Sudah beberapa menit sejak sirene menandakan tengah malam berbunyi, tapi aku belum menemui siapa pun, baik anak buahku maupun Agade. Aneh. Maksudku, ada ratusan atau bahkan ribuan orang bertarung di kota ini. Seberapa besar kemungkinan aku tidak menemui satu pun dari mereka?
Tidak perlu terburu-buru. Aku tetap berjalan normal menuju ke sumber suara terdekat. Namun, aku tidak akan mendatangi sumber suara paling berisik, stadium, tempat Ukin berada. Suara paling berisik, bahkan membuat getaran hingga tempat ini padahal jaraknya jauh. Dengan menggunakan teropong, aku sempat melihat sebuah makhluk panjang yang bergerak menggeliat.
Namun, aku harus bersyukur karena Lugalgin mengatur agar pertarungan terakhir ini dilakukan di kota kosong. Aku tidak bisa membayangkan berapa banyak korban jiwa yang jatuh kalau pertarungan ini dilakukan di tempat normal.
Aku tidak mengenakan setelan. Hanya orang bodoh yang turun ke medan perang dengan setelan. Pakaian tempur yang kugunakan mirip dengan Agade, pakaian igni ditambah celana kargo, jaket, dan jubah. Dari enam pilar, hanya tiga organisasi yang memiliki pakaian tempur khusus, yaitu Agade, Orion, dan Akadia. Sisanya? Tidak.
Waktu dulu Agade memulai debutnya, aku ingin berteriak "tukang tiru!". Namun, aku sendiri sadar kalau tipe pakaian kami adalah yang paling efektif dan efisien untuk bertarung. Yang membedakan adalah Orion mengenakan helm anti peluru, Agade mengenakan topeng. Orion belum pernah melawan Agade, jadi aku tidak tahu apakah topeng Agade anti peluru atau biasa.
Namun, untuk Orion, meski sudah menjadi standar, anggota yang bertarung jarang mengenakan helm. Gara-gara ini, beberapa kali anggota penyerang ketahuan, membuat mereka diserang ketika di luar organisasi. Bukan hanya itu. Ada juga kejadian wajah mereka rusak karena ledakan. Aku penasaran bagaimana Agade mendoktrin anggotanya agar selalu mengenakan topeng.
Cting cting
Suara logam bertabrakan terdengar. Sebelum sadar, tali baja yang tersembunyi di balik jubah sudah bergerak, menangkis peluru yang datang. Baru saja aku menyeberang jalan kosong, tepat di perempatan, sebuah peluru sudah menyambut. Aku hanya tahu peluru itu datang dari belakang agak kanan, tidak detail.
Baru saja menoleh ke belakang, peluru lain sudah datang dari depan. Namun, tentu saja refleksku masih lebih baik dari itu.
Seperti rumor yang beredar, anggota Agade benar-benar dididik sebagai pembunuh bayaran, assassin. Mereka tidak akan repot-repot keluar untuk menghadapi orang sepertiku. Kalaupun mereka keluar, seperti sekarang.
"Wah....tidak salah kau menjadi pimpinan Orion. Kau benar-benar hebat. Padahal, dua penembak jitu yang aku pasang sama sekali tidak memancarkan aura haus darah atau niat membunuh."
Sebuah sosok berdiri di pinggir jalan, menyandar ke tiang lampu lalu lintas. Sejak kapan dia ada di situ? Sebelumnya, tempat ini kosong. Aku sama sekali tidak merasakan kehadiran atau kedatangannya.
Sosok ini mengenakan topeng rubah. Topeng sosok ini memiliki fungsi pengubah suara, jadi aku tidak tahu apakah dia laki-laki atau perempuan. Jubah pun menutupi fitur tubuhnya, jadi aku tidak bisa memeriksa dada atau pinggulnya. Namun, rambut putih keunguan yang panjang itu memberi impresi kalau sosok ini adalah perempuan, selama dia tidak mengenakan wig.
"Apa kau anggota elite Agade?"
"Ya, benar. Aku salah satu anggota elite Agade. Kau bisa memanggilku Ninmar. Meski mengetahui namaku tidak akan bedanya sih."
