodal Lord mengangguk. Meski tidak menunjukkan senyum lebar, aku bisa melihat ujung bibir mereka meliuk ke atas. Mereka tampak bahagia.

Tentu saja mereka bahagia. Setelah ini, mereka akan menjadi pemimpin wilayah sepenuhnya. Kekuasaan dan wewenang mereka akan bertambah jika dibanding sebelumnya. Dan jika gelar Ratu yang akan disandang Rina hanyalah hiasan, mereka bisa meletakkan orang kepercayaan di pusat pemerintahan.

"Jadi, bagaimana, ibu-ibu dan bapak-bapak sekalian?"

***

"Wow, tempat ini sepi sekali ya."

Sosok ini, Ibla, memberi komentar sambil mengikutiku.

Setelah aku pergi meninggalkan istana, Yang Mulia Paduka Ratu memberhentikan beberapa pelayan lain. Tidak sedikit juga pelayan yang memilih untuk mengundurkan diri. Namun, bukan itu alasan kenapa istana ini sepi. Alasan kenapa istana sepi adalah karena ini malam. Berbeda dengan Kerajaan lain, pelayan di istana Kerajaan Nina mendapatkan waktu istirahat untuk pulang atau kembali ke asrama di malam hari. Jadi, mereka hanya bekerja ketika matahari bersinar.

Pada malam hari, hanya aku dan beberapa pelayan elite yang tetap bekerja pada malam hari. Namun, selain aku, pelayan yang lain sudah pulang sekitar jam 8 atau 9 setelah makan malam dan alat makan dicuci. Hanya aku yang tetap menjaga Yang Mulia Paduka Ratu dan tuan Bilad selama 24 jam.

Mengikuti rencana Lugalgin, saat ini aku membawa pengganti Yang Mulia Paduka Ratu. Untuk memudahkan pekerjaan, Lugalgin membiarkan salah satu anak buahnya, Ibla, untuk membantuku. Sementara aku berjalan di depan, menunjukkan jalan, Ibla mengikuti dengan membawa pengganti Yang Mulia Paduka Ratu di bahu, di dalam karung.

Si pengganti ini tentu saja belum siap. Bana'an hanya memiliki fasilitas untuk mengubah wajah. Mereka tidak memiliki fasilitas pencucian otak yang memadai, tidak seperti Kerajaan Nina. Jadi, aku harus mencuci otak si pengganti di istana Kerajaan Nina.

Di lain pihak, meski Bana'an tidak memiliki fasilitas pencucian otak, aku benar-benar kagum pada topeng wajah silikon yang mereka produksi. Laki-laki ini, Ibla, beberapa kali muncul di depanku tapi tidak pernah menggunakan wajah yang sama. Awalnya, dia muncul sebagai laki-laki sipit, kemudian bangsawan berambut hitam, kemudian orang tua, dan kali ini dia tampil sebagai laki-laki tua petinggi militer kerajaan Nina.

Aku tidak tahu wajah asli laki-laki ini. Satu-satunya yang membuatku yakin dia adalah Ibla adalah aura keberadaannya. Kalau seandainya aku tidak bisa membedakan orang dari aura keberadaan, bisa dipastikan dia bisa mengelabui dengan mudah.

"Ah, kepala pelayan? Anda kembali?"

Seorang pelayan perempuan mendatangiku, bergegas.

"Helena? Kamu belum pulang?"

"Bukan hanya saya, kepala pelayan. Beberapa pelayan juga masih menunggu di dapur. Kami tidak berani pulang karena Yang Mulia Paduka Ratu masih minum dan belum memberi izin."

"Ah, begitu ya."

"Selamat malam, Tuan Aron. Maaf karena saya tidak memberi segera hormat."

Pelayan ini langsung membungkukkan badannya 90 derajat.

"Ah, tidak apa-apa. Aku sendiri, sebenarnya, hanya menemani Kepala Pelayan Ira."

"Helena," aku menyela. "Kembali ke dapur dan sampaikan pada yang lain kalau kamu dan yang lain sudah boleh pulang. Biar aku yang mengurus Yang Mulia Paduka Ratu."

