Chereads / I am No King / Chapter 131 - Arc 4-2 Ch 9 - Gugup

Chapter 131 - Arc 4-2 Ch 9 - Gugup

Akadia dan Quetzal setuju dengan saranku dan tante Hervia. Perang pasar gelap ini harus segera diakhiri. Dari empat organisasi enam pilar yang tersisa, hanya Agade yang tidak memiliki anggota bangsawan. Dan, tentu saja, bangsawan-bangsawan itu harus merelakan sebagian keamanan yang mereka miliki diambil kerajaan untuk perang. Selain itu, mereka juga harus mengeluarkan uang lebih untuk membiayai perang melawan kerajaan Nina.

Perang melawan Mariander belum selesai, datang Nina. Menghadapi perang di dua lini sekaligus menyedot anggaran dan sumber daya kerajaan dan para bangsawan dengan cepat.

Kalau perang pasar gelap dibiarkan berlarut-larut, uang dan sumber daya yang dimiliki para bangsawan akan terkuras amat sangat cepat. Jika pengiriman suplai ke lini depan peperangan tersendat karena anggaran bangsawan menipis, bukan tidak mungkin Bana'an akan kalah.

Meskipun tahu Kerajaan Nina tidak memiliki niat untuk menang, aku tidak bisa berharap mereka tidak menyerang terus-menerus. Ada kemungkinan Ratu kerajaan Nina akan meneruskan serangan demi memaksaku turun langsung ke medan perang.

Kembali ke pasar gelap. Rumor beredar kalau Akadia dan Quetzal melakukan pertemuan secara diam-diam. Bahkan, ibu bilang dia sendiri yang menemui pimpinan Quetzal. Aku sedikit penasaran apa yang ibu lakukan. Namun, karena ini ibu, aku yakin dia melakukan hal yang terbaik.

Tidak! Bukan hanya terbaik! Hal yang ibu lakukan selalu jauh lebih bagus dari hal terbaik yang bisa kulakukan.

Meskipun rumor ini beredar, karena Quetzal dan Orion berada pada masa non agresi, tante Hervia tampaknya tidak khawatir akan diserang oleh Quetzal. Dan, masih berhubungan dengan rumor ini, Akadia menyatakan akan fokus melawan Quetzal. Jadi, aku dan Agade akan mengurus Orion dan tambahan.

Aku bisa sedikit menduga isi perundingan antara Quetzal dan Akadia. Sejak awal, Akadia dan Quetzal tidak terlibat perang ini secara langsung. Yang paling vokal pada perang ini adalah Apollo, Agade, dan Orion. Guan tidak usah dianggap karena mereka hanya kumpulan mercenary. Sudah begitu, Guan juga bubar sendiri gara-gara masalah internal. Jadi, abaikan Guan.

Menurutku, Akadia dan Quetzal tidak akan benar-benar bertarung. Mereka akan menanti di suatu tempat, menunggu hasil pertarungan. Jadi, yang benar-benar menentukan nasib pasar gelap kerajaan ini ke depannya adalah Agade dan Orion. Sang pemenang akan menentukan arah.

Hal tidak terduga yang terjadi adalah informasi mengatakan Rina bekerja sama dengan Orion untuk sementara waktu. Dia bekerja sebagai tenaga lepas, sama seperti Ukin dan Maila. Aku tidak tahu apa yang membuat Rina menurut pada aturan pasar gelap Bana'an. Namun ini cukup menguntungkan bagiku. Dengan begini, Rina tidak akan menjadi wild card dengan tiba-tiba muncul di medan pertempuran.

Kalau begini, aku bisa memproyeksikan jalannya pertarungan yang akan terjadi pada lini elite.

Aku vs Rina

Ukin vs Mulisu

Emir dan Inanna vs Maila dan Illuvia

Ninmar dan Umma vs Tante Hervia

Eh? Kenapa aku memperkirakan Illuvia ikut bertarung? Mudah saja. Karena saat ini dia menghilang. Meski demikian, dengan keterlibatan Maila, akan sangat normal untuk Illuvia tiba-tiba muncul dan ikut bertarung di hari-H. Aku harap Emir dan Inanna baik-baik saja ketika melawan dua orang ini. Aku khawatir mereka akan lengah atau tidak mampu serius karena melawan teman SMA calon suaminya.