Ya, benar, nama itu tidak akan berfungsi. Dia pasti menggunakan nama lain dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan, bukan tidak mungkin sosok ini asal sebut nama.
Sebelum mengonfrontasinya, aku ingin mencoba sesuatu.
"Apa kau sadar kalau apa yang dilakukan oleh Lugalgin? Dia sedang menghancurkan kerajaan ini. Ini salah. Jutaan masyarakat yang tidak bersalah akan menjadi korban."
"Hmm.... begitu ya. Jadi Lugalgin salah karena sedang menghancurkan kerajaan ini, ya."
Apakah ini akan berhasil?
"Lalu menurutmu, hal apakah yang benar? Apakah membunuh keluarga, membuat anak menjadi yatim piatu, menjualnya, dan lalu menjadikannya budak seks adalah hal yang benar? Kalau itu adalah hal yang benar, kenapa hal ini tidak terjadi pada semua orang di kerajaan ini? Kenapa kamu tidak menjalaninya? Atau setidaknya membuat putrimu mengalaminya?"
Ah, ternyata ditolak mentah-mentah ya.
Rumor yang beredar mengatakan kalau Agade tersusun oleh orang-orang yang menjadi korban perdagangan anak. Mengingat detail yang disebutkan oleh sosok Ninmar ini, aku bisa memastikan kalau rumor itu adalah benar. Kalau Lugalgin dikelilingi oleh orang-orang yang diperdagangkan, normal kalau dia menjadi seperti itu. Bergaul dengan tukang parfum, kau akan tertular wanginya.
Tanpa pikir panjang, aku mengirimkan satu tali baja ke arah sosok ini.
Eh?
Ninmar bergerak, menangkis tali baja yang aku julurkan. Dari balik jubah, dia tampak memegang dua buah pedang satu sisi secara terbalik, mata pedang di bawah tangan. Pedang di kanan jauh lebih besar dari pedang di kiri dengan pelindung tangan sirkuler. Meski menggunakan pedang, Ninmar tidak menebas tali baja yang kugunakan. Dia menggunakan sisi lebar pedang untuk menangkis.
Namun, yang membuatku terkejut bukanlah hal itu. Ketika bersentuhan dengan pedangnya, untuk sesaat, aku tidak bisa merasakan tali baja yang kukendalikan, seolah menghilang. Karena hal ini, aku langsung menarik kembali tali baja.
Jadi, itu adalah senjata penghilang pengendalian yang dirumorkan. Aku dengar perempuan bernama Rina itu juga memilikinya. Aku sempat berharap dia akan memberikan sedikit senjata penghilang pengendalian padaku untuk diperiksa. Namun, sayangnya, dia bilang, "kita hanya memiliki musuh yang sama. Aku tidak memiliki kewajiban untuk memberi senjata itu padamu,". Entah antara perempuan itu memang tidak mau, atau tidak punya senjata lain.
Belum sempat pemikiranku selesai, Ninmar sudah berada di depanku. Dengan cepat, Ninmar memutar pegangan pedangnya menjadi normal dan menebaskannya.
Aku menghunus pedang dua sisi yang tergantung di pinggang. Pedang dua sisi ini berhasil menahan tebasan pedang besar Ninmar. Namun dia tidak berhenti begitu saja. Pedang kecilnya berusaha menusuk dari kananku.
Aku menunduk dan melancarkan satu serangan dengan kabel baja, berusaha menembus tubuh lawan. Namun, belum sempat kabel baja yang kukendalikan menembusnya, dia menghilang dari depanku, sudah berdiri beberapa langkah dariku.
Orang ini cepat sekali! Aku tidak bisa melihat gerakannya! Hanya insting dan refleks yang membuatku masih hidup. Dan, seolah tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan, peluru melayang ke arahku dari beberapa arah. Semua peluru berhasil ditangkis. Aku bersyukur peluru yang mereka gunakan bukanlah penghilang pengendalian juga.
Nafasku terasa berat. Bersamaan dengan hembusan nafas, kaca helm menjadi berembun.
Hah?