"Eh? Tapi–"

"Tidak apa." Aku menyela. "Aku akan memastikan Yang Mulia Paduka Ratu tidak memarahimu. Tapi, mungkin, besok aku akan meminta bantuan kalian untuk membersihkan botol minuman di ruang makan."

"Baik!"

Setelah membungkuk, memberi hormat, Helena pun pergi meninggalkan kami.

"Ternyata informasinya benar, ya. Kalau aku menggunakan sosok ini, tidak ada seorang pun yang mempertanyakanku walaupun membawa karung besar yang mencurigakan."

"Para pelayan hanya akan berpikir kau meringkus penyusup. Penampilan seorang Jenderal Mayor berkunjung dan kebetulan meringkus penyusup, seperti sekarang, bukanlah yang pertama."

Yah, biasanya aku yang meringkus para penyusup. Namun, itu tidak penting.

Aku berjalan, bergegas ke ruang makan. Begitu tiba, aku benar-benar tidak mampu memercayai mataku. Terlihat Tuan Bilad yang sudah tidak sadarkan diri di atas lantai bersama beberapa botol anggur. Di lain pihak, Yang Mulia Paduka Ratu masih menenggak anggur dari botol dengan penuh semangat. Pasti Yang Mulia Paduka Ratu mencekoki Tuan Bilad dengan botol anggur.

"Ah, Ira, hai! Kamu kembali!"

Yang Mulia Paduka Ratu bangkit dan mendatangiku. Tanpa aba-aba, Yang Mulia Paduka Ratu sudah memelukku erat dan mengusap-usap wajahnya ke pipiku.

"Ira ... aku tahu aku yang memintamu pergi agar rencanaku tidak terlihat palsu. Tapi, aku kesepian, Ira. Di istana ini, hanya kamu dan Bilad yang mengerti apa yang aku lalui. Tapi, Bilad, dia cepat sekali KO."

Aku hanya meninggalkan Yang Mulia Paduka Ratu untuk beberapa hari. Namun, entah kenapa, wajahnya terlihat lebih tua dari sebelumnya. Dengan rambut peraknya, aku tidak akan terkejut kalau orang mengira dia sudah kepala 5. Aku yang seharusnya lebih tua dari Yang Mulia Paduka Ratu, bahkan, mungkin, tampak lebih muda.

"Tera ... Tera ... maafkan ibu. Maafkan ibu. Kalau saja ibu lebih kompeten, semua ini tidak akan terjadi. Maafkan ibu, Tera ...."

Tiba-tiba saja Yang Mulia Paduka Ratu menangis dan berteriak. Aku tidak tahu apakah para pelayan yang ada di dapur sudah pulang atau belum. Namun, kalau mereka mendengarnya, rencana kami bisa berantakan ... atau tidak?

Kurasa tidak ada salahnya mereka mendengar tangisan dan teriakan Yang Mulia Paduka Ratu. Ketika mereka dimintai keterangan, mungkin, jawaban para pelayan itu bisa sedikit membuat Tuan Putri Rina ragu.

Baru saja menangis dan berteriak, tiba-tiba tubuh Yang Mulia Paduka Ratu menjadi berat. Tanpa aba-aba atau peringatan, beliau langsung tertidur ketika memelukku. Tentu saja aku menahan tubuh beliau. Adalah haram hukumnya bagi tubuh Yang Mulia Paduka Ratu menyentuh lantai. Dengan mudah, aku membopong Yang Mulia Paduka Ratu.

"Ibla, apa kau bisa membawa Tuan Bilad ikut serta? Kita pindahkan mereka ke kamar."

"Tidak masalah."

Beberapa kabel dan batang logam muncul dari saku Ibla dan melilit tubuh Tuan Bilad. Kami pun membawa Yang Mulia Paduka Ratu dan Tuan Bilad kembali ke kamar, membaringkan mereka di ranjang.

"Wow, dia benar-benar mabuk. Dari sini aku bisa melihat bagaimana dia merasa begitu bersalah atas kematian Tera."

"Yah, begitulah."

***

"Makaru,"

Dengan kata kunci, si pengganti kini menjadi manusia tanpa pikiran, seolah menjadi boneka. Kalau aku mengucapkan kata kunci sekali lagi, si Pengganti ini akan menjadi Yang Mulia Paduka Ratu.