Aku sempat menghubungi orang tua Maila untuk memastikan. Karena namaku sudah tersebar di pasar gelap, orang tua Maila pun terang-terangan mengaku kalau mereka adalah anggota Orion. Mereka juga tahu kalau saat ini Maila pasti berkecimpung di pasar gelap entah dimana. Namun, kedua orang tua Maila tidak tahu kalau putrinya bersekongkol dengan Ukin dan akan bertarung di sisi mereka pada hari-H.

Baik Illuvia dan Maila adalah anak tunggal. Kalau Orion kalah dan mereka berdua tewas, aku bisa bilang dua keluarga ini akan berakhir.

Jujur, kalau bisa memilih, aku tidak ingin pertarungan ini terjadi. Aku lebih berharap tante Hervia, dan Orion, memilih untuk meninggalkan perdagangan anak dan memulai bisnis baru. Namun, sayangnya, hal ini tidak bisa diaplikasikan begitu saja. Sudah terlalu banyak keuntungan yang mereka dapat dari perdagangan anak. Dan, terlalu banyak juga fasilitas daerah mereka yang disokong dari keuntungan perdagangan anak ini.

Kalau dihentikan sementara bangsawan yang berkuasa mencari sumber dana baru, sektor-sektor yang didukung oleh keuntungan perdagangan anak terpaksa menurunkan kualitas. Kalau hal ini terjadi, warga di daerah itu akan protes. Jika berkelanjutan dan merambah seluruh daerah, protes warga akan memaksa keluarga kerajaan mencabut gelar bangsawan beserta harta yang mereka miliki.

Belum selesai, bangsawan yang gelarnya dicabut pun akan mendapatkan "sanksi sosial" karena dianggap tidak memiliki kompetensi untuk memerintah. Bangsawan tersebut akan sulit mendapatkan pekerjaan karena pencabutan gelar bangsawan sama saja seperti pemberhentian secara tidak hormat, menjadi catatan hitam. Selain itu, sang anak pun juga mendapat "sanksi sosial" di sekolahnya.

Jadi, ya, aku sendiri paham kalau menghentikan perdagangan anak akan menghancurkan stabilitas Bana'an. Sempat ada rumor beredar kalau beberapa bangsawan akan mencoba bergabung dengan Akadia demi mendapat bantuan ketika daerahnya mengalami masalah saat berhenti melakukan perdagangan anak. Namun, rumor lain mengatakan kalau hal ini terjadi, efek pada Bana'an justru akan lebih besar karena bangsawan Akadia akan terpapar risiko ekonominya tidak stabil juga karena bantuan yang tidak sedikit.

Banyak akademisi mengatakan kalau sistem pemerintahan monarki kerajaan meletakkan rakyat jelata sebagai pihak yang diperintah dan dijajah sementara bangsawan dan golongan atas menikmati kemewahan. Namun, yang terjadi di Bana'an justru sebaliknya. Rakyat membayar nilai pajak yang rendah berharap semuanya diatasi oleh pemerintahan. Kalau tidak suka, mereka akan protes dan meminta keluarga Kerajaan mengganti bangsawan yang memerintah. Kalau masih tidak suka, pemberontakan.

Kurasa, ini adalah efek bangsawan dan kerajaan yang terlalu melayani rakyat, rakyatnya jadi melonjak. Dikasih hati minta jantung.

Selama beberapa hari, aku dan agen schneider yang masih aktif mendatangi semua bangsawan di kerajaan. Kami mencoba memberi solusi atas status quo kerajaan. Solusi, atau lebih tepatnya saran, yang kami beri ke mereka sama dengan yang aku tawarkan pada tante Hervia.

Bagaimana respon para bangsawan? Secara sederhana, ada tiga respons. Respon pertama adalah menolak. Mereka memiliki alasan yang sama dengan tante Hervia, menerima saran itu sama saja membuang usaha mereka selama ini. Respon kedua, menerima. Agen schneider pun bekerja sama dengan instansi lain kerajaan untuk "memfasilitasi" bangsawan yang setuju. Respons yang ketiga adalah menunggu. Mereka akan setuju kalau Agade menang pada perang tapi akan menolak kalau Orion yang menang.