Memanfaatkan momen aku yang sempat terkejut, Ninmar menyerang kembali. Aku bergerak cepat dan menangkis tebasan pedangnya. Aku hanya membawa satu pedang. Kalau memilih untuk menahan tebasan Ninmar, dia akan mendapat kesempatan untuk melancarkan serangan saat pertahananku tidak bisa bergerak.
Kami bertukar tebasan pedang tanpa henti. Aku harus bergerak secepat kilat untuk mampu menandingi serangan dari dua pedang. Namun, kalau dibiarkan, aku akan terdesak.
Aku memisahkan satu kabel baja dan membuatnya menjadi padat, mengubahnya menjadi tongkat setengah meter. Dalam waktu singkat, aku berhasil menyamakan posisi. Dengan tambahan serangan dari kabel baja, aku akan membalikkan keadaan. Namun, sayangnya, hal itu tidak terjadi. Peluru demi peluru datang dari beberapa arah, menghalangiku yang berusaha menyerang.
Embun di helm ini masih menghalangi. Aku tidak bisa melihat dengan jelas. Aku beberapa kali melompat ke belakang, berusaha memberi jarak. Namun, Ninmar tidak memberi kesempatan. Dia terus menempel.
Aku tahu kota Abu berada di pegunungan, tapi suhu ini masih terlalu dingin. Dingin? Tunggu dulu! Aku teringat satu julukan yang paling terkenal dan mencolok di pasar gelap, yang berhubungan dengan dingin.
"Ratu Es?"
Saat aku mengatakannya, serangan Ninmar sempat terhenti. Aku tidak menyia-nyiakan kesempatan dan melompat sejauh mungkin, memberi jarak. Aku melempar tongkat di tangan kiri sejenak dan langsung melepas helm, membiarkan rambut panjang hitamku terburai.
Aku kembali menangkap tongkat dan menyerang. Namun, berbeda dari sebelumnya, kini aku berhasil mendorong Ninmar mundur. Bahkan peluru-peluru yang melesat ke arahku tidak mampu membantu Ninmar. Tidak! Aku tarik ucapanku. Tanpa peluru-peluru ini, lawanku ini pasti sudah terbunuh. Dia tidak menghadapiku tanpa bantuan. Dia tidak bodoh.
Di lain pihak, aku jadi paham kenapa bawahanku tidak suka mengenakan helm. Mengenakan helm membuat instingku berkurang. Refleksku juga jauh lebih cepat tanpa helm. Sejak kecil, aku sudah dididik untuk mengenakan pelindung kepala. Jadi, aku tidak pernah tahu kalau melepas helm bisa meningkatkan kemampuanku hingga sesignifikan ini.
Namun, aku tidak bisa meneruskan hal ini. Aku berhenti sementara Ninmar masih mundur, memberi jarak antara kami.
Aku melihat ke tangan, membuka dan menutupnya. Meski aku mengenakan sarung tangan, dingin masih mampu mencapai tanganku. Bahkan, aku bisa merasa gerakanku lebih kaku dan lambat dari biasanya. Dan, kalau dibiarkan, bukan tidak mungkin aku terkena hipotermia. Namun, aku yakin yang terpojok bukan hanya aku.
Walaupun bisa menurunkan suhu udara, Ninmar masih seorang manusia. Walaupun dia menurunkan suhu, badannya tetap terkena efek. Dengan kata lain, risiko hipotermia juga mengancamnya.
Pengendalian utamaku adalah besi dan titanium. Meskipun aku selalu menyebut kabel yang aku bawa sebagai baja, tidak ada sedikit pun unsur karbon di kabel baja ini. Karbon adalah unsur organik, jadi tidak bisa dikendalikan. Bisa dirasakan, tapi tidak bisa dikendalikan.
Suara tembakan bertubi-tubi muncul. Berbeda dengan sebelumnya yang ditembak dari mana, aku bisa mengetahui benar asal suara semua tembakan yang baru datang ini, langit. Ketika sadar, aku tidak melihat Ninmar di mana pun. Namun, aku tidak peduli.
