Chereads / I am No King / Chapter 92 - Arc 3-3 Ch 20 - Pengkhianat

Chapter 92 - Arc 3-3 Ch 20 - Pengkhianat

Seperti biasa, kalau ada yang mengganjal atau ada kesalahan ketik, silakan langsung comment. Kalau bagian mengganjal, selama tidak spoiler dengan story, akan Author jawab.

============================================================

"Aku kira hanya akan bertemu denganmu, Jin."

"Awalnya aku juga mengira demikian. Tapi, tanpa aku ketahui, mereka sudah ada di sini ketika aku datang."

"Bagaimana kami, Akadia, bisa diam saja ketika kau tiba-tiba menelepon kantor dan mengatakan akan memberi informasi pada Lugalgin di sini?"

"Hoo, jadi kau menelepon Akadia juga ya."

Bukan hanya Jin yang berada di tempat ini, Marlien dan Ibla juga. Kami berempat mengenakan pakaian kasual yang hampir sama, kaos, jaket, celana jeans, dan sepatu. Yang membedakan hanyalah kombinasi warna pakaian dan jenis jaket. Aku mengenakan jaket kulit, Jin mengenakan jaket overcoat, Ibla mengenakan hoodie, Marlien mengenakan jaket pilot.

Aku akan mengabaikan sense fashion kami yang normal. Saat ini, kami berada di sebuah sekolah. Sekolah ini sudah tidak aktif dan menjadi bangunan yang ditinggalkan. Dulu, tempat ini adalah desa yang normal. Namun, entah bagaimana, pemberontak muncul di desa ini. Pasukan pemberontak pun ditekan oleh kerajaan, berujung pada kehancuran desa. Sejak saat itu, entah kenapa, desa ini ditinggalkan.

Aku menaiki sepeda motor yang kuparkir di depan bangunan. Sementara itu, aku tidak melihat ada kendaraan lain. Mereka memiliki pengendalian, jadi mereka bisa terbang ke halte terdekat dengan mudah.

"Siapa duluan?"

"Aku!"

Jin, Marlien, dan Ibla menjawab bersamaan. Mereka saling melempar pandangan.

"Hei, hei, yang meminta Lugalgin kesini adalah aku. Jadi, aku berhak duluan."

"Omong kosong," Ibla menanggapi. "Kami, Agade, sebagai bawahan langsung Lugalgin memiliki hak untuk duluan."

Marlien masuk, "Tidak. Aku rasa Akadia memiliki hak untuk duluan, mengingat kami adalah organisasi pasar gelap terbesar di Bana'an."

"Hanya kalian yang menyatakan hal itu," Jin dan Ibla protes.

Kalau aku tidak menghentikan mereka, bukan tidak mungkin sebuah pertarungan akan pecah. Kalau terjadi, aku berani menjamin Jin yang akan menang.

"Oke, berhenti," Aku bertepuk tangan pelan. "Karena yang meneleponku adalah Jin, maka dia berhak duluan. Ibla, Marlien, kalian tentukan dengan pingsuit."

Jin tersenyum lebar mendengar ucapanku sementara Ibla dan Marlien hanya menggertakkan gigi.

Aku menerima file dari Jin, lalu Marlien, dan terakhir Ibla. Mereka memberi file melalui sebuah flash drive dan aku menerimanya melalui tablet kecil ukuran 5 inci. Tablet ini tidak memiliki jaringan internet atau nirkabel lain, jadi tidak bisa disadap atau diretas.

File yang mereka beri adalah laporan mengenai aktivitas organisasi pasar gelap dan intelijen dalam bentuk dokumen, audio, dan video. Sementara aku menerima dan mengecek file secara acak, mereka bertiga saling melempar pandangan tajam. Kalau ini adalah film atau komik, mungkin aku sudah melihat percikan listrik dari pandangan mereka.