Aku tidak butuh pengganti ini melakukan hal lain seperti meledakkan diri atau semacamnya. Aku hanya butuh dia menggantikan Yang Mulia Paduka Ratu. Jadi, aku hanya memasang satu kata kunci, tidak seperti pengganti Tera.

Proses pencucian otak ini sebenarnya mudah. Kami hanya mengalirkan listrik ke otak si penerima dan mengurangi kadar oksigen di ruangan. Hal ini akan memunculkan perasaan tidak takut dan tidak nyaman ekstrem, seolah bertemu dengan orang yang pengendaliannya mirip tapi jauh lebih kuat. Setelah itu, aku memainkan video berisi foto dan cerita singkat mengenai kepribadian Yang Mulia Paduka Ratu dan apa yang akan dia lakukan.

Karena si Pengganti ini tidak memiliki tugas selain dibunuh, aku tidak perlu repot-repot menanamkan ingatan Yang Mulia Paduka Ratu padanya. Karena tidak perlu ingatan dan hanya menamankan satu kata kunci, proses pencucian otak berjalan dengan cepat, tidak sampai dua jam.

"Bagaimana? Kamu sudah mencatat semuanya?"

"Sudah. Terima kasih ya, Ira. Aku tidak pernah menyangka bisa melihat dan mendapat penjelasan mengenai metode cuci otak secara langsung dari Kerajaan Nina."

Ya, benar. Aku tidak hanya menunjukkan proses pencucian otak, tapi juga memberi penjelasan selama proses. Aku tidak tahu apa yang akan dilakukan oleh laki-laki ini dengan informasi pencucian otak. Dan, aku tidak peduli.

"Menggunakan tekanan seolah bertemu pengendalian yang lebih kuat. Metodenya mirip dengan yang dilakukan oleh keluarga Alhold."

"Keluarga Alhold?"

"Ah, ya. Sebenarnya."

Ibla pun memberi penjelasan singkat bagaimana Lugalgin melawan keluarga Alhold di Kerajaan Bana'an. Di saat konfrontasi itulah Lugalgin mendapati bahwa Keluarga Alhold mencuci otak anggota keluarganya sendiri untuk membenci inkompeten.

Awalnya, aku berpikir mungkin informasi dan metode cuci otak ini berasal dari waktu dan orang yang sama. Namun, setelah dipikir lebih lanjut, tampaknya tidak. Kami, Kerajaan Nina, sudah bisa mencuci otak seseorang tanpa perlu menghadirkan orang yang pengendaliannya mirip. Di lain pihak, Keluarga Alhold hanya melakukannya pada orang yang pengendaliannya mirip.

Dengan kata lain, mungkin, kesamaan metode pencucian otak ini hanyalah kebetulan belaka. Ya, semoga saja.

Di lain pihak, yang membuatku lebih terkejut adalah, ternyata, cara untuk menghilangkan pencucian otak ini sangat sederhana. Mereka hanya perlu meminum darah inkompeten. Namun, karena inkompeten sendiri langka dan sulit ditemukan, bisa dibilang, metode ini tidak mudah.

Aku kembali mengembalikan pandangan ke balik kaca, ke sosok si pengganti yang terikat di kursi dan dipasangi helm penuh kabel. Kalau helm itu dicopot, matanya yang kosong tanpa cahaya, seperti ikan mati, akan terlihat.

"Ugh, Ira, apa yang kamu lakukan di fasilitas pencucian otak? Dan, siapa orang ini?"

Pintu yang bergeser menunjukkan sosok Yang Mulia Paduka Ratu mengenakan piama sambil memegangi kepala. Normalnya, aku akan memberinya obat dan air untuk mengurangi efek alkohol. Sayangnya, kali ini, aku tidak membawanya. Namun, tampaknya Yang Mulia Paduka Ratu tidak membutuhkannya.

Mata Yang Mulia Paduka Ratu membelalak ketika melihat sosok yang terikat di kursi.

"Ira, apa yang kamu lakukan?"

"Sederhananya, Yang Mulia Paduka Ratu, hamba memutuskan untuk ikut serta pada rencana Lugalgin. Dan, kalau memang terpaksa, hamba akan memaksa Yang Mulia Paduka Ratu ikut serta"

Bersambung