Jujur, dari tiga respon itu, aku paling benci bangsawan-bangsawan yang menunggu. Kenapa? Karena mereka tidak memiliki pendirian dan oportunis. Mereka adalah tipe orang yang akan mengkhianatimu ketika posisi tidak menguntungkan. Jadi, berdasar hasil diskusi dengan Emir dan Inanna, orang-orang yang menunggu kami anggap menolak. Di lain pihak, orang yang menolak akan diberi kesempatan kedua setelah perang pasar gelap berakhir tapi tawarannya tidak semanis awal.

Kondisi lain adalah keluarga Jeanne dan anak-anak Rahayu tidak lagi dikurung. Namun, informasi mengatakan mereka tidak melakukan kontak dengan permaisuri Rahayu setelah lepas dari tahanan. Aku benar-benar tidak tahu apa yang ada di pikiran Jeanne dan Emir. Sebenarnya, aku ingin mencari tahu apa yang direncanakan Emir dengan melepaskan Jeanne dan saudara-saudaranya. Namun, karena Inanna sudah membantu Emir, dan aku juga masih banyak yang harus dipikir, aku pun mengurungkan niatku untuk bertanya. Aku ingin mempercayai Emir dan Inanna.

"Nanti malam ya...."

Aku membaca laporan mengenai bangsawan yang setuju dengan saran Emir dan proses yang telah mereka tempuh. Kini, aku berada di sofa ruanganku, di mal Haria. Intelijen bekerja cepat. Dalam waktu kurang dari 2 hari, ruanganku dan ruangan Yuan sudah kembali normal.

Hari ini adalah hari terakhir gencatan senjata. Sesuai kesepakatan, pertarungan akan dilakukan tepat jam 12 malam ini. Untuk memfasilitasi pertarungan, dan mencegah korban jiwa dari pihak sipil dan warga, aku mengerahkan intelijen kerajaan untuk mensterilkan dua kota kecil di bukit timur.

Aku meminta bantuan pada salah satu bangsawan yang bekerja di Akadia untuk menyediakan tempat bertarung tersebut. Tentu saja, biaya ganti rugi sudah kusiapkan. Dari mana aku mendapatkan dana ganti rugi? Tentu saja anggaran intelijen kerajaan. Aku tidak merogoh sakuku untuk pertarungan ini karena ini menyangkut masa depan kerajaan.

Meskipun ada pihak yang tidak setuju, terutama kepolisian, dua kota di bukit timur berhasil dikosongkan, Kota Abu dan Kota Tua. Kota Abu akan menjadi zona pertarungan Agade dan Orion, Kota Tua untuk Akadia dan Quetzal. Tambahan informasi, mayoritas bangsawan yang tidak setuju ide Emir memiliki kekuatan dan koneksi di kepolisian. Begitu juga sebaliknya, mayoritas bangsawan yang setuju di Militer.

Ini sesuai dugaan karena bangsawan kepolisian memiliki harga diri bangsawan yang tidak rasional dan mereka tidak akan melakukan hal yang bisa mencoreng nama baik. Dan, mensterilkan dua kota, menggusur warga dari tempat hidupnya, akan mencoreng nama baik. Di lain pihak, bangsawan militer tidak terlalu peduli dengan nama baik. Dan lagi, sejak awal, Emir lebih akrab dengan militer. Jadi, militer pun memiliki kepercayaan pada ide yang dicetuskan oleh Emir.

Saat ini, seharusnya, empat organisasi enam pilar sedang melakukan mobilisasi besar-besaran. Baik senjata, material, jammer, dan apapun yang bisa digunakan dalam pertarungan pasti dibawa. Karena pertarungan akan menggunakan pengendalian, semua material yang bisa dikendalikan pun digerakkan. Mulisu seorang diri saja membawa 10 truk berisi material untuk lipan raksasa dan serangan tidak mencoloknya. Jadi, tentu saja, mobilisasi yang terjadi amat sangat besar.

Kalau aku tidak menggerakkan intelijen, berita dan televisi pasti sudah menayangkan berita mengenai truk-truk dan pesawat yang menuju ke dua kota dan menurunkan barang-barang, dan mungkin menyebarkan asumsi bahwa Bana'an akan membuat pangkalan militer baru.