Aku melepas jubah dan membiarkan semua tali baja yang terikat di badanku terjatuh ke tanah. Dengan pengendalian, aku mengendalikan semua tali baja ini seperti cambuk. Peluru yang menghujaniku berubah arah. Semua peluru itu bukan takut, tapi aku menangkisnya.
Lima detik berlalu. Sepuluh detik berlalu. Namun, belum ada tanda-tanda hujan peluru ini akan berhenti. Tembakan dari arah lain, yang tidak menimbulkan suara, juga semakin intens. Namun, sayangnya, tidak ada satu pun peluru yang berhasil melewati pertahananku.
***
"Jadi, Umma, kira-kira berapa lama lagi sampai pelurumu habis?"
"Kira-kira 15 menit kalau aku terus menghujaninya seperti sekarang."
Ninmar dan aku bersembunyi di balik gedung. Kami tidak mau masuk ke dalam gedung. Kalau berada di dalam gedung yang adalah ruangan sempit, senjata pemimpin Orion itu sangat berbahaya. Kami tidak akan bisa menghindar dan memberi jarak.
Awalnya, aku mengira pemimpin Orion, yang adalah ibu Illuvia, akan memiliki pengendalian kuarsa, sama seperti putrinya. Namun, Lugalgin membantah dan mengatakan kalau Illuvia mendapatkan pengendalian kuarsa dari ayahnya. Jadi, teknik bertarung ibu dan anak ini sangat berbeda bagaikan langit dan bumi.
Dan, sesuai instruksi Lugalgin, Ninmar dan aku akan mengonfrontasi pimpinan Orion. Bukan hanya kami. Lugalgin juga memberi perintah agar kami membawa penembak jitu sebanyak mungkin. Awalnya aku mengira Lugalgin terlalu berlebihan apalagi aku sudah membawa ribuan senjata api. Namun, begitu melihat kemampuan perempuan itu, aku menarik ucapanku.
"Ninmar, apa kamu tidak bisa menggunakan serangan efisienmu? Membuat jarum dari nitrogen di tubuhnya?"
"Sayangnya tidak. tali baja yang bergerak seperti tentakel itu saling bergesekan, memanaskan suhu di sekitarnya. Hal ini membuat nitrogen di sekitarnya tidak mungkin membeku. Selain itu, penurunan suhu ini juga sudah tidak memiliki efek lagi. Dia yang berada di tengah semua tali baja itu akan merasa hangat."
"Dengan kata lain, yang terpapar pada risiko hipotermia hanya kita dan dia aman-aman saja?"
Ninmar mengangguk.
Dengan menggunakan teropong, aku melihat bagaimana peluru yang dia halau mendarat di dinding, kaca, jalan, dan tempat lain. Kalau aku atau Ninmar ada di sekitarnya, bukan tidak mungkin kami yang terkena peluru-peluru itu.
Aku mencoba menjatuhkan satu senjata dari langit ke pemimpin Orion. Pada setiap senjata sudah kupasang bom. Setidaknya, satu senjata setara dengan 5 granat. Namun, tampaknya, pemimpin Orion itu benar-benar waspada. Tali baja yang dia kendalikan mampu menjulur hingga 5 lantai, membuat senjataku meledak di ketinggian 20 meter. Masih dengan tali bajanya, dia menghalau dan menangkis fragmen bom yang bertebaran.
"Dunia ini ternyata luas. Aku sama sekali tidak menduga ada orang yang pengendaliannya segila itu."
Baru saja mengatakan hal itu, sebuah getaran terasa.
"Koreksi. Selain Mulisu dan Ukin, aku tidak menduga ada orang yang pengendaliannya segila itu."
Ya. Aku yakin getaran ini berasal dari pertarungan Ukin dan Mulisu.
Kembali ke pokok permasalahan. Bagaimana caranya agar kami bisa mengalahkan pemimpin Orion? Lugalgin bilang kami tidak perlu mengalahkannya. Tujuan utama kami, sebenarnya, hanyalah menahan pemimpin Orion agar dia tidak merecoki pertarungan anggota lain. Namun, tidak ada salahnya kan ingin berbuat lebih? Aku ingin Lugalgin memujiku.