Tidak ada yang benar-benar mencurigakan dari aktivitas organisasi pasar gelap. Namun, yang cukup membuatku jengkel adalah aktivitas intelijen kerajaan. Ah, revisi, lebih tepatnya aktivitas agen schneider. Karyawan dan pekerja intelijen bebas dari kejengkelanku.

Aku sudah membersihkan satu keluarga agen schneider. Apa mereka tidak belajar? Apa mereka menganggap aku tidak akan melakukannya lagi karena khawatir kekurangan tenaga kerja? Hah! Kalau mau, aku bisa saja meleburkan Agade dengan intelijen kerajaan dan permasalahan tenaga kerja akan teratasi saat itu juga.

Namun, yang paling membuatku jengkel adalah keluarga kerajaan, bahkan Fahren, melakukan kontak dengan agen schneider di luar sepengetahuanku. Mungkin agen schneider tidak menganggap hal ini sebagai pengkhianatan. Namun, dokumen yang mereka tandatangani adalah kesetiaan padaku, bukan pada kerajaan ini, apalagi keluarga kerajaan. Jadi, aku menganggap ini sebagai pengkhianatan.

"Tampaknya akan ada perombakan intelijen kerajaan besar-besaran." Aku bersiul pelan. "Ibla, Marlien, kalau kalian ingin mengirimkan orang untuk ditaruh di intelijen kerajaan, aku akan menerima dengan senang hati."

"A-"

"Siap!"

Belum sempat Marlien memberi respon, Ibla sudah merespon dengan cepat. Marlien melihat Ibla sengit. Di lain pihak, Ibla hanya tersenyum dan meninggikan dagu.

"Ya, aku akan mengirimkan nama."

Marlien terbawa suasana yang diciptakan Ibla.

"Hey Gin, apa aku bisa memasukkan orang juga ke intelijen kerajaan?"

Tiba-tiba, Jin mengatakan hal yang tidak kuduga.

"Bukannya Guan tidak ingin memihak? Netral?"

"Orang yang kumasukkan bukan dari Guan, tapi kenalanku sendiri. Dia adalah informan yang sangat kurekomendasikan. Selain sebagai informan, dia juga berbakat dalam membuat keputusan dan perencanaan. Yah, meski belum sehebat kamu sih. Masih kurang pengalaman, tapi aku bisa jamin dia mau belajar."

"Informan bergabung ke intelijen? Tidak salah? Dia bisa mendapatkan uang yang jauh lebih besar di pasar gelap daripada intelijen, kan?"

"Memang benar. Namun, sayangnya, dia membuat masalah dengan organisasi yang salah. Jadi, aku berpikir, dengan masuk intelijen kerajaan, dia akan mendapat perlindungan dariku dan darimu."

Perlindungan dari dua orang sekaligus?

"Pacarmu?"

"Anggap demikian."

"Oke, kabari saja kapan dia bisa mulai bekerja."

"Kalau kamu mau, siang ini juga dia bisa mulai."

Siang ini juga? Tampaknya Jin sudah merencanakan hal ini.

"Kirimkan fotonya ke nomorku. Suruh datang ke kafe Ease jam 11. Nanti aku akan menemuinya di sana."

"Siap!"

Oke. Diskusi intelijen kerajaan kusudahi untuk hari ini. Sekarang, saatnya yang lain.

"Aku punya pekerjaan untuk kalian. Pekerjaan ini berasal dari Lugalgin Alhold pribadi, bukan kepala intelijen kerajaan, bukan Sarru pemimpin Agade. Jadi, Agade juga akan mendapat bayaran dariku. Guan juga bisa berpartisipasi. Dan, karena aku pemimpin intelijen, pekerjaan ini tidak akan kumasukkan pada kuota transaksi bulanan kalian."

Ketika aku mengatakannya, ujung mata Ibla jatuh. Tampaknya, dia sedih melihat kepercayaanku pada Agade sudah berkurang karena kesalahannya. Yah, ini adalah pembelajaran yang bagus untuknya. Dan lagi, kali ini, dia juga bersaing dengan Akadia dan Guan. Jadi, mau tidak mau, dia tidak bisa bersantai.

