Chereads / Raja Para Apocalypse / Chapter 1 - Kehancuran Dunia?

Raja Para Apocalypse

🇮🇩HigashiSasaki
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 8.2k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Kehancuran Dunia?

Raja Para Apocalypse

>RPA, Versi, 2.5

Chapter 1: Kehancuran dunia?

23-8-2016

Capital City(Jakarta)

23.34

>1 hari sebelum bencana terjadi<

Di sebuah kantor ....

"Huaammm." Seseorang menguap dengan santainya sambil meregangkan tangan.

Ia kemudian bersender lalu memutar kursinya ke arah belakang.

"Hadeh, uda dari tadi kerjaan belum selesai juga. Mana di kantor kayanya tinggal sendiri lagi," gumamnya sambil mendesah kesal.

Ia kemudian bangun dari kursinya dan berjalan ke arah sudut ruangan. Disana terdapat sebuah dispenser. Ia mengambil gelas plastik di sebelahnya.

Disaat ia sedang minum, sebuah sapaan dari dekat pintu keluar terdengar.

"Oy Gazhi! Gua balik dulu yak, ingat selesain kerjaannya langsung atau besok bos marah," teriaknya sambil membawa tas dan berlari keluar ruangan kantor.

"Iya, iya paham. Uda sana hus hus pergi," jawab Gazhi kemudian meneguk segelas air minum lagi.

"Ya, itu benar. Namaku adalah Gazhi Renalfan, seorang pekerja kantor biasa berumu 21 tahun. Hidupku selama ini biasa-biasa saja tidak ada yang mencolok," batin Gazhi sambil berjalan kembali ke kursi.

Saat ia duduk, tiba-tiba terdengar suara berdenging di sekitarnya. Gazhi yang langsung sadar berbalik dan mencari sumber suaranya. Tepat di saat itu juga, 3 ekor lebah sebesar jempol kaki terbang ke arahnya.

"Eh!!" teriaknya dengan reflek. Lalu mengambil sebuah buku di atas meja dan menampar mahkluk yang mirip lebah tersebut.

"Hyaaa!" teriaknya sambil memukul 2 ekor lebah itu, yang mengherankan adalah mahkluk yang mirip lebah tersebut sama sekali tidak menghindar. Ia masih terus terbang ke arah Gazhi. Karena itu Gazhi dengan mudah memukulnya.

Tidak berhenti di situ, setelah 3 ekor itu mati. Datang lagi sekitar 10 ekor makhluk yang mirip lebah itu. Gazhi pun terpaksa harus menggerakkan ekstra badanya untuk malam ini.

**

"Fiuh! Apa-apaan tadi itu. Besok aku harus benar-benar protes pada pengurus kebersihan nih," ucap Gazhi sambil menyender ke kursi dengan kelelahan.

"Ah, itu besok saja. Sekarang lanjutkan kerjaan. Lebih cepat lebih baik," ungkapnya langsung kembali dalam posisi kerja.

Gazhi terus menerus bekerja, waktu pun semakin malam. Kelopak mata Gazhi dari waktu ke waktu semakin susah untuk di angkat, dan akhirnya Gazhi tertidur ...

**

28-8-2018

Jakarta, 10.43

>Hari Pertama Kehancuran<

Duaaarrr!!

Gazhi tersentak kaget, dan langsung bangun.

"Apa!" teriaknya dengan kuat dan melihat sekitar. Ia sadar bahwa ruangan itu masih kosong.

"Tunggu, ledakan apa itu tadi! Dan jam berapa ini," ungkap Gazhi dengan panik sambil melihat jam tangan di tangannya.

"Lah, Uda hampir jam 11!? Kenapa ruangan kantornya kosong. Kan harusnya jam 8 Uda pada rame. Wah ada yang ga beres di sini," pikir Gazhi sambil mengambil jas nya yang di taruh di kursi. Lalu berlari ke arah luar ruangan. Ia berniat ke lantai pertama dan menemui resepsionis apakah hari ini libur, atau ada pengumuman.

Setelah ia keluar, Gazhi dengan cepat melirik sekitar, namun ia langsung sadar bahwa seluruh lorong terasa sangat sepi. Seperti tidak ada orang sama sekali. Perasaan Gazhi semakin buruk. Dengan cepat ia berlari ke arah tangga dan turun. Disaat Gazhi sampai di pertengahan tangga, sebuah ledakan kembali terjadi.