Media yang dimiliki oleh bangsawan dan ibu tidak perlu perlakuan khusus karena mereka sadar apa yang perlu dilakukan. Yang harus aku bungkam adalah media yang dimiliki oleh warga sipil. Aku harus mengeluarkan surat larangan meliput hingga radius 100 Km dari area pertempuran. Tidak sedikit laporan wartawan ditahan oleh intelijen dan militer karena melanggar laranganku.

Wartawan-wartawan ini mengatakan undang-undang perlindungan jurnalistik memberi mereka hak untuk meliput dan pihak kerajaan tidak memiliki hak untuk melarang. Jujur, kalau tidak berbaik hati, aku ingin mereka ditembak di tempat dan mayatnya disemen lalu dibuang ke laut. Kalau media yang bersangkutan mencari tahu, aku tinggal bilang tidak tahu karena menurut surat edaran seharusnya mereka tidak ada di zona terlarang.

Namun, karena masih berbaik hati, mereka hanya ditahan karena memasuki zona terlarang, barang-barang disita, dan dipulangkan ke instansi masing-masing. Apakah para wartawan ini sadar mengamankan dan memulangkan mereka membutuhkan dana yang tidak sedikit? Apa mereka begitu inginnya menghambur-hamburkan uang kerajaan?

Matahari sudah terbenam dan aku menyalakan lampu ruangan. Lima jam sebelum pertempuran terakhir dalam perang pasar gelap Bana'an. Bagian atas gedung Mal Haria, yang menjadi markas intelijen saat ini, sudah kosong. Semua pegawai intelijen kerajaan dan agen schneider aktif sedang berada di sekitar kota Abu dan kota Tua. Bersama militer, mereka akan mengawasi jalannya pertarungan.

Aku tidak mengatakannya pada siapa pun selain pada Rahayu, tapi aku sudah membuat skenario untuk berjaga-jaga kalau Agade kalah dan aku tewas dalam proses. Jika aku tewas, Yuan akan mengambil posisi sebagai kepala intelijen. Rahayu sudah menandatangani dokumen persetujuan untuk melimpahkan wewenang intelijen kerajaan ke Yuan kalau aku tewas. Meski demikian, dia sama sekali tidak menginginkan aku tewas. Aku harap Rahayu tidak mau aku tewas demi Emir, bukan yang lain.

Jujur, saat ini, aku gugup dan tidak bisa berdiam diri. Perutku mulas dan jari-jariku terasa kaku. Aku berdiri, berputar-putar di ruangan dan beberapa kali menenggak teh herbal. Namun, tidak peduli berapa banyak teh herbal yang kutenggak, kegugupan ini tidak kunjung hilang. Sial!

Emir dan Inanna tidak ada di tempat ini karena mereka bersama Anggota Agade yang lain mempersiapkan senjata di kota Abu. Aku juga tidak mungkin meminta Yuan di ruang sebelah untuk menenangkanku. Kalau Emir dan Inanna tahu, aku tidak akan lolos begitu saja.

"Gin?"

"YAAHHH????"

Teriakanku membuat Yuan terperanjat. Dia bahkan mundur dari pintu yang terbuka. Tampaknya aku terlalu tegang.

Baru saja aku memikirkan Yuan, dia sudah muncul di pintu. Tidak! Aku tidak boleh meminta Yuan untuk menenangkanku! Tidak boleh!

"Aku berangkat dulu ya. Mobilku sudah menunggu di bawah."

"Ah, ya. Semoga lancar ya."

Yuan tersenyum. "Harusnya aku yang bilang seperti itu. Semoga rencanamu lancar ya. Aku tidak mau mendapatkan promosi terlalu cepat."

Dengan langkah ringan, Yuan meninggalkanku seorang diri di ruangan ini.

Bagus! Untung dia segera pergi sebelum aku sempat memintanya untuk menenangkanku.

Kenapa aku di sini tapi tidak di Kota Abu? Aku sendiri tidak tahu! Aku sudah menyiapkan dua kotak arsenal dan membawanya ke gedung Agade untuk dibawa. Di sana, aku bertemu Mulisu. Dia bilang biar Agade saja yang mengurus semua mobilisasi dan aku bersantai saja di ruangan ini, nanti akan ada yang menjemputku. Emir dan Inanna pun mengatakan hal yang sama.