Bukan hanya aku yang berpikiran demikian. Ninmar pun juga berpikiran hal yang sama. Ada alasan kenapa dia menurunkan suhu sejak awal. Bahkan, dia berharap bisa menancapkan pedang penghilang pengendalian di tubuh perempuan itu. Padahal, Lugalgin menyarankan agar kami menjaga jarak.
"Ujung-ujungnya, kita hanya bisa kembali ke tujuan utama, ya?"
"Ya, begitulah," Ninmar menjawab lesu.
Kembali ke misi. Aku dan Ninmar kembali bangkit.
"Halo," Ninmar menekan telinga, membuat panggilan pada yang lain. "Kita kembali ke tujuan awal. Jadi, jangan hentikan tembakan. Terus lepaskan tembakan."
[Siap!]
Balasan rekan kami juga terdengar di earphoneku karena kami satu tim.
"Jadi, Ninmar, kita fix kembali ke tujuan awal? Apa kamu mau mencoba menerjangnya lagi?"
"Lupakan! Tadi aku berani mencoba karena kaca helmnya sempat berembun dan gerakan tubuhnya juga melambat karena suhu dingin. Namun, sekarang, dia sudah tidak mengenakan helm. Ditambah lagi, efek suhu dingin sudah menghilang. Dengan suhu normal, aku yakin kemampuannya akan jauh lebih gila dari sebelumnya."
"Seandainya saja kamu tidak terhenti saat dia menyebut Ratu Es. Mungkin kita bisa sukses dengan tujuan yang baru."
"Mau bagaimana lagi? Kamu tahu sendiri kan betapa malunya aku dengan julukan itu."
"Ya, ya. Aku paham. Ya, sudahlah." Aku menarik nafas. "Siap?"
"Siap!"
Kami berdua berpencar. Aku ke kiri dan Ninmar ke kanan. Kami berdua mengitari gedung untuk menyerang pimpinan Orion. Namun, kami tidak akan berhadap-hadapan. Aku muncul di barat perempatan dan Ninmar muncul di selatan. Kalau berhadapan, ada risiko pimpinan Orion menghindar dan membuat kami melepas tembakan ke rekan sendiri.
Selain tembakan yang dari atas pimpinan Orion, aku mengerahkan semua senjata api yang telah kusebar di gedung sekitar. Setidaknya ada 684 senjata api melayang di sekitar dan belakangku, 954 melayang di atas pimpinan Orion membuat hujan peluru. Dan, yang terakhir, dua buah senjata di kedua tangan.
Semua senjata adalah assault rifle. Dengan jarak yang memisahkan kami tidak sampai 100 meter, akurasinya sudah lebih dari cukup. Aku tidak melepaskan peluru secara bersamaan, tapi bergantian secara bergantian, melepaskan tembakan peluru tanpa jeda.
Terlihat serbuan peluru juga menerjang dari arah selatan. Aku menduga Ninmar sudah menggunakan bonekanya. Pada perang ini, dia mengerahkan kelima boneka besinya sekaligus. Aku tidak tahu apakah dia menggunakan kelimanya di satu tempat atau tersebar.
Namun, yang membuatku sedikit terpukau adalah serangan tombak es menerjang. Namun, apa tombak es cocok untuk menyebut serangan Ninmar? Serangannya tidak benar-benar seperti bongkahan es panjang seperti di komik-komik, tapi lebih kepada perpaduan nitrogen dan peluru.
Teknik rahasia Ninmar yang lain adalah dia memadukan nitrogen ke peluru. Ketika peluru itu ditangkis, nitrogennya akan pecah dan membeku di udara, memunculkan pecahan-pecahan es di udara. Jadi, serangan Ninmar tampak seolah pelurunya berubah menjadi pecahan es.
Namun, sayangnya, dengan semua serangan yang kami lancarkan, tidak ada tanda-tanda pimpinan itu akan kalah. Bahkan, perlahan, aku bisa melihat kecepatan tali bajanya meningkat.
Aku menekan earphone, "Gin, tampaknya, kami hanya bisa mengulur waktu hingga 10 menit. Lebih dari itu, akan sangat berisiko."
Bersambung