Duaarr!!

Gedung kantor bergoncang sangat kuat, Gazhi sadar bahwa ledakan itu terjadi di lantai 2 tadi.

"Aaaaaa!!!"

"Tidak, tolong!!!" Terdengar teriakan dua orang yang ketakutan. Gazhi mencoba kembali ke atas, namun saat itulah ia sadar, dinding di sekitar tangga roboh dan ia tidak bisa kembali ke atas lagi.

"Gyaaaa!!" Teriakan yang tadi semakin kuat dan terdengar seperti tersiksa.

"Apa-apaan!! Sebenarnya apa yang terjadi!!" teriak Gazhi dengan panik serta kebingungan.

Ia langsung mengambil handphone di kantongnya, lalu lanjut turun kebawah. Ia mencoba menelpon polisi. Namun, tanganya lemas saat ia menginjak keramik di lantai pertama. Ia melihat sebuah mobil menerobos masuk dan menabrak meja resepsionis, mobil itu terlihat menabrak sebuah dispenser listrik yang menyebabkan dispenser itu meledak. Lantai pertama pun terlihat sudah terbakar. Tapi kenapa api-apinya yang besar pada padam?

"Panggilan yang anda tuju, sedang sibuk. Silakan coba beberapa saat lagi."

Suara dari handphonenya menyadarkannya.

"Eh! Kecelakaan? Iya pemdama kebakaran!" Gazhi langsung kembali mengambil handphonenya dan memanggil pemadam kebakaran, namun ....

"Panggilan yang anda tuju, sedang sibuk. Silakan coba beberapa saat lagi."

"Sialan, apa yang sebenarnya terjadi!!" ungkapnya dengan cemas. Lalu langsung berlari ke arah mobil tersebut, ia sadar bahwa disana masih ada supirnya.

"Hey, hey! Apa kau baik-baik saja?" teriak Gazhi mencoba mengecek apakah supir itu masih sadar atau tidak sambil menggedor-gedor

"Sialan!" Gazhi langsung mencoba menarik pintu itu dengan paksa, namun tidak berhasil.

Ia langsung melihat-lihat ke sekitar, dan sadar bahwa di belakang kanannya ada sebuah Fire Hydrant System(alat pemadam api) yang masih tertanam di dinding dan belum di sentuh.

Dengan cepat ia langsung membuka lemari pelindung alat pemadam api itu, lalu mengambilnya dan kembali ke mobil. Gazhi kemudian menyemprot mobil itu yang terlihat terdapat beberapa api di mesinya. Lalu Gazhi memukulkan alas Fire Hydrant System itu ke jendela mobil tersebut.

"Hey, apa kau baik-baik saja!?" Gazhi langsung membangunkan badan orang itu yang terlihat sedang menunduk.

Saat itu juga Gazhi kaget bukan main. Orang itu memiliki mata yang menghitam sepenuhnya dan darah yang ada di pipinya, sepertinya matanya berdarah saat mulai menghitam.

Orang itu langsung mencoba menggigit tangan kiri Gazhi yang masih memegang pundaknya. Gazhi dengan cepat memukulkan lagi alat pemadam api itu ke arah kepalanya, ia langsung terpental dan jatuh ke kursi sebelahnya.

"A-apa itu, zo-zombie? Memangnya hal seperti itu ada?" ucap Gazhi sambil terduduk di lantai dan menggigil, ia masih sangat kaget dengan apa yang terjadi.

Namun, saat Gazhi melihat ke pintu keluar yang daritadi ia abaikan. Orang-orang dengan mata yang mengitam dan seperti baru saja nangis darah berjalan dengan terlihat sempoyongan, itu sangat aneh.

Lalu, zombie yang ada di dalam mobil itu bangun, dan mencoba keluar. Tangan zombie itu tanpa sengaja menyentuh tombol klakson di mobil. Semua zombie di luar langsung melirik ke arah dalam kantor tersebut.

"Sialan!" decit Gazhi kesal lalu bangun dan berlari sambil membawa Fire Hydrant System ke arah dapur. Ia kemudian mengunci pintu dapur itu dengan erat.

Gazhi kemudian melihat kebelakang, dan sadar bahwa dapur juga sangat kosong. Dengan cepat Gazhi menaruh Fire Hydrant System tadi di atas meja dan mulai mencari senjata.

