Tiba-tiba terdengar suara gaduh, seperti suara orang berkelahi di tanah lapang di bawah bukit yang merupakan tempat awal orang-orang berbaju merah berada sebelum mereka berlari ketakutan karena kedatangan kaum huntelar. team pencari langsung meraih teropong Binocular masing-masing untuk melihat jalannya pertempuran.
Terlihat nenek Hansa sedang bertarung dengan si kakek botak di tengah kepalanya, yang disebut sebagai Huntelar oleh Mora.
beberapa saat kemudian, Frence datang bersama Rayna menuju ke arah bukit tempat dimana team pencari berada. saat Frence dan Rayna tiba di bukit yang terdapat pintu masuk keluar ke bagian dalam bukit, Mora langsung tampil untuk bertempur dengan Frence. Frence terlihat kaget dengan kedatangan Mora yang tiba-tiba itu. Frence langsung keteteran dibawah Serangan Mora. ternyata kata-kata Mora, kalau Frence pernah dikalahkan nya itu, benar adanya.
Melihat kesempatan itu, Kosasih dan Burhan
langsung bergerak menjemput Rayna. Rayna dibawa ke tempat Lindsay, agak jauh dari pertempuran Frence dan Mora. batu-batu beterbangan saat hawa pukulan yang dilakukan Mora dan Frence saling berbenturan. hasil pertempuran seolah nampak jelas saat beberapa kali, Frence nampak terjatuh. bahkan sebuah pukulan dari Mora membuat Frence terlempar dan dari
mulutnya keluar darah segar.
Disaat menentukan, dimana mungkin sebuah pukulan saja dari Mora bisa mengirim Frence ke akhirat. tapi Mora malah memilih membalikkan badannya dan berseru ke arah team pencari.
"MEREKA DATANG, CEPAT MENJAUH!"
Team pencari bersama Rayna,yang tanggap situasi, langsung bergerak ke tempat yang lebih tinggi. tiba-tiba sebuah bayangan berkelebat. bayangan ini langsung menyerang Mora dan dalam waktu singkat, bayangan yang ternyata adalah nenek Hansa itu,
langsung membuat Mora kewalahan. Mora yang dianggap sangat hebat oleh semua anggota team pencari dan dianggap sebagai Dewi Penolong itu, ternyata tidak ada
apa-apa nya saat berhadapan dengan
Nenek Hansa.
Walaupun sampai saat ini, nenek Hansa
belum berhasil memukul Mora, tapi
keadaan Mora sangat kritis. Mora hanya bisa menangkis dan menghindar. sebuah bayangan kembali datang dan masuk dalam arena pertarungan. ternyata dia adalah orang tua berkepala botak di tengah yang disebut Huntelar. awalnya Huntelar ini datang untuk
bertarung dengan Nenek Hansa, tapi waktu Mora mencoba keluar dari pertarungan,
Huntelar ini juga menyerang Mora, sehingga Mora yang sebenarnya ingin keluar dari pertarungan, harus kembali ke dalam pertarungan.
Boleh dibilang, yang terjadi sebenarnya
adalah pertarungan antara Nenek Hansa
dan Huntelar itu, sementara Mora lebih banyak cuma bisa menangkis atau menghindar pukulan dari dua orang tua itu kepada nya. kadang-kadang kedua orang tua itu, saling menyerang antara mereka berdua,
kadang-kadang mereka juga menyerang Mora.
Usaha Mora untuk keluar dari pertarungan,
tidak pernah berhasil. team pencari yang melihat keadaan Mora, menjadi sangat cemas. tapi, tidak ada yang dapat mereka
lakukan. mereka hanya bisa berharap agar
Mora bisa keluar dari pertempuran itu. suatu saat Mora tampak terbanting ke tanah oleh pukulan keras Nenek Hansa, Huntelar juga tidak mau kalah cepat, dia langsung menyusul kan sebuah pukulan ke arah Mora.
Disaat genting itu, tiba-tiba muncul sesosok pemuda tampan yang begitu datang, langsung menghadang pukulan si Huntelar.
Si Huntelar terjengkang ke belakang akibat benturan pukulan nya dengan pukulan pemuda itu. sementara sang pemuda Masih di posisi semula seolah tidak terpengaruh sama sekali dengan pukulan dari huntelar.
