Setengah jam berlalu, sesuai janji, Aldrich mengajak Ive menonton konser.
Aldrich dan Ice baru saja sampai di tempat menonton konser
"Ga sabaran bangettt huaaaaa" Kata Ice.
"Udah nyampe, lo tenang aja.. nanti juga dapet ketemu mereka"
"Akhirnya.." Ice menghentikan perkataannya sambil tersenyum. "Akhirnya nanti oppa oppa gue bakal tau gue ada dan hidup di bumi ini, yeayyy" lanjut Ice semangat.
"Udah udah beli tiket dulu" kata Aldrich. Mereka berdua pun membeli tiket.
"Ice, gue, gue mau ke toilet dulu, lo tunggu gue disini ya"
"Oke" Ice tersenyum lebar, Ice pun dengan sabar menunggu Aldrich disana. Ia menunggu Aldrich hampir lima menit, dan itu pun terasa seperti satu jam baginya.
Tak lama, Aldrich kembali.
"Udaah? Yok, tadi gue denger suara musik, keknya uda mulai"
Mereka berdua berjalan kearah datangnya musik.
Dan, benar, disanalah konser berlangsung, Ice langsung mengambil tempat paling depan dengan segala caranya, ia rela berhimpit himpitan, panas, terdorong atau apapun itu. Intinya ia rela demi bisa menonton idola-idolanya.
"Arrrrrrrrggggggggggggggg" Ice berteriak histeris saat melihat V, salah satu member bts berada diatas panggung konser, disana memang terpenuhi oleh suara teriakan dan juga suara musik yang lumayan keras.
Ice sangat bahagia, akhirnya ia bisa menjalankan mimpinya. Ini semua pun berkat Aldrich.
Sedangkan Aldrich sekarang berada disamping Ice, dengan segala kesabarannya, ia berusaha tenang dan tetap menahan panas dan keributan disana.
Ice terus berteriak dan melompat lompat.
"Aaarrrrrggggggg, Taehyung saranghaeeeeeee, arrrgggggg"
Ice terus melompat, tapi tiba tiba, seseorang disamping Ice terdorong ke arah Ice, sehingga Ice hampir terjatuh, tapi untung saja Aldrich berhasil menopang tubuh Ice.
Mata mereka bertemu, Ice berhenti berteriak, ia syok sesaat, begitu pula dengan Aldrich yang sudah seperti mati rasa, tak mendengar suara berisik dan tak juga merasa kepanasan. Bumi seketika seperti berhenti berputar bagi mereka berdua.
Sesaat kemudian, Ice tersadar, ia perlahan bangun dari topangan Aldrich, kini ia menatap Aldrich dan tersenyum tipis.
"Makasih" Ice masih menatap Aldrich sebelum ia kembali terfokus dengan konser didepannya, ia lanjut meneriaki oppa oppa kesayangannya.
Kini Aldrich hanya menatap Ice dari samping, siapa sangka, Aldrich tersenyum, seperti ia sedang mengagumi gadis disebelahnya itu.
~~~
"Huhh, capek banget, makasih Ald uda ngajak gue nonton konser, ini mimpi kedua gue yang pengen banget gue lakuin" kata Ice tersenyum sambil berjalan masuk ke dalam asrama bersama Aldrich.
"Mimpi pertama lo apa?" Tanya Aldrich.
"Bahagiain orang tua gue" Ice tersenyum menatap Aldrich, mereka kini berhenti berjalan.
"Emang lo tau cara bahagiain orang tua lo gimana? Atau menurut lo dengan lo pacaran sama Sea, orang tua lo bisa bahagia?"
"Lah, kok kesana sih, tolong ya jangan bawa bawa nama Sea, gue males banget denger nama dia, cara bahagiain orang tua gue, satu, gue harus rajin, rajin bisa bikin gue pinter, pinter bisa bikin gue sukses"
"Sukses ga harus pinter, sebab sukses bidang kerja juga belum berarti sukses dalem kehidupan" lanjut Aldrich.
"Iya, gue tau, selain sukses, juga harus ada passion, kesabaran dalem ngelakuin sesuatu, by the way kesukaan juga penting, intinya gue ngerti gimana cara bikin gue sukses, gue ga bisa jelasin, tapi gue yakin, gue bisa" kata Ice, ia kemudian lanjut berjalan, begitu pula Aldrich yang juga ikut berjalan.