"Sial, sial, sial. Apa yang sebenarnya terjadi di sini! Apakah ini nyata. Kuharap tidak!" seru Kine dengan sangat cemas dan mengecek setiap loker yang ada, ia akhirnya menemukann 3 buah pisau besi. Dan 1 buah pisau pencincang daging.

Gazhi mengambil semua pisau itu, kemudian melihat ke arah gantungan barang di ujung ruangan, beruntung di sana terdapat sebuah Backpack yang menggantung. Itu adalah milik pekerja sembilan di dapur ini.

Gazhi dengan cekatan mengambil Backpack(tas punggung yang sering digunakan anak sekolahan)itu lalu memasukkan beberap pisau itu ke dalamnya. Saat ia ingat bahwa pekerja sembilan itu masih SMA. Ia teringat akan adiknya.

Nb: Backpack adalah tas punggung yang sering digunakan anak sekolahan di Indonesia.

"Oh iya! Lita, sialan! Semoga tidak ada yang terjadi padanya," ucap Gazhi sambil mengambil kembali handphone miliknya.

Ia lalu menelpon Lita, satu-satunya keluarganya.

"Tuuuut, tuuut, tuuut."

"Oh, ayolah! Angkat, angkat, angkat!" ucap Gazhi berkali-kali dengan kesal. Sambil menunju meja.

"Kakak!" Terdengar jawaban dari telponnya.

"Lita! Apakah kau baik-baik saja. Dimana kau sekarang dan bagaimana kondisimu!?" tanya Gazhi dengan nada keras karena sangat panik dan khawatir.

"Hiks, Hiks. A-aku di kelas kak. Saat kami sudah memblokade pintu kelas agar para zombie itu tidak masuk," jawabnya sambil menangis.

"Lita, dengar ini. Jangan panik, coba kau ceritakan apa yang sebenarnya terjadi," tanya Gazhi sambil kembali mengecek barang-barang dan memasukkan suplai makanan kedalam tas.

"Ta-tadi, jam 8 pagi kami semua di kumpulkan di lapangan. Hiks, tiba-tiba saja ribuan serangga yang mirip seperti lebah namun lebih besar sedikit menyerbu kami semua, anehnya serangga itu mengincar leher manusia, dan ketika menempel dileher manusia, serangga itu secara cepat. Bahkan dalam hitungan detik meresap kedalam tubuh. Dari 1.200 siswa ada sekitar 800 siswa yang tidak berhasil kabur dari para serangga itu. Setelah serangga itu meresap kedalam leher, orang-orang itu langsung menangis darah. Lalu matanya mulai menghitam. Mereka kemudian dengan cepat memakan para siswa yang masih normal, beruntung aku dan kelasku cepat bereaksi. Saat ini kami terjebak berlima belas di kelas dan bingung harus bagaimana. Hiks," jelas Lita sambil menahan air matanya.

"Tunggu! Serangga yang mirip lebah, namun lebih besar sedikit. Bukanya itu serangga-serangga yang mencoba menyerangku tadi malam!" gumam Gazhi di dalam hatinya.

"Ck," decit Gazhi dengan kesal.

Ia lalu menutup resleting tas itu lalu memakainya.

"Okey, Lita. Dengarkan kakak, kakak akan mencoba kesana dan menyelamatkanmu. Yang perlu kau lakukan sekarang adalah memperkuat barikade pintu kelasnya," ujar Gazhi sambil berjalan ke arah pintu keluar dapur.

"Ba-baik kak. Lita akan menunggumu, Hiks," jawabnya sambil mengusap air matanya.

"Bagus, jangan lupa jaga keselamatan dirimu," ucap Gazhi untuk yang terakhir kali. Lalu menutup telponya.

Gazhi kemudian mengintip melalui tengah pintu yang beruba kaca bulat yang cukup tebal.

"1, 2, 3, 4, 5, 6,7," ucap Gazhi menghitung zombie yang ada di ruangan menuju pintu keluar

"Heuh," hela Gazhi mencoba menenangkan diri. Lalu mengambil nafas dan mempersiapkan dirinya.

Gazhi kemudian secara perlahan-lahan membuka pintunya dan mulai berjalan keluar.

"Yap, seperti yang kuduga. Mereka itu buta," gumam Gazhi sambil tersenyum bahagia. Setidaknya ia memiliki cara harapan untuk menyelamatkan adiknya.

>>Bersambung<<

~Higashi