"Phoenix." Terdengar seruan tertahan dari
Lindsay. saat melihat jelas wajah pemuda itu.
sang pemuda langsung mengangkat tubuh
Mora, memberikan obat dan memintanya ke belakang ke arah Lindsay dkk. sang pemuda yang ternyata adalah Phoenix. kini berhadapan dengan dua orang tua. Nenek Hansa dan kakek botak Huntelar itu.
Rayna berbisik ke telinga Lindsay,"Do you know him?"
"Just a little." Jawab Lindsay.
"Nanti kenalin ke aku ya. supaya aku belajar jadi Legendar dari dia saja. aku batal belajar dari Nenek Hansa. ternyata ada yang lebih jago dari Nenek Hansa," kata Rayna dengan mata berbinar-binar. Lindsay hanya mengangguk pelan. Lindsay kembali mengarahkan pandangan ke Medan pertempuran.
Seperti sudah saling paham sebelumnya.
Nenek Hansa dan orang tua Huntelar
sama-sama menyerang Phoenix.
kalau sebelumnya saat Mora ikut dalam pertarungan, kedua orang tua ini lebih banyak saling serang diantara mereka. maka, saat menghadapi Phoenix, mereka tak lagi saling serang diantara mereka. sebagai gantinya, kemampuan mereka berdua sama-sama mereka curahkan untuk menyerang Phoenix.
Sejauh ini, Phoenix tidak tampak kewalahan.
dia masih dapat bertahan dan menyerang
dengan baik ke arah dua musuhnya yang menyerangnya dengan buas. sebuah benturan terjadi, yang membuat Nenek Hansa dan si orang tua Huntelar terlempar ke belakang.
Setelah itu, nenek Hansa tampak membuat gerakan-gerakan dengan tangan nya. melahirkan sebentuk awan di tangannya.
"Pukulan Mega menembus langit.
benar-benar hebat." kata Phoenix yang
langsung mengenali dan menyebut nama
dari ilmu yang dikeluarkan Nenek Hansa.
Si kakek botak huntelar juga nampak mundur selangkah ke belakang dan dengan tangannya dia membentuk lingkaran berwarna hijau.
"Lingkaran penembus Sukma." kata Phoenix. setelah itu, Phoenix langsung membuka kedua telapak tangannya, terlihat cahaya putih menyilaukan keluar dari kedua tangannya.
Melihat apa yang dilakukan Phoenix, kedua orang tua itu langsung menjerit secara bersamaan."TAPAK REMBULAN MENYINARI BUMI."
"Apa hubungan mu dengan si tua Rukan?"
tanya Huntelar.
"Aku belajar tapak rembulan menyinari bumi,
dari dia." Kata Phoenix kalem.
"Rukan telah melanggar sumpahnya, dengan cara mengajar seorang murid yang tidak menjadi seorang Huntelar. aku akan adukan ke dewan ketua Huntelar," kata si orang tua botak Huntelar dengan geram.
"Guruku memang telah menyadari kekeliruannya selama ini. untuk apa membunuh Legendar tanpa pandang bulu, disaat Legendar jahat masih banyak dan semakin banyak, Huntelar memilih untuk membunuh banyak Legendar baik yang sedang berperang dengan Legendar jahat,"jawab Phoenix.
"Kalau cara berpikir huntelar masih
seperti itu, maka sebentar lagi, hanya Legendar jahat yang tersisa dan setiap saat Huntelar juga bakal dibasmi Legendar jahat."
lanjut Phoenix lagi.
"Jangan sok mengajari kami," kata huntelar tua sambil siap menyerang.
WUZZZZ....
Terdengar suara keras ketika cahaya lingkaran dari tangan Huntelar tua, bergerak menghantam Phoenix. cahaya lingkaran dari tangan Huntelar tua tidak bisa masuk karena langsung diblokir oleh sinar rembulan dari
tangan Phoenix.
Nenek Hansa tiba-tiba ikut melepaskan pukulan Mega menembus langit nya. kali ini gelombang awan putih nampak menyerang pertahanan Phoenix.
Phoenix sesaat sempat terdesak oleh
gelombang serangan hebat dari dua arah. tapi sesaat kemudian, Phoenix merubah jurus.
kini tapak rembulan ditangannya terbentuk lebih besar dan terlihat lebih menyilaukan mata. dalam waktu singkat, Huntelar tua dan
Nenek Hansa berada dalam posisi terdesak.