"Gue minta dong, tutorial sukses, bahagia juga" kata Aldrich.
"Hm? Gue pikir lo udah tau.." kata Ice.
Aldrich menggeleng. "Gue gatau, rasanya kayak ga punya tujuan hidup"
"Lah, katanya mau nyari hubungan internasional?" Tanya Ice.
"Itu mah cuma alasan gue sama mama.... bukan, dia bukan mama gue, ya cuma buat alasan sama dia biar gue bisa ke Indonesia aja" kata Aldrich.
Ice menghela nafasnya, "pertama, lo suka apa?" Tanya Ice.
Aldrich terlihat berpikir.
"Iya, lo bener. Gue suka apa aja gue gatau, gue beneran kayak ga punya tujuan hidup, Ice"
"Udah udah gapapa, gatau sekarang nanti juga tau, lo cari sekarang, lo suka apa, apa bakat lo? Apa minat lo? Cari tau kalo mau sukses, ini perintah" kata Ice.
"Hm" Aldrich sedikit mengangguk
"Gimana cara gue bisa tau apa yang gue suka?" Lanjut Aldrich.
"Apa yang lo suka adalah apa yang lo bisa lakuin lama lama tanpa ngerasa bosen, dan juga apa yang bisa buat lo berusaha buat nyari tau atau berusaha banget buat ngedalemin hal itu. Itulah yang lo suka" jelas Ice.
Aldrich terkekeh, "Oke, makasih... omongan lo bermanfaat banget" Aldrich tersenyum.
Ice pun membalas senyuman itu.
"Udah malem, masuk sana, nanti ada yang liat kita berduaan"
"Hm" Ice tersenyum kemudian ia masuk ke kamarnya.
~~~
Tok tok tok
Suara ketukan pintu kamar Ice dan itu tak lain dari Aldrich yang mengetuk.
Ice membukakan pintunya.
"Hari ini hari terakhir libur, besok kita udah masuk, ada rencana mau go somewhere lagi?" Tanya Aldrich spontan setelah Ice membuka pintu.
"Engga, hari ini waktunya ngerjain tugas, gue berniat ngerjain dari waktu di rumah lo tapi ga jadi jadi, so, hari ini, gue ga boleh ngilangin rencana ini lagi"
"Lo uda ngerjain?" Tanya Ice.
Aldrich menggeleng
"Lah, ga takut dihukum?"
"Engga, besok aja gue buat di sekolah" kata Aldrich.
"Ih, lo males banget sih"
"Biarin"
"Gue masih bingung soalnya kegiatan pas liburan kita berdua sama persis.. takutnya dikira nyontek"
"Bilangin aja kita liburan sama sama, kita udah akrab" jawab Aldrich santai.
"Kalo gurunya ga percaya gimana?"
"Ga bisa ga percaya, ini kenyataan"
"Ck. Belum lagi kalo temen temen pikir kita pacaran, hh"
"Emang kenapa? Takut pacaran sama gue? Gue idola sebagian besar cewek cewek disekolah, kalo lo jadi pacar gue, lo otomatis jadi cewek paling beruntung" kata Aldrich.
"Apanya, adanya gue cewek terugi di sekolah, gue yakin semua cewek pasti iri sama gue, bisa bisa gue di bully habis habisan"
"Hm? Iri? Berarti lo mengakui kegantengan gue dong?"
"E-eh, b-bukan gitu, ya gue-gue cuma nyambungin dari apa yang lo bilang aja"
"Oohh, gitu yaa?" Tanya Aldrich gombal.
"Iya gitu" Ice mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"Kalo lo dibully, lo takut apa? Udah ada gue disamping lo gini, gue bisa kok ngelindungin cewek kayak lo" kata Aldrich.
Deg
Jantung Ice berdetak kencang lagi, ia selalu saja olahraga jantung tiap bertemu Aldrich.
"Y-ya takut lah, l-lo ga bakal bisa ngelindungin gue" kata Ice, ia telah kehabisan kata kata.
"Kenapa?"
"Udah ah, gue mau ngerjain tugas, keluar" kata Ice pelan sambil sedikit mendorong Aldrich keluar dari pintu kamarnya dan Ice langsung menutup pintu kamarnya.