Meskipun memiliki bakat sakti sang kakek, namun jelas laki-laki ini tidak memiliki jiwa pahlawan seperti milik kakeknya. Ia terobsesi dengan kehidupan ibu kota yang gemerlap dan medern. Anak baik dan sopan itu, tidak memiliki hati sebaik Mbah Krisno. Ia sama seperti anak remaja kebanyakan yang hidup di jaman moderen ini.
"Pak, apa kita lepaskan saja anak kita?" Tanya sang istri.
Pria itu menggeleng "Kita harus bisa memenuhi permintaan terakhir Mbah, bu. Selama gadis itu masih hidup, makhluk itu harus tetap kita pastikan masih terkurung di dalam tempat itu."
Sang istri mengela berat. Tiba-tiba ia teringat sesuatu dan mengeluarkan ponsel butut dari dalam kantung baju daster yang ia kenakan. Lalu ia menekan-nekan tombolnya dan menempelkan benda berbentuk persegi tebal itu ke telinganya.
"Mau telpon siapa, bu?" Tanya sang suami.