Chapter 96 - 95. Penyesalan

Berbagai macam rencana telah terbesit di dalam pikiran Tasia. Ia tidak bisa tidur dengan tenang. Selain tanah yang ia tiduri begitu keras dan membuatnya menggigil kedinginan, suara tangisan yang meraung-raung dari para tawanan di sel lain bagaikan sebuah mimpi buruk yang menghantui jam tidurnya. Gadis itu harus mengumpulkan sekutu untuk melancarkan niat kaburnya. Ia yakin orang-orang itu juga berpikiran hal yang sama. Mereka juga pasti ingin keluar dari tempat mengerikan ini.

"Apa yang ada di dalam pikiranmu, nak?" Tasia membalikkan badannya, seorang wanita tua tengah menatapnya, sama-sama dalam posisi terbaring.

Tasia merasa tidak tega dan kasihan pada wanita tua itu. Dengan tubuh lemahnya yang sudah tua, ia harus menjalani siksaan yang sangat berat di tempat ini. Melihatnya, Tasia langsung teringat pada neneknya yang sudah meninggal.

Ia masih berbaring, tidak berani bangun karena terkadang penjaga berjalan lewat dengan langkah kaki mereka yang membuat merinding.

This is the end of Part One, download Chereads app to continue:

DOWNLOAD APP FOR FREEVIEW OTHER BOOKS