Tanpa meminta persetujuan, mereka memasukkanku ke mobil dan langsung mengantarkanku ke tempat ini. Tampaknya Mulisu dan yang lain sudah menduga kalau aku akan menggunakan penghilang kekuatan untuk menghentikan mobil dengan mesin rotasi, jadi dia meminjam mobilku di gudang yang menggunakan bensin. Dari mana Mulisu mendapatkan kunci mobilku? Kemungkinan besar dari Emir dan Inanna.

Karena Emir dan Inanna juga bersikeras, aku tidak ingin melawan. Dan, karena itu, kini aku sendirian di tempat ini, gugup.

Aku gugup, takut, khawatir. Kenapa? Aku takut kalau mereka tiba-tiba memulai pertarungan sebelum waktunya! Meski tante Hervia dan Orion bisa dipercaya, bisa saja Rina atau mercenary bekas Guan yang memantik masalah, kan? Karena kondisi tegang, serangan dalam bentuk apa pun akan dianggap sebagai serangan lawan.

"Gin?"

"HAAHHH!!!"

Tiba-tiba saja terdengar suara dari jendela. Dan sekali lagi, membuatku menjerit. Aku menoleh dan melihat Inanna dan Emir di balkon. Apa aku terlalu gugup sampai tidak menyadari kedatangan dan kehadiran mereka? Tanpa pikir panjang, aku langsung membuka jendela dan mempersilakan mereka masuk.

"Apa yang kalian pikirkan tiba-tiba muncul di jendela?"

"Hehehe, tidak apa-apa, kok."

"Permisi....."

Emir tidak sepenuhnya menjawabku sementara Inanna mengabaikanku. Seriously, dua calon istriku ini.

Begitu mereka masuk, aku pun menutup jendela.

Mereka sudah mengenakan pakaian igni dilapisi..... tidak! Emir dan Inanna tidak mengenakan celana kargo atau jaket seperti biasanya. Mereka hanya mengenakan pakaian igni yang ketat, menunjukkan lekuk tubuh secara detail yang berbalut warna hitam. Dan, penampilan mereka, cukup merangsang.

"Ah, um, Emir, Inanna, apa maksudnya ini?"

Emir dan Inanna mendekat dan sedikit membungkuk di depanku, memperlihatkan sepasang gunung yang menggantung di balik pakaian igni. Mataku tidak tahu harus melihat ke mana, ke dada Emir atau Inanna. Semuanya sama-sama menarik perhatianku.

Karena pakaian Igni ketat dan memiliki sifat kaku pada beberapa bagian, dada Emir dan Inanna tidak memantul, tapi kaku seperti mengenakan push up bra. Meski demikian, aku tidak bisa memungkiri kalau penampilan mereka memiliki pesona tersendiri.

Jujur, saat ini, melihat mereka berdua yang mengenakan pakaian ketat dan menyodorkan badang ke depanku, aku merasa ada sebuah fetish baru akan muncul di dalam tubuh ini. Tidak! Bukan muncul, tapi terungkap.

"Hehehe. Saran Mulisu ternyata tepat juga...."

"Eh?"

Aku langsung menoleh ke kiri, ke arah Inanna. Setelah mengatakannya, Inanna tidak lagi membungkuk. Dia berdiri tegak dengan sebuah senyuman.

"Saran Mulisu? Apa maksud kalian?"

"Well, sebenarnya...." Emir bangkit dan mulai memberi penjelasan. "Sederhananya, Mulisu memberi saran pada Inanna agar kami mengenakan pakaian igni dan mendatangimu. Namun, tidak seperti biasa, kali ini, dia memberi saran agar kami tidak mengenakan lapisan pakaian apapun sebagai tambahan. Mulisu mengatakan, dulu, di awal dia dan kamu bekerja sama, kamu selalu protes dan memberikan jaket dan jubah untuk menutupi tubuhnya."

Ya, mau bagaimana lagi. Dulu, Mulisu lebih suka beraksi hanya mengenakan pakaian igni dan celana pendek. Dan yang aku maksud pendek bukan setengah paha, tapi hanya satu cm di bawah selangkangan!