Aku membuka smartphone sambil melanjutkan penjelasan.

"Aku mau kalian menemukan keberadaan adikku, Ninlil Alhold, dan membawanya padaku. Saat ini, aku sudah mengirim uang sebesar 2 milyar Zenith ke rekening kalian. Bagi yang paling cepat, aku akan memberi tambahan sebesar 10 milyar Zenith. Ingat, tentu saja, tanpa luka. Kalau dia terluka ringan, aku akan mengurangi 2 milyar Zenith. Kalau terluka berat, kunyatakan organisasi kalian adalah musuhku."

Dua milyar Zenith bukanlah uang yang kecil. Untuk keluarga normal, uang itu bisa digunakan untuk hidup hingga beberapa generasi. Untuk organisasi pasar gelap, uang itu bisa digunakan untuk mendanai ratusan operasi atau bahkan memulai jaringan bisnis baru. Kalau mendapat tambahan 10 milyar Zenith, setidaknya, semua biaya operasi mereka akan tertutupi selama 3 tahun ke depan.

Yah, meski aku bilang banyak, masih belum setara dengan pemasukan total ayah dan ibu yang mencapai biliun per tahun sih. Dari mana aku mendapatkan semua uang itu? Anggap saja aku punya banyak penghasilan ilegal. Penghasilan resmi? Penghasilan legal atau resmi yang kumiliki kurang dari 200 ribu Zenith per bulan.

Benar saja. Wajah Jin dan Marlien langsung lemas. Sebuah senyum lebar dari ujung ke ujung menempel di wajah.

"Baiklah, Gin, aku duluan. Perempuan itu nanti akan menemuimu."

Jin berlari keluar ruangan. Karena pengendaliannya sampah, dia tidak bisa terbang. Namun, dia masih bisa menggunakan pengendalian untuk meloncat lebih jauh lebih jauh. Sambil meloncat, aku bisa melihat dia membuat panggilan.

"Akadia akan memberi hasil yang paling cepat!"

"Aku akan menunjukkan kalau Agade lebih baik dari Akadia dan Guan!"

Marlien dan Ibla langsung terbang, meninggalkanku.

Dengan jaringan tiga organisasi itu, aku tidak perlu khawatir akan keberadaan Ninlil. Yang aku khawatirkan adalah kalau dia menyerang Enlil pagi ini juga. Yah, semoga tidak.

***

"BUKA PINTU!"

Aku pergi ke rumah utama. Rumah utama Alhold tampak seperti kastel. Sebuah dinding setinggi empat meter dan parit memisahkan tempat ini dari kompleks perumahan Alhold.

"Apa kau menyesal?"

"Sudah seharusnya."

Dua paman penjaga gerbang ini mengobrol tidak jelas. Mereka mengatakan sesuatu tentang berkhianat pada keluarga Alhold dan sebagainya.

Selain di rumah kakak, aku juga menyimpan beberapa rol kabel aluminium dan tombak pendek di tempat lain. Dan, saat ini, aku juga mengenakan jubah, menyembunyikan delapan rol kabel yang terpasang di pinggang.

"Kau mendengarkan tidak?"

"Kalau kalian tidak mau membuka pintu, biar aku yang membukanya."

Aku mengendalikan dua tombak pendek yang terikat pada kabel aluminium dan menancapkannya ke pintu gerbang. Pintu gerbang ini terbuat dari aluminium, jadi aku bisa mengendalikannya dengan mudah.

"Apa yang kau lakukan?"

Aku mengayunkan pintu, menghempaskan dua paman yang berjaga, jauh. Kalau tidak memiliki aluminium di tubuh atau pakaian, pasti mereka akan tewas karena jatuh dari ketinggian. Namun, mungkin tidak. Mungkin pukulan dari pintu aluminium yang baru kulancarkan sudah menghancurkan tulang-tulang di tubuh mereka.

"DIMANA KAKEK!?"

Aku masuk ke dalam bangunan utama.