Mulisu bilang pakaian Igni sudah mampu menahan pantat dan dadanya agar tidak bergerak. Dia mengenakan celana pendek hanya karena merasa lebih nyaman. Namun, dia tidak mengenakan apapun di bagian atas. Ketika bekerja sama, aku tidak bisa fokus pada misi!

Kalau musuh yang pakaiannya hancur atau mengenakan pakaian igni, aku bisa mengabaikan dan langsung membunuh mereka. Karena mereka musuh. Namun, ketika yang mengenakan pakaian igni dan menunjukkan lekuk tubuh adalah rekan, aku tidak bisa fokus pada musuh. Pikiran dan mataku akan fokus pada hal yang lain.

Dan lagi, selain itu, aku tidak mau melihat laki-laki dengan pakaian igni di depanku. Aku bisa muntah.

Emir dan Inanna yang berdiri tegak di depanku menunjukkan lekuk tubuh mereka yang begitu....erotis. Fuck! Aku ingin segera mendorong dan menyantap hidangan di depanku ini. Tidak! Aku harus tahan. Tahan.... setidaknya sampai penjelasan Emir selesai.

Inanna melanjutkan. "Dari situ, Mulisu melihat kalau sebenarnya kamu punya fetish terhadap pakaian ketat tapi berusaha menutupinya, kan? Meski alasan senjata dan gerakan tubuh di balik jubah adalah benar, tapi, menurut Mulisu, itu bukan alasan utama kamu memaksa anggota Agade mengenakan jubah untuk bertarung."

"Tapi, Inanna, kamu agresif sekali ya dalam hal sensual seperti ini. Aku saja masih sedikit malu hanya mengenakan pakaian igni seperti ini."

"Hehe. Kan yang melihat kita Lugalgin, bukan orang lain. Kenapa kita harus malu. Dan kamu bilang aku lebih agresif? Memangnya yang punya obat perangsang siapa ya?"

"Ehehe."

Saat ini, ada yang tegak, tapi bukan keadilan.

"Jadi, bagaimana Lugalgin, apa kamu mau melakukannya sekarang?"

Emir melompat dan memelukku dari kanan, membuat tangan kananku berada di antara dadanya dan menyentuh hingga..... fuck! Perempuan ini sudah basah?

Tiba-tiba, aku teringat malam ketika Inanna memberiku obat perangsang milik Emir, memaksaku untuk meniduri mereka. Kali ini, jangan-jangan, mereka yang meminum obat perangsang itu?

"Hey, Gin, sudah tidak ada orang di kantor intelijen, kita bisa melakukannya sekarang juga, di tengah kantor, seperti di koleksi filmmu."

Dari mana Inanna mengetahui koleksi filmku?

Inanna melompat dan memelukku dari depan. Dengan gerakan naik turun, dia menggesekkan tubuhnya dengan tubuhku. Dan, sama seperti Emir, perempuan ini juga sudah basah.

Fuck! Aku benar-benar lemah dengan pakaian igni. Tapi.....

"Bagaimana kalau kita lakukan ini nanti? Kalian tidak mau kan bertarung dengan pakaian kotor?"

"Jangan khawatir." Emir merespons.

Inanna melanjutkan. "Kami sudah menyiapkan baju ganti di ruang sebelah, ruang Yuan. Jadi, pakaian igni ini memang bukan untuk bertarung."

Ah....pakaian ganti sudah berada di ruang Yuan? Tampaknya, kegugupanku tadi benar-benar membuatku tidak bisa merasakan kehadiran orang lain sampai aku tidak bisa merasakan kedatangan mereka.

"Dan lagi," Inanna menambahkan. "Kalau kita tidak segera melakukannya, efek obat ini akan semakin lama juga hilangnya. Kalau dibiarkan, kami tidak akan bisa bertarung.

"Sudah, tidak usah melawan, Gin." Emir mengecup leherku.

Aku bisa merasakan nafas Emir yang tersengal-sengal menerpa leher.

Inanna menjilat bibir dan memasukkan tangan ke celanaku "Jadi, kamu tidak keberatan kan, Lugalgin Alhold?"

Bersambung