Di dalam, terdapat sebuah taman yang begitu besar. Di belakang taman, terlihat sebuah rumah besar. Sebuah lorong tanpa dinding menghubungkan rumah besar dengan dua bangunan kecil di samping.

Bagian depan tampak indah. Namun, di bagian belakang, terdapat lapangan dan beberapa ruang bawah tanah. Tempat-tempat itu digunakan untuk melatih semua anggota keluarga Alhold. Ibu yang dianggap berasal dari luar tidak pernah memasuki tempat itu. Kakak tidak pernah masuk karena dia inkompeten. Aku juga tidak pernah masuk karena kami sudah pindah dari kompleks perumahan Alhold sebelum menginjak usia 7 tahun.

Aku hanya mendapat informasi mengenai tempat latihan itu dari anak-anak keluarga Alhold yang kebetulan satu sekolah dengan. Tempat latihan itu juga lah yang membuat anak-anak keluarga Alhold merasa percaya diri di sekolah.

"Ninlil, apa yang–"

Aku tidak membiarkan paman yang tidak kukenal menghalangi. Sebelum dia menyelesaikan kalimat, aku sudah meluncurkan sebuah pintu ke arahnya.

Paman itu mengarahkan tangan ke depan, berusaha menghentikan pintu yang melayang. Karena dia keluarga Alhold, maka paman itu juga pasti mampu mengendalikan aluminium. Normalnya, pintu itu akan terhenti di depannya, tapi, tidak dengan sekarang. Pintu itu menerjangnya dengan cepat, menimpanya. Tidak hanya menimpa, aku juga menekan pintu ke tanah, melumatkan paman itu.

"Nin–"

Orang lain muncul. Kali ini seorang perempuan yang mungkin seumuran denganku. Aku tidak peduli kalaupun dia seumuran. Sebelum dia sempat memanggil, aku sudah melumatkannya.

"DIMANA KAU KAKEK TUA!?"

Tidak ada yang menjawab. Tiba-tiba saja, dari belakang bangunan, muncul puluhan orang. Aku tidak pernah memedulikan keluarga Alhold, jadi aku tidak tahu apakah mereka anggota keluarga atau bukan. Dan aku tidak peduli.

"KATAKAN PADAKU DIMANA KAKEK TUA ITU!"

Tidak ada yang menjawabku. Mereka langsung maju menerjangku dengan membawa tongkat, pemukul, dan senjata tumpul lain. Mungkin mereka berusaha tidak membunuhku. Dengan dua pintu gerbang, aku melumatkan beberapa orang sekaligus. Lalu, aku mengirim enam tombak yang tersisa untuk menusuk kepala beberapa orang dan mengambil aluminium lain.

Aku mengambil satu pemukul yang tergeletak di tanah dengan kabel dan mengubahnya menjadi pedang. Aku tidak berlari, tapi berjalan. Ketika ada yang berhasil melewati serangan pintu dan tombak, aku memotong orang itu dengan pedang. Terkadang, ada anak-anak yang juga menerjangku.

Kalau yang saat ini menyerang adalah kakak, mungkin dia akan mengampuni anak-anak itu. Aku tahu kalau kakak pasti merasa bersalah atas tragedi yang menimpa panti asuhan Sargon. Hal ini juga lah yang membuat anak-anak keluarga Cleinhad tidak dibantai, tapi dibiarkan hidup.

Namun, aku berbeda. Aku tidak peduli apakah mereka sudah dewasa atau anak-anak. Kalau mereka keluarga Alhold, mereka adalah musuh. Dan lagi, aku juga masih SMP. Secara umur aku masih anak-anak, kan? Jadi, aku tidak perlu merasa bersalah.

Dua bola besar melayang. Namun, karena terbuat dari aluminium, aku bisa menusuknya dengan tombak dan mengendalikannya. Kini, aku memiliki dua pintu dan dua bola besar. Pembantaian ini terus berlangsung.

Akhirnya, setelah beberapa menit berlalu, tidak ada lagi orang yang menerjangku. Taman yang sebelumnya indah dan hijau telah tiada. Warna hijau tumbuhan telah digantikan oleh warna merah darah. Ranting dan dedaunan telah digantikan dengan besi dan anggota tubuh manusia.

"NINLIL! HENTIKA SEMUA INI!"

"Hah?"

Aku mengenal suara ini. Ya. Suara ini seharusnya berada di pihakku, pihak kakak, pihak ibu. Namun, dia telah mengkhianati kami semua dan kembali ke keluarga Alhold. Laki-laki berambut hitam dan mata hitam dengan wajah setengah berkeriput itu berdiri di depan pintu rumah. Barun.

Dia tidak berdiri sendiri, beberapa orang berdiri di sampingnya. Yang aku kenal hanyalah Deuter dan Chez. Sisanya? Tidak kenal!

"Kenapa aku harus berhenti?"

"Apa kau sadar kau membunuh keluargamu sendiri?"

"Hah? Keluarga?"

Aku mengayunkan bola aluminium besar ke arah Barun. Dia mengambil kuda-kuda dan mengendalikan pintu di belakangnya. Barun tidak bodoh. Dia tidak membiarkan pintu itu ditangkap oleh kabelku, tapi membiarkannya hancur bersama bola yang kukendalikan.

"Keluarga macam apa yang menyerang teman baikku?"

"Ninlil!"

"Gara-gara kalian, kini, Nanna dan Suen tidak lagi memiliki keluarga dan rumah. Aku tidak akan puas sebelum seluruh keluarga Alhold mati!"

"Apa aku termasuk?"

"Apa aku harus mengulangi ucapanku? Keluarga.Alhold."

"Jangan khawatir. Meski kamu ingin membunuhku, aku tidak akan membunuhmu."

Setelah mengatakan itu, ratusan genteng yang terbuat dari aluminium melayang. Dengan sebuah jentikan jari, ayah mengirim semua aluminium itu ke arahku. Aku menggunakan dua pintu sebagai pelindung. Namun, dua pintu ini tidak bisa menahan serangan ayah. Dalam waktu singkat, kedua pintu ini pun hancur oleh hujan genteng.

Aku terpaksa melompat mundur, menghindari hujan genteng. Sial! Karena saking cepatnya, genteng-genteng itu mampu memotong kabel-kabel yang kukendalikan. Kini, aku tidak memiliki satu pun kabel yang bisa kukendalikan.

Ninlil, berpikir! Berpikir! Kamu sudah menjalani latihan bersama Kakak, Kak Emir, Kak Inanna, dan Shinar. Pasti ada yang bisa kamu lakukan!

Tanpa aku sadari, ada beberapa orang menyerang dari belakang. Tampaknya Barun membuat agar genteng yang meluncur tidak mengenai mereka. Mereka berdua melompat dan mendorongku ke tanah.

Sial! Mereka orang dewasa. Dengan tubuh yang besar itu, mereka mampu menahan tubuhku dengan mudah.

Hujan genteng logam berhenti. Di saat itu, aku mendengar suara pengkhianat itu lagi.

"Ninlil, menyerahlah. Kalau kamu menyerah, aku akan mengabaikan semua ini."

Bersambung

============================================================

Seperti biasa. Author ingin melakukan endorse pada artist yang gambarnya author jadikan cover, yaitu 千夜 / QYS3.

Kalau kalian membaca di komputer, di bagian bawah, di bawah tombol vote, ada tombol external link yang akan mengantar kalian ke page pixiv artistnya. Author akan berterima kasih kalau kalian press like di pixiv atau bahkan love.

Kalau kalian membaca lewat app, kalian bisa ke page conversation author. pada pinned post, author akan post link pixiv artistnya. Bisa banget dibuka pixiv pagenya, lalu like gambar-gambar yang ada di galeri. Atau bisa juga kalian search twitternya. User Id artisnya @QYSThree

Dan, ini ada sebuah endcard dari pokarii, sebuah ucapan terima kasih dari Emir dan Inanna